Sebenarnya dia tahu Tasya telah berobat ke mana-mana agar bisa melahirkan anak, dia tak bisa mencegahnya saat itu. Seorang wanita yang tak bisa melahirkan anak justru lebih baik menurutnya, toh pernikahan ini terjadi bukan dilandaskan cinta, anak hanya akan menjadi beban, membuatnya semakin terikat.Tapi yang tak dipikirkannya adalah, ketika dia melihat Tasya memakan obat-obat itu, hatinya justru bergerak. Ketika dia melihat Tasya yang keracunan hingga harus dirawat di rumah sakit, justru dialah yang pertama kalinya kehilangan ketenangan.Saat itu …. Fia tahu, entah sejak kapan posisi Tasya dalam hatinya berubah, tapi dia tidak suka perubahan ini. Akhirnya, fia memaksa dirinya untuk semakin menjauhinya, semakin bersikap dingin padanya, dikiranya dengan begini dia bisa mengembalikannya ke posisi semula.Tapi Tasya selalu maju terus tanpa mundur, tak peduli sedingin apa sikapnya terhadapnya, dia tetap akan menyambutnya dengan senyuman, menyimpan kepahitan dan air mata bagi dirinya sendi
Namun, sebelum dia hendak keluar pintu, dilihatnya Angel sedang menyuapi David makan."Pah, kamu mau keluar?" Melihat Angkasa turun, David sangat kegirangan, dia segera turun dari kursi makannya dan berlari ke arahnya."David, tanganmu kotor, jangan sentuh pakaian Ayahmu," .elihat tangan David yang berminyak, Angel buru-buru mencegahnya, sayang dia terlambat, David sudah berada dalam pelukan Angkasa.Melihat bocah yang ada dalampelukannya ini, kedua mata Angkasa yang biasanya dingin itu memancarkan segurat kehangatan.Pria itu mengusap kepala David, dan berkata sambil tersenyum. "Aku harus pergi keluar, ini akhir pekan, kenapa kamu bangun sepagi ini?""Aku dan teman sekolahku sudah janjian untuk mengunjungi kantor Ayah," ujarnya tersenyum. "Pah, apa kamu bisa mengantarkan kami ke sana?" David memohon padanya sambil memeluk kakinya dengan wajah manja, bola matanya mengerjap-ngerjap.Melihat wajah anaknya, Angkasa tiba-tiba terlintas sebuah wajah yang lain. Bocah yang memiliki lipatan
Ketika mereka sampai di gerbang sekolah, Zayn sudah tiba.David membuka pintu mobil dan berlari ke arahnya. "Zayn! Cepat naik, Ayahku yang hari ini langsung mengantar kita mengelilingi perusahaan."Kata-kata David seketika membuat Zayn terhenyak. 'Ayah?!'Ketika dilihatnya Angkasa turun dari dalam mobil, melihat David yang memanggilnya Ayah dengan manis, Zayn merasa perasaan yang di hatinya ini bukan perasaan senang.Angkasa pun tidak menyangka teman sekolah David adalah Zayn, bocah lelaki yang mengencinginya di bandara waktu itu. Dia berjalan maju dan melihat Zayn dengan dingin, tidak berkata apapun, tapi aura tubuhnya yang menekan itu terasa.Diaa adalah seorang CEO, banyak orang dewasa yang menyingkir ketika bertemu Angkasa di jalan. Tapi, Zayn sama sekali tak tahu hal itu, dia terus menatap Angkasa, senyum di bibirnya mengembang, bocah itu berkata sambil tersenyum manis. "Hai paman, kita bertemu lagi."Keberaniannya membuat Angkasa hanya menatapnya. "Kamu teman sekolah David?""Ya
"Bukankah kamu sedang sakit? Aku datang menjengukmu." Perkataan Angkasa sangat natural, kedua matanya terpaku menatap Tasya.Wajah Tasya merah, kondisinya benar-benar tidak baik.Angkasa buru-buru mengulurkan tangan untuk meraba keningnya, membuat Tasya terlonjak kaget dan mundur ke belakang."Jangan bergerak," suaranya begitu dingin.Tanpa sadar Tasya menurut, detik berikutnya ketika dia tersadar mengapa dia begitu penurut, tangan Angkasa sudah menyentuh keningnya. Suhu yang hangat jauh lebih nyaman dibandingkan dengan suhu tubuhnya saat ini.Tiba-tiba wajah Angkasa berubah. "Sudah sepanas ini kamu masih di rumah? Apa kamu anak-anak? Tidak tahu bagaimana ke rumah sakit? Cepat ganti baju, aku antar kamu ke rumah sakit!"Tasya tidak pernah melihat Angkasa setegang ini sebelumnya.'Dasar lelaki, benar-benar busuk!''Wanita yang memperlakukannya dengan baik di rumah tidak dihargainya, dia justru malah memperhatikan dan menjaga wanita di luar!' Tasya mendengus dalam hati, namun wajahnya t
