Share

Belahan Jiwa

Penulis: Si Nicegirl
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-25 09:09:14

Teriknya sinar matahari siang itu tidak mengurangi keriangan Sasya dan ketiga sahabat baiknya, Monic, Lolita dan Sheina, saat mereka tengah becanda gurau di kolam renang. Untungnya pohon rindang di sisi kolam renang mampu menaungi sinar matahari, hingga tidak sampai membakar kulit mulus mereka.

"Katanya renang bagus untuk wanita hamil, beneran gak sih?" tanya Sasya pada Monic atau Lolita.

Kedua sahabatnya itu tengah sama-sama hamil, dengan jeda waktu hanya kurang dari dua bulan saja. Sama halnya dengan persahabatan mereka, suami Monic dan Sasya pun bersahabat juga, bahkan terjalin jauh lebih lama dari persahabatan Sasya dengan Monic, Lolita dan juga Sheina.

"Kalo menurut dokter kandungan gue sih iya, renang bagus untuk wanita hamil. Katanya sih bisa bantu gue tetap bugar, dan supaya bisa gampang aja gitu adaptasi sama kehamilan gue, dan juga bentuk tubuh gue yang pastinya perlahan bakalan berubah," jawab Lolita.

"Iya bener. Dokter kandungan gue juga kasih penjelasan kek gitu juga sih. Bisa buat relaksasi juga untuk nyeimbangin kekuatan kardiovaskular dan otot supaya gue bebas dari stress," timpal Monic.

"Ya itu juga. Dan yang bikin gue semangat, kalo hamil kan berat badan naik dan bikin otot-otot kita kehilangan daya tahannya tuh. Nah berenang bisa buat ngatasin itu juga, karena renang otot tangan dan kaki kita terus bergerak. Ya kan Mon?"

"Nah, kalo yang itu gue baru denger sih. Mang eya?"

"Iya serius! Jadi waktu bersalin nanti, kontraksi bisa lebih efektif kalau otot kita kencang."

"Wah, dah banyak pengetahuan baru nih ibu hamil kita ini, Na. Bentar lagi lo nyusul mereka deh,' goda Sasya, wajah Sheina seketika merona merah.

"Eh iya, Na. Gimana sama nyokap lo? Udah gak ngelarang lagi hubungan lo sama Pak Jhon kan?" tanya Lolita. John ini merupakan asisten pribadi Ethan, suaminya Lolita.

"Setelah gue tau ternyata selama ini Mama diam-diam udah nikah lagi, Mama gak pernah lagi ngelarang gue. Katanya yang bakalan ngejalanin rumah tangga nanti kan gue, jadi kalau emang gue udah ngerasa nyaman sama pak John, ya Mama sih gak ngelarang lagi," jawab Sheina.

Ternyata selama ini mamanya Sheina sering tugas ke luar kota bukan karena ada pekerjaan, tapi untuk tinggal di rumah suami barunya. Takut Sheina melarang pernikahannya itu, mamanya lebih memilih untuk merahasiakannya.

"Bagus! Jadi lo dah dapat izin nyokap sepenuhnya ya. Terus, gimana sama bokap tiri lo? Baik kan?"

"Syukurnya baik. Sama Pak John juga baik. Gak butuh waktu lama buat mereka akrab, sudah kaya sahabat aja sekarang mereka berdua," kekeh Sheina.

Calon suami dan papa tirinya berusia sama. Mungkin nanti akan sedikit canggung ketika Sheina dan John sudah menikah. Tapi semoga saja kecanggungan itu tidak berlangsung lama.

"Lo jadi kek dapat dua Papa baru ya, Na. Akhirnya keinginan lo selama ini buat ngerasain kasih sayang ayah tercapai juga. Meski yang satu suami rasa ayah," ucap Monic setengah menggoda.

"Ya begitulah."

"Gaes, ada yang haus gak sih? Gue mo minum nih?" tanya Sasya.

"Mo gue panggilin bibi?" tanya Monic.

"Eh jangan, biar gue ambil sendiri aja. Lo mo sekalian gue ambilin gak?" 

