Home / Romansa / Istri Sah Presdir Yang Terbuang / Bab 1. Luka Malam Pertama

Share

Istri Sah Presdir Yang Terbuang
Istri Sah Presdir Yang Terbuang
Author: Angsa Kecil

Bab 1. Luka Malam Pertama

Author: Angsa Kecil
last update Huling Na-update: 2023-06-22 12:48:58

"Sayang, akhirnya kita menikah." Wanita itu memeluk pria yang sangat dia cintai dari belakang. Dia menghirup aroma maskulin yang sangat disukai.

"Ya, kita memang sudah menikah. Apa kamu senang?" Pria itu menghempas tangan istrinya. Lalu, berbalik dengan mengulas senyum sinis. Wajahnya tampak menakutnya dengan sorot mata tajam.

"Apa maksudmu, Sayang?" Wanita itu menjadi bingung.

"Emily Quinza, berhenti menyebutku dengan panggilan menjijikan mulai dari sekarang!" bentak pria itu.

"Sean, a-aku tidak mengerti." Emily menggeleng dengan mata berkaca.

Sean memegang dua bahu Emily. Tatapannya tajam dengan ukiran senyum ejek. "Apa kamu berpikir aku menikahimu karena mencintaimu? Bangunlah sebelum mimpimu terlalu tinggi!"

"Akh!" Emily didorong kuat hingga terhuyung. "Se-Sean. Apa yang terjadi padamu, kenapa kamu bisa seperti ini?"

"Kenapa? Tanyakan saja pada dirimu sendiri! Kenapa kamu harus hadir di tengah keluargaku? Dengar! Karena dirimulah aku tidak bisa menikahi kekasihku. Dasar wanita licik!" Pria itu menunjuk Emily dengan wajah menakutkan dan nafas berat.

Emily adalah anak teman ayah Sean. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Sehingga dia dirawat dan dibiayai sekolah oleh ayah Sean. Ayah Sean juga berjanji pada mendiang ayah Emily untuk menikahkan mereka.

Sean selalu dipaksa mengutamakan kepentingan Emily oleh orang tuanya. Pria itu sangat geram. Apalagi niatnya ingin menikahi sang kekasih ditolak tegas ayahnya, dengan alasan dia harus menikahi Emily. Sean merasa pikiran orang tuanya telah dipengaruhi Emily. Dia sangat muak dan merencanakan sesuatu pada Emily.

"Lalu, apa arti sikap lembut dan perhatianmu padaku selama ini. Apa semua itu ...?" Emily tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, dia takut jika semua itu benar-benar sebuah kepalsuan. Wanita itu sangat mencintai Sean hingga lubuk hati yang terdalam.

Sean tertawa lepas. "Bagaimana, apa kamu terbuai dengan semua itu? Ah ... akhirnya aku bisa lepas dari semua sandiwara konyol itu."

Air mata Emily bergulir begitu saja, seolah ada bilah pisau yang menyayat hatinya. Dia memang sangat terbuai dengan manis perhatian Sean selama ini. Pria tampan dengan wajah blasteran Indonesia-Australia dan berahang tegas itu telah merenggut semua sisi ruang di hati Emily.

Tiga tahun, itu bukan waktu yang singkat. Sean telah memupuk rasa cinta yang begitu dalam dan seketika rasa itu berubah menjadi belati dan mengoyak hati Emily.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari dulu? Aku memang sangat mencintaimu, tapi aku bersedia mundur jika kamu tidak mau menikah denganku."

Sean terkekeh. "Itu sangat ingin aku lakukan, Wanita licik. Tapi kamu benar-benar sudah meracuni pikiran orang tuaku!"

"Tidak, Sean. Aku tidak pernah melakukan hal sepicik itu. Om dan tante menikahkan kita karena saling mencintai."

Sean menyugar rambutnya. "Haish! Saling mencintai?"

Ponsel Sean berdering, pria itu langsung menjawab panggilan video dari kekasihnya. Dia duduk di sofa dengan satu kaki menopang.

"Ada apa, Felisha sayang ...." Sean melirik tajam pada Emily.

Sesak, seolah ada benda berat menimpa dadanya. Emily terpaku mendengar panggilan dari mulut Sean untuk wanita di layar ponsel itu. 'Felisha?' batinnya. Wanita yang Emily kenal sebagai sahabat. Kenapa bisa? Emily belum menemukan jawaban hal itu.