"Hei, kamu tidak mengerti kata-kata orang, ya? Kubilang, aku tidak suka jahe!" Tasya segera melompat turun dari ranjang, melihat Angkasa yang tengah sibuk di dapur rumahnya, tiba-tiba dia merasa sesak.Tidak seharusnya situasi hangat seperti ini ada diantara mereka berdua. Dan lagi, fia tidak merasa Angkasa yang sekarang jatuh cinta padanya, ini hanya untuk mendekatinya saja. Tasya ingin mendekat untuk mengambil pisau yang ada di tangan Angkasa, namun Angkasa tiba-tiba membalikkan badan dan menahannya di pintu dapur.Tasya dapat merasakan hembusan nafasnya. Tanpa sadar, jantung Tasya berdegup kencang, dia ingin memberontak, namun tiba-tiba tubuhnya terasa melayang. Angkasa sekali lagi menggendongnya dan membaringkannya kembali ke ranjang."Kalau tidak ingin melihatku memaksamu berbaring di ranjang, sebaiknya kamu menurut!" Selesai mengancam Tasya, dia berbalik ke dapur.Tasya terbengong-bengong. Dia tidak heran dengan sifat Angkasa yang pemaksa itu, tapi caranya yang membuatnya tidak
Zayn yang sedang berada di panti asuhan duduk sembari memegang sebuah permen loli di tangannya. "Mama, saat ini aku ada di Panti Asuhan Mekar Laksana. Ingat, kan anak yang dulu belum sempat menerima bantuan? Dia sekarang di sini!" ucapnya sambil tersenyum. "Hari ini aku bertemu dengan ibu kepala panti asuhan, dan datang untuk melihat-lihat disini. Aku rasa disini sangat nyaman, oh iya katanya ada yang memberikan donasi untuk mereka, dan kepala panti memperlakukanku dengan baik. Mama, tolong jemput aku setelah kamu selesai urusanmu, ya?""Ya. Pasti, aku pasti pergi menjemputmu." Sahut Tasya sambil tersenyum.Wajah Angkasa semakin buruk. 'Mau menjemputnya? Orang itu akan datang ke Bandung?! Aku harus melihatnya!'Tasya menutup telepon, ketika dilihatnya Angkasa masih disana, dia sedikit heran. "Kenapa kamu belum pergi juga?" Sikap Tasya yang lembut ketika di telepon tadi berubah sengit.Melihatnya yang memperlakukannya dengan dingin, emosi Angkasa seketika bergejolak. "Siapa yang ingin
Mengapa dia bisa sebrengsek itu?Angkasa mengangkat tangannya ingin kembali mengetuk pintu. Namun, lengannya tergantung di udara beberapa saat sebelum akhirnya dia mengurungkan niatnya.Pria itu menghela napas, menatap kembali pintu rumah itu, dan melepaskan apron yang dia gunakan. Angkasa menaruhnya di gagang pintu, lalu meninggalkan tempat itu dengan gundah.Setelah Tasya terdiam cukup lama, dia bangkit setelah menata ulang perasaannya. Wanita itu berjalan menuju dapur, melihat bahan makanan yang belum selesai dimasak itu, akhirnya dia melanjutkannya. Apapun yang terjadi, tidak boleh membuang-buang makanan."Tasya, apa kamu dirumah?"Panggilan itu membuat Tasya menolehkan kepalanya, wanita itu berjalan keluar dan dilihatnya sosok wanita berjalan menuju ke arahnya."Adel, akhirnya kamu pulang," sahut Tasya menyodorkan pipi kiri dan kanannya. "Adel, aku harus menjemput Zayn, aku ingin meminjam mobil milikmu, ya?"Mendengar Tasya ingin menjemput anaknya, Adelia mengerutkan keningnya. "
"Sembarangan. Ini urusan orang dewasa, anak kecil jangan ikut-ikutan, sana! Kerjakan tugasmu." Tasya menyuruh Zayn kembali ke kamarnya, lalu membuang semua bunga itu ke tempat sampah.Zayn kembali dan memeriksa CCTV, dia harus tahu apa yang telah dilakukan Angkasa, dahinya mengernyit, sorot matanya menyiratkan sesuatu.Kembali lagi, keesokan harinya, sekarang seorang kurir makanan mengantarkan makanan, semuanya adalah makanan kesukaan Tasya dulu, dan lagi berasal dari restoran terbaik di Bandung.Biasanya untuk memesannya saja, setidaknya harus melakukan reservasi seminggu sebelumnya, dia tak menyangka Angkasa menggunakan seluruh koneksinya hanya untuk mengantarkan makanan ini pada Tasya. Hari terus berlanjut dan Angkasa mengirimkan berbagai macam barang-barang dan makanan.Kemudian, Angkasa meminta dokter ke rumah Tasya untuk memeriksa pemulihannya. Namun, Tasya mengusirnya pergi. Tasya merasa dirinya hampir gila. Angkasa bukan seorang yang ramah, tapi sekarang semuanya itu benar-ben