"Gak lah, belum haus. Loly sama Ena kali mau."

"Boleh deh air putih aja," pinta Lolita, sementara Sheina menggelengkan kepalanya.

Sasya menaiki railling tangga kolam renang, lalu memeras pakaian renangnya yang ketat untuk memastikan tidak ada lagi air yang menetes dari pakaian renangnya itu, dan tidak membasahi lantai dapur nanti.

Asik memeras baju renangnya sambil terus melangkah ke arah dapur tanpa melihat jalan lagi, kaki Sasya terkilir di undakan kecil menuju dapur,

"Owch!" pekiknya, tubuhnya sendiri terhuyung dan menubruk sesuatu yang keras dan menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Ka ... Kak Morgan!" pekik Sasya saat mendapati Morgan lah yang telah menahan tubuhnya itu.

"Seharusnya kamu tahu kalau mata kaki itu tidak bisa melihat!" ledek Morgan.

Merasakan kehangatan yang tidak biasa di tubuhnya, Sasya pun bergerak menjauhi Morgan, namun kembali memekik karena telapak kakinya luar biasa sakit saat digerakkan,

"Jangan bergerak tiba-tiba ketika kakimu habis terklilir, kamu hanya akan menyebabkan traumanya semakin parah!" cegah Morgan, lagi-lagi berhasil menahan tubuh Sasya dan membopongnya.

"Astaga, Kak Morgan turunin aku! Aku bisa jalan!" pinta Sasya.

"Monic pasti akan mencekik leherku kalau aku tidak membantu temannya yang sedang kesakitan!" geram Morgan. Sebenarnya ia pun enggan melakukannya, tapi mengingat bocah ini sahabat baik adiknya, jadi mau tidak mau Morgan pun membantunya.

"Gak perlu kak, Astaga! Aku sendiri yang jelasin ke Monic nanti. Tolong turunin aku, kalo Tante lihat aku malu!" pinta Sasya lagi.

"Bi, tolong ambilkan salep untuk nyeri otot!" pinta Morgan saat mereka berpapasan dengannya.

"Baik, Tuan."

Morgan mendudukkan Sasya di meja bar yang lebih tinggi dari meja makan yang berada tidak jauh darinya. Yang sekarang sudah terisi dengan makanan siang mereka. Namun karena Sasya dan kawan-kawan masih asik renang, jadi mama Monic menunda makan siang mereka.

"Kenapa di sini? Banyak sofa di sana, Kak," tanya Sasya.

"Supaya aku lebih mudah mengolesi salepnya, dan kamu tidak membasahi sofa mahal keluargaku," jawab Morgan sambil mengurut pelan bagian kaki Sasya yang terkilir itu. Ia menutupi kedua pahanya yang terbuka dengan telapak tangannya.

"Aku tidak akan mengintip, tenang saja. Aku tidak tertarik dengan bocah ingusan!" tegas Morgan sambil terus mengurut kaki Sasya.

"Baguslah! Kirain dah ketularan kak Levin dan kak Ethan!" balas Sasya. Ia pun sama sekali tidak berminat menjalin hubungan dengan pria yang usianya jauh lebih tua darinya. Tidak jika yang muda lebih kuat dan menantang. 

Tapi sejauh menyangkut Morgan, pria itu memiliki kedudukan tersendiri di dalam hati Sasya. Pria itu alasan kenapa hingga kini Sasya tidak mau menjalin hubungan serius dengan pria lain. 

Sejurus kemudian salep itu sudah di tangan Morgan dan langsung mengolesinya di kaki Sasya yang sudah mulai terlihat membengkak. Sasya memekik pelan tiap kali Morgan menyentuh bagian yang bengkak itu,

"Owch pelan-pelan!"

"Ini sudah pelan. Apa perlu kami membawamu ke rumah sakit?" 

"Eh jangan! Masalah keseleo doang sih santai aja. Aku dah sering, kok. Jadi kak Morgan gak perlu khawatir," tolak Sasya mentah-mentah. Ia sungguh fobia dengan apa pun yang berbau rumah sakit.

