Share

Istri Seksi Sang Casanova
Istri Seksi Sang Casanova
Author: Madinah Ayyara

Bab 1. Nikmat Berujung Ancaman

"Stop di sana Fir! Jika kamu sampai berani mendekat! Aku tak segan mengubah rekaman ini menjadi live streaming dan mengumumkan kepada seluruh dunia supaya mereka semua tahu, kalau kamu... Telah memperkosaku!"

Ancaman itu sukses mengerutkan nyali Firheith seketika, karena Mutia nekat mengarahkan kamera ponselnya saat Firheith dalam kondisi setengah polos.

Mulanya Firheith pikir Mutia tak ubahnya seperti para wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya. Mudah ia campakkan dan tidak akan berani menuntut apapun setelah pernah tidur dengannya karena yang dilakukannya hanya sekadar bersenang-senang.

Tetapi prediksi Firheith salah besar. Semua terjadi di luar dugaan, ternyata Mutia sangatlah berbeda. Ia bukan wanita lemah dan mudah ditekan.

Bahkan setelah percekcokan tadi setelah Mutia menyadari dirinya terbangun di sisi pria itu tanpa sehelai benang. Tak lama meratapi kemalangannya, Mutia yang tahu Firheith seperti apa. Cerdik membalik situasi, dengan berhasil merebut ponsel pria itu.

Setelah Mutia menyadari kelengahan Firheith yang selama ini tak pernah menggunakan sidik jari untuk mengunci ponsel, Mutia lalu dengan bebas mengakses seluruh akun media sosialnya.

Firheith tak sanggup membayangkan gara-gara kecerobohannya itu. Nama baik keluarganya akan hancur dalam waktu sekejap, jika video nya merebak luas ke belasan juta followersnya yang langsung menjadi tranding topik.

"Hentikan tindakan konyolmu itu, Mutia?" bujuk Firheith sembari menyilangkan tangan ke depan wajah, agar tak terlalu terekspos.

"Ini bukan konyol, tapi waspada karena casanova sepertimu tak mudah di percaya! Apa kamu pikir bisa mencampakkan aku setelah ini seperti wanita bodoh yang haus belaianmu, huh? Tidak, Fir! Aku bukan jalang!" tekan Mutia berapi-api, harga dirinya telah dihancurkan pria brengsek itu dalam kondisi tak sadar. Maka dari itu Mutia merekamnya sebagai bukti, seandainya nanti Mutia hamil dan Firheith mangkir dari tanggung jawab.

"Dasar wanita licik!" rutuk Firheith dengan lirikan tajam, sangat muak dengan Mutia. Kini ia menyesal telah mencicipi tubuh wanita itu, yang sialnya memang lebih nikmat karena ia lah yang pertama menjamah Mutia.

"Licik?" Mutia rasanya ingin menamparnya jika tak sedang merekam. "Berkacalah, karena makian itu lebih cocok untukmu!" balas Mutia sengit membungkam mulut Firheith.

Firheith kehilangan kata-kata dan napasnya saat ini. Ia terus mencari cara supaya Mutia memberikan ponselnya. Tetapi rupanya tak semudah itu, karena otak Firheith tak bisa berpikir jernih saat ini.

"Harusnya kamu berterima kasih padaku, jika tanpa bantuanku. Kamu pasti sudah mati sekarang!" cibir Firheith tak merasa bersalah, sehingga Mutia bertambah kesal.

"Lebih baik aku mati daripada kehormatanku seenaknya kamu renggut. Dasar bajingan tengik!"

Firheith pun mengerang frustasi meremas rambutnya. "Jangan macam-macam kamu Mutia. Kembalikan ponselku, cepat! Atau kamu akan merasakan akibat buruk setelah ini!" desak Firheith menggertak.

Mutia sekalipun tak gentar, walau Firheith terlihat sangat marah dan mengintimidasinya.

"Tidak! Ponselmu hanya akan kembali setelah urusan kita selesai. Aku tidak mau tertipu lagi olehmu, sebelum kamu menuruti permintaanku!" raung Mutia tak main-main, walau tak sejalan dengan hatinya. Ia tak memiliki pilihan lain untuk melakukan ini.

Penyesalan dalam benaknya mencuat. Seandainya waktu bisa diputar, Mutia tak akan sudi menerima bantuan Firheith yang alih-alih membawanya ke rumah sakit.

Ketika itu, Mutia sendirian terjebak hujan deras selama dua jam di sebuah jalanan desa yang diapit persawahan sepi—jauh dari rumah penduduk. Setelah Mutia memfoto copy tugas sekolah.

Mutia yang phobia dengan petir, kehilangan kendali sewaktu menyetir motor sehingga ia terjatuh dan tertimpa badan motor itu.

Ia tak bisa bangun lalu berteriak meminta tolong kepada warga sekitar. Nahasnya, tak ada seorangpun yang lewat jalanan malam itu. Tetapi begitu dirinya hampir pingsan, ia malah tak sengaja ditemukan Firheith yang mobilnya kebetulan melintas setelah pulang dari rumah sahabatnya, Alda dan Richard.

Dari rumah sakit, bukannya Mutia diantar pulang. Justru Mutia dibawa Firheith ke hotelnya menginap dengan alasan rumahnya terlalu jauh. Mutia bahkan menggigil kedinginan dan sempat pingsan, membuat Firheith menghangatkannya dengan cara ekstrim.

"Cepat katakan berapa banyak uang yang kamu mau?" Firheith was-was saat jempol Mutia hampir menekan tombol live i*******m. Ia berharap Mutia akan luluh dengan cara ini, seperti yang biasa ia lakukan sebagai kompensasi ke setiap bekas teman ranjangnya.

“Aku tidak butuh uangmu, tapi nikahi aku!”

Comments (12)
goodnovel comment avatar
Paprika Hijau
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Lavender
jangan mau enaknya aja bang, dasar casanova rombeng
goodnovel comment avatar
Raflesia
Mutia emang lain, kaget uy dia sampe nekat ngelive biar fir tanggung jawab
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status