Share

Wanita yang Berbeda

"Maaf sudah mengganggu waktu sibuk kamu," ucap Aaron begitu duduk bersama dengan Dona di sebuah kafe yang berada tidak jauh dari lokasi syuting Dona.

"Bisa kita langsung ke inti pembicaraan? Tidak perlu berbasa basi."

Aaron tersenyum geli bercampur kagum mendengar respon ketus Dona. Senyum tipis bercampur tatapan tajam merupakan kombinasi yang begitu mempesona di wajah cantik Dona bagi Aaron.

"Baiklah." Aaron menganggukkan kepalanya. "Saya menerima balasan penawaran kerjasama dari manajer kamu pagi ini, isinya menyatakan bahwa kamu menolak kerjasama itu. Boleh saya tahu alasan kenapa kamu menolaknya?"

"Aku sedang terikat banyak kontrak kerja saat ini. Mungkin lain kali. Itupun kemungkinannya sangat kecil mengingat banyak mitra bisnis yang berlomba-lomba ingin bekerja sama dengan saya."

Gotcha!

Kesan sombong dan angkuh. Seharusnya Aaron tersinggung dan muak dengan respon dan kesan arogan yang terang-terangan ditunjukkan oleh Dona. Tapi kenyataannya, Aaron malah semakin tertarik dengan wanita cantik yang kini menatapnya dengan malas.

Aaron menatap Dona lekat sembari sendikit tersenyum tipis. Dona langsung bisa menjawab pertanyaannya. Itu artina dia telah tahu siapa Aaron.

"Tapi aku cukup terkesan melihat kerja keras dan keseriusan anda, seorang pemimpin sebuah perusahaan multimedia terbesar datang langsung untuk menemui talent yang akan bekerja sama dengan anda. Namun sayang, totalitas yang anda tunjukan belum bisa aku balas dengan sebuah persetujuan."

"Baiklah. Saya menghormati keputusan kamu untuk menolak penawaran kerjasama dengan saya. Tapi saya ingin mengingatkan satu hal yang menjadi prinsip perusahaan saya, yaitu tidak akan menjalin kerjasama dengan siapapun yang pernah menolak kerjasama yang telah kami tawarkan, kecuali karena satu hal..."

"Tunggu, anda sedang mengancamku?" Dona menatap tajam Aaron.

"Bukan ancaman, ini prinsip, Dona."

Dona terkekeh mendengar dalih yang dikemukakan oleh Aaron.

"Klasik! Cara berbisnis orang yang merasa berkuasa memang selalu begitu. Tapi cara begitu tak akan berpengaruh apa-apa bagi saya. Saya tidak akan berbisnis hanya karena materi. Saya bekerja karena saya mau. Ini bukan ancaman, ini prinsip."

Aaron kembali mengulum tersenyum mendengar ucapan Dona yang terus berusaha mematahkan ucapannya.

"Baiklah. Saya akan tetap menghargai keputusan kamu. Sekali lagi saya mohon maaf telah mengganggu waktu sibuk kamu."

"Biasanya saya tidak akan menanggapi siapapun secara privat seperti ini, terlebih di sela-sela waktu berharga saya. Tapi tak apa, setidaknya mulai sekarang anda sudah tahu bagaimana bersikap bijaksana pada orang lain."

Dona meminum jus jeruknya sekilas kemudian berdiri dari tempat duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Aaron sendiri di kafe itu.

Aaron tersenyum menatap punggung Dona yang perlahan menghilang di balik pintu kafe.

"Dia sangat menarik. Bukan, dia tidak hanya sekedar menarik. Dia wanita paling keras kepala dan angkuh yang pernah aku temui seumur hidupku. Dia telah tahu siapa aku tapi hal itu sama sekali tidak mengubah sikapnya terhadapku seperti saat pertama kali kami tanpa sengaja bertemu."

Sementara Dona terus berjalan menuju ke lokasi syutingnya. Dia yakin saat ini Doni dan Gina pasti sedang menunggunya dengan seribu pertanyaan di dalam kepala mereka.

Begitu langkah kaki Dona mencapai bibir pintu ruangan istirahat di lokasi syutingnya, dua pasang netra langsung tertuju padanya dan bergegas berdiri dari tempat duduknya.

"Dona!" panggil Gina sambil berlari cepat mendapati Dona yang masih berada di bibir pintu.

"Bagaimana dengan Pak Aaron? Apa yang dikatakannya padamu? Apa dia marah karena kita menolak kerjasama yang diajukannya? Kenapa bisa dia sendiri yang datang menemui kamu?" cecar Gina bertubi-tubi tanpa jeda dengan kecepatan maksimal.

"Kerjasama apa? Siapa laki-laki tadi?" tanya Doni yang perlahan datang menghampiri Dona dan Gina.

Dona menatap ekspresi curiga bercampur emosi terpahat di wajah Doni. Dia mengerti apa yang ada di dalam isi kepala suami sirinya itu.

Dona harus segera memberi penjelasan pada Doni agar suami sirinya itu tidak berlarut curiga. Dia tidak ingin kehadiran Aaron merusak rencana berharga yang telah lama disusunnya. Segala hal telah dipertaruhkannya demi rencana pembalasan dendam ini.

"Kamu pulang saja dulu, Gin. Nanti akan aku ceritakan semua melalui telepon. Aku harus bicara dulu dengan Doni," ucap Dona pada manajernya.

Gina spontan melihat ke arah Doni yang kini telah berdiri di dekat mereka. Gina langsung menganggukkan kepalanya, mengerti maksud dari ucapan Dona.

"Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu."

Gina segera berjalan meninggalkan Dona dan Doni keluar dari ruangan istirahat mereka.

"Kita bicara di resto d'amore saja, Mas? Kita bicarakan hal ini sambil mengisi perut. Aku sudah lapar." Dona berusaha tersenyum manis pada Doni agar meredam emosi laki-laki yang menjadi alat pembalasan dendamnya itu.

"Baiklah. Kita bertemu di sana saja."

Doni langsung melangkahkan kakinya keluar meninggalkan Dona. Jelas, dari bahasa tubuh yang ditunjukkannya, Doni sedang dipenuhi api cemburu yang membara.

Dona tersenyum sinis melihat ekspresi marah Doni. Bisa-bisanya laki-laki itu merasakan cemburu pada wanita yang sama sekali tidak mencintainya.

Dona mengikuti Doni menuju ke parkiran mobil mereka. Setelah masuk ke dalam mobim mereka masing-masing, Doni dan Dona melaju pergi menuju ke sebuah restoran langganan merak karena restoran itu menyediakan tempat makan secara privat dan tertutup.

Begitu tiba di D'Amore Restauran, Dona dan Doni langsung menuju ke tempat yang khusus di sewa Doni untuk mereka. Doni sengaja merogoh kocek dalam demi mendapatkan tempat makan khusus itu agar dia dan Dona dapat makan berdua dengan tenang kapanpun mereka mau.

"Jadi, penjelasan apa yang ingin kamu katakan sekarang?" tanya Doni langsung begitu mereka telah duduk bersama di dalam sebuah ruangan privat.

Restoran itu akan secara otomatis menghdangkan berbagai makanan mereka ke meja Dona dan Doni tanpa dipesan terlebih dahulu.

"Namanya Aaron. Dia pemilik PT. Rajawali Sindo. Mas tahu kan perusahaan apa itu?" Dona menatap Doni dengan wajah yang tenang.

"Lanjutkan."

"Perusahaannya mengajukan kerjasama tadi pagi. Mereka ingin aku menjadi pemeran utama pada film yang akan mereka garap. Namun aku telah menolaknya tadi pagi, dan Aaron datang untuk menanyakan alasan kenapa aku menolak kerjasama mereka."

"Dia datang sendiri menemui kamu untuk menanyakan hal itu? Maksudku, seorang pemilik perushaan yang langsung datang menemui calon talent mereka? Apa aku tidak salah mendengar?" Doni terkekeh sarkas.

"Mas kan tahu karirku sedang berada dipuncaknya. Mungkin dia tidak ingin kehilangan kesempatan itu demi mendongkrak pamor film yang akan merek rilis."

"Tetap saja alasan itu tidak cukup kuat untuk seorang pemilik perusahaan sampai turun langsung menemui kamu."

"Sudahlah, Mas. Hal seperti ini tidak perlu dibahas berlarut-larut. Toh aku juga sudah menolak permintaannya."

"Jangan pernah mau bekerjasama dengan perusahaan itu. Mas tidak suka dengan cara laki-laki itu menatapmu, Dona. Dia buaya kelas atas. Mas tidak mau kamu terjebak."

"Hal itu tidak akan mungkin terjadi, Mas. Percayalah padaku." Dona mengukir senyum di wajahnya. Berusaha meyakinkan laki-laki yang ada di hadapannya.

"Jangan pernah mengkhianati kepercayaan Mas ya, Sayang."

Doni meraih tangan Dona dan menggenggamnya. Dona menganggukkan kepalanya dengan cepat sambil tersenyum.

Tiba-tiba ponsel Doni berdering. Kontak milik dengan nama 'My Wife' tampil di layar ponselnya.

"Jihan lagi! Dia begitu rewel hari ini. Entah sudah berapa kali dia menelpon sejak aku berangkat tadi," keluh Doni kesal.

"Angkat dulu, Mas. Mana tahu penting."

"Dia hanya ingin menanyakan keberadaanku. Aku sudah muak dengannya."

Dona tersenyum mendengar ucapan Doni. Rencananya berhasil, membuat Jihan mencurigai Doni dan juga membuat Doni muak dengan sikap curiga Jihan padanya.

"Aku tidak sabar mendengar kata talak dari bibir Mas Doni pada Jihan. Aku akan membuat Mas Doni menyiksa batin Jihan terlebih dahulu dan menguras harta Jihan kemudian membuat mereka berpisah. Persis dengan apa yang dilakukan Jihan padaku dahulu!"

Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Doni setelah panggilan telepon berkali-kali diabaikannya.

My Wife:

"Aku di D'Amore Restauran. Mas dimana? Aku melihat mobil Mas di parkiran resto tapi mereka bilang tidak ada pengunjung atas nama Mas yang melakukan reservasi. Segera temui aku di depan sekarang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status