"Ya sudah. Kalau begitu, sebaiknya kamu jangan renang lagi, bisa-bisa betismu keram nanti. Tunggu di sini saja, biar aku yang panggil Monic dan temanmu yang lainnya!" perintah Morgan setelah menurunkan Sasya dan memastikannya dapat berdiri dengan sempurna, baru melangkah keluar menuju area kolam renang.

'Ahh, belahan jiwa gue. Semakin matang semakin menarik aja dirimu,' puji Sasya dalam hatinya, sementara matanya tak pernah lepas dari sosok Morgan yang menjauh.

Semua yang ada di dalam diri pria itu begitu sempurna, begitu membuat Sasya sering memimpikannya dan bangun dalam keadaan putus asa karena tidak terpuaskan. 

"Cha! Sasya!" tangan Morgan yang mengguncang pundak Sasya menyadarkan Sasya dari lamunannya. Pada saat-saat pertama kali Morgan menyentuhnya.

"Eh maaf. Jadi, siapa wanita itu, Kak?"

"Nanti kamu juga akan tahu sendiri. Sekarang apa keputusanmu? Bersedia membatuku, 'kan?" tanya Morgan penuh harap.

"Ini masalah serius, Kak. Aku gak bisa mutusin begitu aja tanpa pertimbangan yang matang. Mengingat untuk aku pribadi, aku hanya mau menikah satu kali seumur hidupku. Dan pastinya bukan untuk sebuah permainan," jawab Sasya dengan penuh keyakinan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Sewaan Sang CEO Tampan   Desas-desus

    "Stop! Udah aku turun di sini aja kak!" pinta Sasya secara tiba-tiba saat mobil Morgan baru masuk ke dalam komplek perumahan wanita itu."Kenapa? Bukannya rumahmu masih dua block lagi dari sini?" tanya Morgan."Aku lupa ada yang mau aku beli, tuh di sana!" Jari telunjuk Sasya terarah pada sebuah minimarket."Dit, menepi di minimarket itu!" perintah Morgan pada supirnya."Baik, Tuan.""Eh jangan, udah di sini aja!" cegah Sasya, namun supir itu mengabaikannya. Jelas saja dia lebih memilih mematuhi perintah tuannya, jadi terus melajukan mobilnya hingga berhenti tepat di depan minimarket.'Sial! Kalo qda tetangga yang liat dan ngadu ke Mama, bisa mati gue!' batin Sasya.Selama ini, orangtuanya selalu mendapatkan laporan dari tetangga mereka mengenai seringnya Sasya turun naik mobil yang berbeda, dengan seorang pria yang berbeda juga. Itu makanya Sasya sengaja minta turun agak jauh dari rumahnya, karena Orangtuanya telah menegaskan kalau sampai mereka mendengar desas-desus itu lagi, maka

  • Istri Sewaan Sang CEO Tampan   Gemas

    "Ini masalah serius, Kak. Aku gak bisa mutusin begitu saja tanpa pertimbangan yang matang. Mengingat untuk aku pribadi, aku hanya mau menikah satu kali seumur hidup aku. Dan pastinya bukan untuk sebuah permainan," jawab Sasya dengan penuh keyakinan."Please bantu aku, Cha. Aku janji selama pernikahan kontrak kita nanti, aku tidak akan menyentuhmu.""Bukan masalah itu, Kak.""Lalu apa?""Banyak konsekuensi yang akan aku terima nantinya saat kontrak pernikahan kita berakhir nanti, Kak. Salah satunya hubungan aku dengan Monic yang pastinya akan renggang dan canggung. Aku gak mau ah, terlalu banyak hal yang aku pertaruhkan nantinya."Dan yang paling Sasya takutkan adalah jatuh cinta yang semakin dalam pada pria itu. Pria yang sudah menambatkan hatinya pada wanita lain. Hanya saja sepertinya bertepuk sebalah tangan.Kalau tidak, Morgan tidak akan terlihat seputus asa itu. Bahkan nyaris memohon Sasya untuk menikah kontrak dengannya hanya untuk membuat wanitanya cemburu, dan pada akhirnya me

