Setelah sadar kehormatannya diambil paksa di luar kendalinya. Mutia nekat melakukan cara agar Firheith mau bertanggung jawab, karena Mutia tahu. Firheith hanya menjadikan wanita sebagai tempat pelampiasan nafsunya, setelah itu dicampakkan karena berpikir semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Mana pernah Firheith berkomitmen menikah? Itu seperti dalam khayalan. Tapi Mutia akan membuktikannya, kalau pria itu akan setuju. Bukan dengan cara menangis atau bunuh diri, melainkan cara lain yang membuat Firheith lemah. "Licik! Hentikan kekonyolanmu dan sebutkan berapa hargamu? Lagi pula, harusnya kamu berterima kasih karena kehangatan yang kuberikan. Dirimu tidak berakhir di kuburan, Mutia!" "Mati lebih terhormat daripada kehormatanku kamu renggut, Fir! Aku tidak butuh uangmu tapi nikahi aku atau...." "Berhenti, Mutia!" Masuk ke dalam keluarga Firheith merupakan petaka, saat ibu dan adiknya tidak menerima karena Mutia yang dianggap miskin. Namun, semakin masuk ke dalam keluarga itu. Mutia menemukan sebuah rahasia yang tidak ia sangka-sangka! đFollow Instagram untuk visual dan spoiler cerita: meidiana.ayyara
View More"Stop di sana Fir! Jika kamu sampai berani mendekat! Aku tak segan mengubah rekaman ini menjadi live streaming dan mengumumkan kepada seluruh dunia supaya mereka semua tahu, kalau kamu... Telah memperkosaku!"
Ancaman itu sukses mengerutkan nyali Firheith seketika, karena Mutia nekat mengarahkan kamera ponselnya saat Firheith dalam kondisi setengah polos.Mulanya Firheith pikir Mutia tak ubahnya seperti para wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya. Mudah ia campakkan dan tidak akan berani menuntut apapun setelah pernah tidur dengannya karena yang dilakukannya hanya sekadar bersenang-senang.Tetapi prediksi Firheith salah besar. Semua terjadi di luar dugaan, ternyata Mutia sangatlah berbeda. Ia bukan wanita lemah dan mudah ditekan.Bahkan setelah percekcokan tadi setelah Mutia menyadari dirinya terbangun di sisi pria itu tanpa sehelai benang. Tak lama meratapi kemalangannya, Mutia yang tahu Firheith seperti apa. Cerdik membalik situasi, dengan berhasil merebut ponsel pria itu.Setelah Mutia menyadari kelengahan Firheith yang selama ini tak pernah menggunakan sidik jari untuk mengunci ponsel, Mutia lalu dengan bebas mengakses seluruh akun media sosialnya.Firheith tak sanggup membayangkan gara-gara kecerobohannya itu. Nama baik keluarganya akan hancur dalam waktu sekejap, jika video nya merebak luas ke belasan juta followersnya yang langsung menjadi tranding topik."Hentikan tindakan konyolmu itu, Mutia?" bujuk Firheith sembari menyilangkan tangan ke depan wajah, agar tak terlalu terekspos."Ini bukan konyol, tapi waspada karena casanova sepertimu tak mudah di percaya! Apa kamu pikir bisa mencampakkan aku setelah ini seperti wanita bodoh yang haus belaianmu, huh? Tidak, Fir! Aku bukan jalang!" tekan Mutia berapi-api, harga dirinya telah dihancurkan pria brengsek itu dalam kondisi tak sadar. Maka dari itu Mutia merekamnya sebagai bukti, seandainya nanti Mutia hamil dan Firheith mangkir dari tanggung jawab."Dasar wanita licik!" rutuk Firheith dengan lirikan tajam, sangat muak dengan Mutia. Kini ia menyesal telah mencicipi tubuh wanita itu, yang sialnya memang lebih nikmat karena ia lah yang pertama menjamah Mutia."Licik?" Mutia rasanya ingin menamparnya jika tak sedang merekam. "Berkacalah, karena makian itu lebih cocok untukmu!" balas Mutia sengit membungkam mulut Firheith.Firheith kehilangan kata-kata dan napasnya saat ini. Ia terus mencari cara supaya Mutia memberikan ponselnya. Tetapi rupanya tak semudah itu, karena otak Firheith tak bisa berpikir jernih saat ini."Harusnya kamu berterima kasih padaku, jika tanpa bantuanku. Kamu pasti sudah mati sekarang!" cibir Firheith tak merasa bersalah, sehingga Mutia bertambah kesal."Lebih baik aku mati daripada kehormatanku seenaknya kamu renggut. Dasar bajingan