Share

Sapu Tangan

"Kak Rangga!" Rania memanggil sang artis ketika dia tiba di lokasi shooting. Set nya sih sederhana, hanya lapangan seluas dua kali lapangan sepak bola yang sudah di setting seperti gelanggang stadion. Ada lintasan untuk pelari juga, sepertinya nanti set Rangga adalah berlari di sana.

Sebelum take, Rania satu ruangan bersama Rangga dan tiga artis utama lain sedang di make up. Untung aja karakter Rangga ini bukan yang harus cemong sama bedak. Malah Rania harus set wajah Rangga sedikit hitam dan berminyak. Masa mau lari pakai eyeshadow sih, kan gak mungkin!

"Udah lama ya belajar make up?" Rangga bertanya disela-sela aktivitas Rania. Memecahkan keheningan supaya tidak terlalu tegang. Rangga emang biasa kok bercanda dan mengobrol dengan para staylish nya. Tidak cuma pada Rania saja.

"Kalau kuliah dan praktek sih udah hampir lima tahun, tapi kalau pengalaman kerja, baru kali ini!" Rania menutup mulut dan hidungnya menggunakan masker agar napasnya tak mengganggu Indera penciuman Rangga.

"Oh.. semoga betah ya di sini, fighting!" Memang Rangga Dwijaya itu aktor yang sangat ganteng, multitalenta dan udah pernah debut di film box office. Karen, masih muda udah banyak prestasi. Rania penasaran siapa cewek beruntung yang bakal dapetin hatinya nanti.

Ada panggilan untuk take pertama bagi Rangga dan teman-temannya, sehingga Rania menghentikan pekerjaannya lalu stay di pinggir lapangan.

Pekerjaannya adalah memperbaiki riasan Rangga setiap sutradara berkata 'cut' atau 'NG'

Sudah sekitar satu jam lamanya Rania bertahan untuk tetap berlari ke sana kemari mengikuti Rangga. Ternyata dia bukan hanya aktor multitalenta, tapi dia juga pribadi yang ceria dan aktif. Latihan ke sana ke sini, sambil berlarian membuat staylish nya kewalahan. Rania juga harus bolak balik ke tempat pakaian, mengganti setiap yang digunakan Rangga, seperti sepatunya yang basah atau celananya yang kotor. Bayangkan saja, take pertama sudah secapek ini, di depan sana masih ada take kedua, ke seratus, ke serubu yang harus Rania lalui.

Mungkin ini hal biasa untuk staylish berpengalaman, tapi buat pemula seperti Rania, apalagi selama ini ia hanya menghabiskan waktunya dengan rebahan, memang terkesan sangat melelahkan.

"Semangat haahh... Semangat Rania huh, fighting!!!" Staff lain menyemangati pemula yang langsung diajak perang badar itu.

Tapi pada akhirnyapun jadwal shooting selesai pukul satu siang dan Rania kini memilih diam di tangga darurat. Tempat sepi, tanpa ada gangguan dari banyak rang.

Di sana, dia baru bisa melepaskan napasnya dengan leluasa setelah bergelut di lokasi shooting. Ia terduduk lemas, sepuas mungkin meraup udara segar di sekitarnya.

"Besok aku pakai sepatu kets aja lah, pakek fantofel lecet begini."

Sumpah kaki Ranua terasa sangat sakit, pasti dibalik sepatunya, kakinya sudah ledes-ledes. Itu perih sekali kalau kalian mau tahu.

Rania hanya bisa duduk di tangga-tangga sampai merasa bisa berdiri kembali. Ia sedikit menyesal karena sok kuat pas di lapangan tadi, nyatanya emang kesakitan banget.

"Gimana nih, kaki aku gak bisa dibawa jalan kayaknya. Mereka shock kali, baru kali ini dibawa gerak berlebihan. Pastinya bikin keram!"

Ingin meminta bantuan Algi, tapi ia tahu si manusia bengis itu pasti tidak akan menghiraukannya, terlebih Algi saat ini memang tidak ada di gedung agensi. Ingin berjalan ngesot, tapi Rania takut kalau dia dikatakan lemah dan akhirnya dipecat.

Ah pokoknya tidak ada cara lain selain hanya duduk diam. Berdoa kepada tuhan agar ia diberikan kekuatan untuk bisa kembali menggerakkan kakinya.

Pluk!

Sebuah sapu tangan jatuh di atas kepalanya, tepat sekali sampai-sampai kepala mungil dengan rambut kepangan itu tertutup handuk itu sepenuhnya.

"Ini apa sih?" Begitu Rania mendongak, di atas kelihatan sosok lelaki yang wajahnya sangat dia kenal. "Algi?" Dan nama itu dia sebut.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status