  • Istri Sewaan Sang CEO Tampan   Belahan Jiwa

    Teriknya sinar matahari siang itu tidak mengurangi keriangan Sasya dan ketiga sahabat baiknya, Monic, Lolita dan Sheina, saat mereka tengah becanda gurau di kolam renang. Untungnya pohon rindang di sisi kolam renang mampu menaungi sinar matahari, hingga tidak sampai membakar kulit mulus mereka."Katanya renang bagus untuk wanita hamil, beneran gak sih?" tanya Sasya pada Monic atau Lolita.Kedua sahabatnya itu tengah sama-sama hamil, dengan jeda waktu hanya kurang dari dua bulan saja. Sama halnya dengan persahabatan mereka, suami Monic dan Sasya pun bersahabat juga, bahkan terjalin jauh lebih lama dari persahabatan Sasya dengan Monic, Lolita dan juga Sheina."Kalo menurut dokter kandungan gue sih iya, renang bagus untuk wanita hamil. Katanya sih bisa bantu gue tetap bugar, dan supaya bisa gampang aja gitu adaptasi sama kehamilan gue, dan juga bentuk tubuh gue yang pastinya perlahan bakalan berubah," jawab Lolita."Iya bener. Dokter kandungan gue juga kasih penjelasan kek gitu juga sih.

  • Istri Sewaan Sang CEO Tampan   Bujukan Morgan

    Alih-alih membalas uluran tangan Morgan dengan menjabatnya, Sasya malah bergerak berdiri sambil melampirkan tasnya ke pundaknya,"Cukup gurauannya untuk hari ini ya, Kak. Aku permisi dulu.""Apa aku terlihat sedang bergurau, Cha?"Suara bariton Morgan menghentikan gerakan Sasya, ia kembali menatap pria itu lagi. Dan selama ia mengenal Morgan, belum pernah sebelumnya ia melihat Morgan seperti memohon tapi tetap mempertahankan harga dirinya."Kakak serius?" tanyanya."Aku tidak akan menjatuhkan harga diriku dengan memintamu menjadi istri kontrakku kalau aku tidak serius, Cha. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk bermain-main dengan bocil sepertimu."Sasya paling benci jika Morgan sudah menyebutnya 'Bocil' Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan gerakan kesal, matanya menatap nyalak pria itu,"Bocil ya? Terus kenapa minta bantuan sama bocil? Ke panti pijat plus-plus saja sana, dan cari wanita dewasa yang bisa disewa! Mereka pasti akan dengan senang hati bantu Kakak, dapat plu

  • Istri Sewaan Sang CEO Tampan   Tawaran Kontrak Pernikahan

    Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pria yang menyewa jasa Sasya sebagai pacar sewaannya. Tatapan nyalang Sasya tak pernah lepas dari mata pria itu,"Sial lo! Udah jelas ya tertera di dalam perjanjian kita gak ada sentuhan fisik kecuali pegangan tangan dan rangkulan, itu pun kalo lo mau nunjukin foto kemesraan kita ke mantan pacar sialan lo itu!" Umpat Sasya. Ia tidak peduli pengunjung lain dapat mendengar umpatannya itu."Astaga, pelanin suara lo, Sya. Gue cuma mau nyium pipi lo doang, itu aja sih gak lebih. Gak perlu di dramatisir deh!""Enteng banget lo ngomong gak perlu di dramatisir! Tetap aja lo tuh udah nyalahin perjanjian kita! Itu berarti kontrak kita selesai! Lo gue end!""Gue gak mau putus, Sya. Gue udah terlanjur cinta sama lo!" tolak pria itu. "See? Lo udah ngelanggar perjanjian kita lagi. Berkali-kali udah gue tegasin kalau hubungan kita tuh cuma sekedar sewaan, jangan baperan! Nah lo malah kebawa perasaan, ya salah lo sendiri lah!"Dengan mudahnya pria itu ja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status