tengik!"Firheith pun mengerang frustasi meremas rambutnya. "Jangan macam-macam kamu Mutia. Kembalikan ponselku, cepat! Atau kamu akan merasakan akibat buruk setelah ini!" desak Firheith menggertak.Mutia sekalipun tak gentar, walau Firheith terlihat sangat marah dan mengintimidasinya."Tidak! Ponselmu hanya akan kembali setelah urusan kita selesai. Aku tidak mau tertipu lagi olehmu, sebelum kamu menuruti permintaanku!" raung Mutia tak main-main, walau tak sejalan dengan hatinya. Ia tak memiliki pilihan lain untuk melakukan ini.Penyesalan dalam benaknya mencuat. Seandainya waktu bisa diputar, Mutia tak akan sudi menerima bantuan Firheith yang alih-alih membawanya ke rumah sakit.Ketika itu, Mutia sendirian terjebak hujan deras selama dua jam di sebuah jalanan desa yang diapit persawahan sepiâjauh dari rumah penduduk. Setelah Mutia memfoto copy tugas sekolah.Mutia yang phobia dengan petir, kehilangan kendali sewaktu menyetir motor sehingga ia terjatuh dan tertimpa badan motor itu.Ia tak bisa bangun lalu berteriak meminta tolong kepada warga sekitar. Nahasnya, tak ada seorangpun yang lewat jalanan malam itu. Tetapi begitu dirinya hampir pingsan, ia malah tak sengaja ditemukan Firheith yang mobilnya kebetulan melintas setelah pulang dari rumah sahabatnya, Alda dan Richard.Dari rumah sakit, bukannya Mutia diantar pulang. Justru Mutia dibawa Firheith ke hotelnya menginap dengan alasan rumahnya terlalu jauh. Mutia bahkan menggigil kedinginan dan sempat pingsan, membuat Firheith menghangatkannya dengan cara ekstrim."Cepat katakan berapa banyak uang yang kamu mau?" Firheith was-was saat jempol Mutia hampir menekan tombol live i*******m. Ia berharap Mutia akan luluh dengan cara ini, seperti yang biasa ia lakukan sebagai kompensasi ke setiap bekas teman ranjangnya.âAku tidak butuh uangmu, tapi nikahi aku!âBerkaca dari masalahnya, dan bagaimana perilaku Firheith sebelumnya. Mutia yang gampang terprovokasi oleh Jerome kini tak menggubris suaminya itu yang terus memanggil. "Lajukan mobilnya, Jer!" suruh Mutia bersikeras. Bukankah ini kemauannya? Lalu kenapa Jerome pura-pura bingung? "Tapi kan, kita akan ke kantor polisi Mutia?" "Lain kali saja, Jer!" jawab Mutia ketus sembari mengalihkan perhatiannya dari Firheith yang mengetuk kaca mobil sebelahnya duduk. Jerome menarik sudut bibirnya, merasa senang melihat Firheith mengemis-ngemis seperti itu dendamnya sedikit terbalaskan. âKau pikir merebut kepunyaan orang lain akan membuatmu aman, Fir? Tidak! Sudah waktunya aku mengambil Mutia dan anak kalian di rahim Mutia? Sungguh, aku tak sudi! Aku akan mencari cara untuk melenyapkannya!â batin Jerome berniat buruk. Sementara itu, Firheith tak pantang menyerah. Dia ingat tujuannya dan setelah tahu Gabriel tak bersalah, Firheith semakin percaya diri menemui istrinya itu. "Buka kaca jendelanya
Gabriel langsung keluar dari mobil pasca berhenti. Situasi jalanan yang ramai membuat Gabriel yang buru-buru harus berhati-hati menyebrang. "Pak, tunggu!" Gabriel memanggil seseorang yang dikenalinya dengan pakaian compang-camping. "Berhenti! Tolong berhenti sebentar saya ingin bicara!" Sayangnya orang itu sekalipun tak menggubris Gabriel. Sopir keheranan dengan yang dilakukan Gabriel lalu menahan senyum. "Dia pergi sejauh ini hanya ingin mencari orang gila? Pakai bahasa Inggris lagi? Mana dia mengerti? Ada-ada saja kelakuan bule zaman sekarang." Tanpa sopir itu tahu, sebenarnya orang yang dianggap tak waras itu mengerti perkataan Gabriel. Bahkan mengenalnya tapi berpura-pura sebaliknya. "Aku harus cepat pergi sebelum Gabriel menemuiku," kata orang itu berjalan dengan cepat saat Gabriel mengikutinya dari belakang. "Goddamn it! Dia memang Ekadanta, walau rambutnya menggimbal, wajah dan tubuhnya burik seperti pakaiannya itu? Ck, gila!" gumam Gabriel mengatainya, "Apa tujuan dia beg