Felisha terdengar sedang menangis. "Kamu benar-benar menikah dengan wanita licik itu. Apa sudah tidak mencintaiku lagi?"

Wajah Sean tampak cemas. "Apa yang kamu katakan? Aku menikahinya hanya untuk membuat orang tuaku terdiam. Dan aku akan segera membuangnya. Kamu jangan menangis, Sayang."

Felisha malah semakin terisak. "Ini semua salah Emily. Dia yang mempengaruhi orang tuamu. Mengatakan, jika aku model yang mengandalkan koneksi kencan."

Emily membulatkan mata. Dia ingat, dulu pernah membahas hal itu dengan orang tua Sean. Namun, bukan dia yang mengatakan hal itu. Melainkan, ayah Sean yang sedang mewanti agar tidak terlalu dekat dengan Felisha. Dan saat di tengah obrolan itu, Sean hadir memotong pembicaraan. Salah paham! Itu yang dipikirkan Emily.

"Aku tidak peduli dengan yang orang lain katakan. Semua pasti akan terungkap dan orang akan tahu kebenarannya soal dirimu. Aku percaya padamu, Sayang." Pria keras kepala itu seolah buta akan kebenaran. Dia terlalu percaya pada kekasihnya, hingga tak punya keinginan menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.

"Kamu harus segera menyingkirkannya, Sean. Sejak dulu, Emily selalu menghasut orang tuamu agar kita tidak bisa bersatu. Dia pasti ingin menguasai hartamu, Sayang. Kamu tahu 'kan, dia selalu mengatakan apa pun padaku, makanya aku tahu semuanya."

Sean menatap Emily tajam. "Jangan khawatir, Sayang. Aku percaya padamu."

Sambungan itu berakhir setelah mereka saling melempar kata cinta dan rindu. Emily terus menghela nafas berat dengan meremas kepalan tangan untuk bisa mendengar hal menyayat hati itu.

"Ini yang disebut saling mencintai." Sean tersenyum ejek sembari berdiri.

"Apa kamu tidak mencintaiku sedikit saja? Apa aku benar-benar tidak ada meski di sudut ruang kecil hatimu?" Emily merasa cemburu dan tidak rela, jika rasa cinta Sean diberikan pada wanita Felisha. Namun, dia bisa apa?

Sean tertawa lantang dan tampak mengerikan di mata Emily. "Apa kamu sudah tidak waras? Kenapa berhayal semacam itu?"

Emily meremas tangannya yang berkeringat. "Kalau begitu, kita akhiri hubungan yang baru dimulai ini. Aku tidak akan menjadi penghalang kisah cinta kalian."

"Berhenti omong kosong! Sekarang kita lanjutkan ke sesi berikutnya."

Mata Emily membelalak saat melihat Sean mulai melepas satu persatu kancing kemeja putihnya. Wajah suaminya tampak begitu menyeramkan. Emily belum bisa berpikir jernih, dia belum percaya jika sikap Sean berubah drastis seketika. Sikap lembut pria itu menguap begitu saja.

"Apa yang akan kamu lakukan, Sean?" Emily mulai cemas dan takut. Dia takut akan terjebak pada pernikahan penuh kepalsuan, jika tidak berlari. Meski Emily sangat mencintai Sean, dia tidak bisa menerima sikap suaminya saat ini.

"Apalagi? Kamu harus memberi orang tuaku cucu, agar aku bisa segera membuangmu." Sean melangkah pelan. Dia terus mengikis jarak.

Selama ini Sean mendapat ancaman dari ayahnya. Jika dia ingin duduk nyaman di kursi presdir, maka harus bersikap baik dan menikahi Emily. Lalu, harus mempunyai seorang anak dari pernikahan itu.

"Tidak bisa begini, Sean. Jika kamu tidak mencintaiku, kita tidak bisa menyatu." Emily terus menggeleng.

"Persetan dengan cinta!" Sean memanjangkan langkah dan menangkap Emily.

"Lepas, Sean. Berpikirlah logis!"

"Apa katamu? Logis? Hanya seorang anak teman bisa mendominasi pikiran orang tuaku. Apa itu logis?" Sean memegang kuat bahu Emily.

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, Sean." Emily kesakitan, Sean memegang terlalu kuat.

"Aku akan penuhi semua angan-anganmu, Emily. Bukankah kamu sangat mendambakanku? Kita lewati malam ini dengan sangat manis."

"Akh!" Emily didorong di ranjang dan langsung dihimpit oleh tubuh kekar itu.

"Aku tidak akan membiarkan wanita licik sepertimu mendapat kemenangan!" Suara Sean berat di ceruk leher Emily.

"Jangan, Sean. Aku akan membantumu bicara pada om dan tante. Kita bisa mengakhiri pernikahan ini, sesuai yang kamu mau." Emily berusaha mendorong Sean, tapi kekuatannya hanya sia-sia.

"Aku tidak pernah percaya pada wanita licik sepertimu!"

"Jangan .... Aku tidak mau menyatu dengan pria yang memberikan cinta palsu padaku."

Emily merutuki diri. Mulutnya tak sejalan dengan kenyataan. Hati dan tubuhnya menerima perlakuan Sean.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Vonny Elyana
sedihnya Emily ...
goodnovel comment avatar
L.A. Zahra
seru nih, bakal lanjut baca terus...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 129. Semua Akan Indah Pada Waktunya

    "Sean! Bangun, Sean!""Akhh! Perutku sakit sekali ....""Sayang ....""Mama! Papa ...."Gaduh suara roda brankar membuat ngilu. Tiga pasien kini masuk dalam ruang tindakan. Dua pasien yang duduk di kursi depan telah ditutup kain putih."Apa yang terjadi pada anakku?!" Evan memegang dadanya."Pa, tenang. Jangan sampai papa lemah. Anak dan cucu kita pasti akan baik-baik saja!" Martha memegang dua bahu Evan dari belakang.Evan tak mampu lagi menopang raga. Dia lemas dalam dekapan sang istri."Panggil dokter!" teriak Martha.Tangisan pecah. Bahkan Blade gemetar melihat darah di dua tangannya. Kepalanya terus menggeleng. "Tidak! Tidak mungkin!"Dario diam mematung menatap pintu ruang tindakan. Hanya air mata tanpa isakan yang bisa mengungkap betapa takutnya dia sekarang.Rumah sakit itu seketika jadi perbincangan panas publik. Apalagi yang sedang sekarat adalah satu keluarga pengusaha hebat dan pemilik restoran yang terbakar."Tolong jangan berhenti dan lemah. Kumohon kita harus tetap kuat

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 128. Di Ambang Kematian

    "Hancurkan dia! Beraninya mengusik bisnis yang sudah aku jalankan bertahun-tahun. Dia memang cari mati. Aku mau besok dengar kabar kalau semua keluarga Geraldo lenyap!" teriak Benny."Tapi, Bos-"Bugh! Kepalan kuat membuat satu anak buah tersungkur dengan bibir berdarah."Ada yang ingin aku habisi di sini?" Mata Benny nyalang buas."Maaf, Bos. Kami akan berangkat sekarang!"Tak ada lagi yang berani melawan Benny. Dia bak singa yang didesak wilayah kekuasaannya. Mengaum dan menggila. Matanya nyalang siap menghabisi lawannya.Di ruangan itu masih tersisa Erlan dan Biantara."Jika kalian tidak mau kalah, maka hanguskan musuh. Jangan sampai ada musuh yang tersisa. Kita harus jadi raja di raja. Jangan sampai ada yang berani setara pada kita!" bentak Benny.Erlan meremas tangannya. Dia malah terbesit wajah David. Semua kata-kata David terngiang jelas. "Tuan, saya tidak tahu lagi harus bagaimana." Ada rasa jenuh dan sesal kala ini. Dia tak menyangka jika harus melangkah sejauh itu. Apa bisa

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 127. Sean Kembali

    Ambulance langsung membawa Felisha ke rumah sakit. Wanita itu mengalami pendarahan hebat. Dulu, dia bertingkah seperti apa pun kandungannya baik-baik saja. Bahkan dia mencoba makan banyak pantangan orang hamil muda, tetap saja kandungan itu bertahan. Di saat Felisha mulai menerima dan merasa hanya anak yang dikandungnya satu-satunya harta dan masa depannya, anak itu malah merajuk.Dokter langsung melakukan tindakan. Felisha dimasukkan ke ruang operasi karena keadaan sangat darurat. Namun, tindakan dokter tak bisa menyelamatkan janin itu.---Di tempat lain."Beres, Bos. Bayi itu tidak akan menjadi masalah Anda di kemudian hari. Sekarang wanita itu belum sadar karena kondisinya terlalu lemah." Seorang pria menghubungi atasnya. Ya, atasannya adalah orang yang sangat takut dengan tingkah gila Felisha jika suatu hari nanti anak itu akan jadi senjata ancamannya.Biantara. Dia sangat paham dengan polah tingkah seorang Felisha dan bergerak cepat di awal.****"Kami tidak mau punya pimpinan c

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 126. Kian Membaik

    Tak hanya raga. Hati ini luruh tak mampu menopang beratnya rasa. Bagaimana bisa dia melalui hal seberat itu sendirian? Bagaimana bisa aku marah saat dia berdiri saja tak mampu? "Sean ...." Emily terisak di pangkuan Sean."Emily sayang ...." Sean mengusap rambut istrinya dengan derai air mata. Pria kekar itu sesegukan hingga dadanya bergetar.Pelan Sean mendongakkan wajah Emily agar menatapnya. Lalu, dia seka air mata yang telah berani melinang di pipi kesayangannya itu."Sean ...." Emily menggeleng menatap wajah yang sangat dirindukannya."Tadi, aku baik-baik saja dan sekarang saat melihatmu, aku seperti sudah ingin pulang. Aku tak merasakan sakit sedikit pun."Emily sedikit mengangkat tubuhnya dan memeluk Sean. "Aku membencimu, Sayang. Sangat membencimu. Dosa apa aku sampai tidak tahu kalau suamiku menderita."Sean memeluk erat, sangat erat. "Aku memang harus menebus dosa. Aku tahu pantas untuk mendapat perhatianmu karena dulu aku-""Ssssttttt .... Karena aku mencintaimu."Hah! Sean

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 125. Emily Datang Untuk Sean

    Tidak mungkin Sean merahasiakan semuanya dariku? Apa maksudnya? Apa aku tidak berhak tahu atau dia tak ingin aku khawatir? Emily memegang tembok agar tak luruh di lantai."David ...." Emily memegang dadanya dengan derai air mata.David cepat meraih tubuh Emily. "Aku akan membawamu ke atas. Nanti kuceritakan padamu. Tenang, jangan sampai Axel tahu."David mengangkat tubuh Emily dan membawa ke kamar, tanpa sepengetahuan Axel dan Dayana."Pelan-pelan. Tenangkan dirimu. Jangan lupa kamu sedang mengandung anak Sean saat ini." David meletakkan pelan Emily di atas ranjang.Emily menggeser pelan tubuhnya dan bersandar di headboard. Dia menyeka air matanya. Nafasnya sesak terisak.David duduk di sisi ranjang. Dia merangkup wajahnya seraya menghela nafas. "Maafkan aku, Emily."Emily menggeleng sambil tersedu. "Jangan suruh memaafkanmu sebelum aku tahu soal Sean. Vid, aku istrinya. Kenapa aku harus dilarang mengetahui soal keadaannya? Apa salahku?" Tangis wanita itu pecah.David mendecih sesal.

  • Istri Sah Presdir Yang Terbuang   Bab 124. Emily Mendengar Percakapan David

    Di rumah sakit. Sean duduk dengan kepala bersandar. Dua tangannya terpaut di depan. Sebenarnya dia ingin mendekatkan wajahnya pada layar, tapi ...."Ingat, stay cool. Jangan sampai anakmu yang pintar dan sok tahu itu curiga. Tersenyum manis dan bicara seperlunya.""Aku tahu, Cerewet!" kesal Sean."Tuan sudah paham semuanya, Bawel!" Dario menajamkan sorot matanya pada Blade."Aku akan tekan tombol panggil. Kamu menyingkir dulu. Nanti muncul kalau Sean memberi kode!" Blade menggerakkan jari pada Dario, lalu mundur setelah panggilan itu tersambung.Sean meremas kepalan tangannya yang berkeringat. Jantungnya berdetak kian kencang. "Huuuufffff ...." Dia terus menghembus nafasnya panjang."Papa!" Layar itu mulai jelas tampak wajah Axel dan .... Emily di belakangnya. Mereka berdua duduk di atas brankar.Sean sebentar mendongak agar matanya bisa dikondisikan."Papa!" Kini wajah mereka jelas di layar masing-masing."Sayang .... Maaf, papa terlalu banyak urusan." Sean tersenyum lebar. Dia mena

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status