Sejurus kemudian mobil telah sampai di rumah Mutia. Kedua jantung Ayah dan putranya itu berdebar kencang padahal hanya melihat depan rumah itu. "Kita turun, Fir!" suruh Gabriel duluan tanpa menunggu dibukakan sopir. Firheith menyusulnya. Gabriel berdiri di tepi jalan, mengatur napas dan nyalinya sebelum menemui istri dari mendiang temannya. Rumah itu tampak sepi dan pintunya tertutup rapat. Mungkinkah penghuninya keluar? Dan tak ada siapapun di dalam! "Pa."Gabriel menoleh pada Firheith. Seakan tahu arti tatapan putranya, Gabriel langsung menjawab, "Ketuklah pintunya."Firheith mengangguk. Hanya dengan sekali ketukan, seorang wanita paruh baya menggunakan kebaya putih membuka pintu. "Siapa?" tanya Ida sebelum pintunya terbuka dengan lebar. Firheith dan Gabriel sesaat bertukar pandangan. "Saya, Bu." "Fi-Fir??"Tubuh Ida tersentak dan membeku melihat Firheith di hadapannya tiba-tiba. "Maafkan saya, Bu." Gegas Firheith merendahkan diri dengan memegangi tangan Ida. "Saya tidak be
"Kau yakin dengan keputusanmu bercerai dari Fir, Muti?" tanya Ida pada putrinya yang beranjak ke ruang tamu menemui Jerome siang itu. Ida sengaja menemui Mutia di kamar dan membahas topik itu sebelum Mutia keluar. Tapi Mutia tetap kukuh bercerai, bahkan kedatangan Jerome bermaksud untuk menemani putrinya ke kantor polisi membuka kembali laporan kematian Ekadanta yang sudah ditutup sejak lama. "Keputusan Mutia sudah benar, Bu Ida." Jerome menyahut ketika Mutia terlihat berjalan ke arah ruang tamu. Pandangan Ida dan Mutia tersapu ke Jerome yang bangkit dari duduk. Menyapa Ida dengan anggukan dan senyuman. Tapi entah kenapa dari awal bertemu Jerome, Ida tak begitu menyukainya walau pria itu bersikap ramah? "Maaf Nak Jerome, ini urusan keluarga kami. Tolong jangan ikut campur," ucap Ida sopan.Tapi Mutia yang tak enak dengan Jerome, karena ibunya yang terlalu sarkas. Lalu membisikkan sesuatu pada ibunya, "Bu, jangan begitu. Jerome ke sini niatnya baik.""Iya, Bu. Tolong maafkan saya
Firheith teralihkan suara Celine yang begitu geger. Kini ia sendiri pun dapat melihat Glady berdiri tegak di depannya setelah lama lumpuh, sehingga pria itu refleks menjatuhkan ponselnya ke lantai. âMa.âSepasang mata Glady basah memandangi putranya, tangannya menggapai wajah Firheith yang bergeming sebelum ia peluk. âTolong dengarkan mama kali ini, Sayang. Percaya mama, kalau papamu tidak membunuh ayahnya Mutia? Tolong jangan salah paham, ya?â bisik Glady coba membujuk. Sontak Firheith melepas tangan Glady dari tubuhnya. Dan tanpa berkata apapun Firheith sedikit menjauhi ibunya itu, hingga Glady merasa cemas karena ia melihat ketidak percayaan Firheith dari tatapannya yang lesu. âJika papa terbukti membunuh Tuan Ekadanta, silakan kau bunuh papa,â ucap Gabriel tiba-tiba mengejutkan keluarganya.Celine syok dan hampir terhuyung lalu Adam merangkulnya. âKau baik-baik saja, Celine?â tanya Adam khawatir. Hubungan keduanya kini membaik lantaran Celine berhasil memenangkan hati duda
SebelumnyaâŠ.âMutia, tolong dengarkan aku sebentar?âWanita itu tampak menghela napas, mulanya dia tak ingin mengangkat ponselnya yang terus berdering jika bukan Idaâibunya. Sayangnya yang malah dia dengar pertama kali adalah suara Jerome, pria yang masih kerabatnya dan menyukai Mutia namun dia tolak. âKenapa kau masih menggangguku Jer? Sudah kukatakan, lupakan aku karena aku sudah menikah.âTakut Mutia memutus telepon, Jerome yang berstatus pengacara itu pun mengatakan sesuatu yang membuat Mutia syok. âAku tahu siapa yang membunuh Paman Ekadanta.âHening, Mutia coba mengatur napasnya dan jantungnya yang berubah cepat.âSiapa?âDengan suara lirih Jerome mengatakan sesuatu yang mengejutkan. âPembunuh ayahmu adalah Tuan Gabriel!âKedua bola mata Mutia Aurora terbelalak, tubuhnya bahkan sedikit terdorong ke dinding mendengar itu. Lalu dengan logikanya Mutia berusaha mencerna ketegangan yang menguasainya, dia tersenyum kaku sambil menggeleng.âTidak mungkin, Papa Gabriel itu orang
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments