"Mas pulangnya cepet kok sayang Jam Delapan juga sudah pulang, tapi Mas lihat kamu sudah tidur nyenyak, jadi Mas tidak tega membangunkan padahal tadi malam Mas belikan martabak kesukaan kamu loh." Arga dan Sarah memang menyimpan kunci rumah sendiri jadi mereka tidak saling merepotkan.
Sarah menyunggingkan bibirnya, padahal Sarah tidak tidur hingga jam dua belas malam menunggu Arga pulang, tetapi karena tidak ingin merusak moodnya pagi ini, Sarah memilih diam, agar Arga tidak membuat kebohongan lainnya.
Setelah selesai Sarapan Sarah pamit pergi kerja lebih dulu, Sarah tidak seperti teman-teman kantornya yang selalu mendapat antar jemput dari Suami, Sarah memilih pergi dan pulang kerja sendiri.
Sarah hari ini sibuk dengan audit keuangan dikantornya, dia berusaha seprofesional mungkin dalam bekerja, tidak ingin masalah pribadi mengganggu urusan pekerjaan. Sarah terkenal dengan sikap tegas dan pekerja keras, Sarah tidak ingin image yang sudah susah payah ia bangun selama ini lenyap hanya karena masalah pribadi yang belum tentu benar.
Sejak datang kekantor tadi pagi, Sarah melihat banyak teman-temannya yang saling berbisik sambil melihat kearah Sarah, Sarah yakin ini pasti ada hubungannya dengan fotonya yang viral kemarin.
"Akan aku coba menutup mata dan telinga ini Mas." Ujar Sarah dalam hati, makan siang pun ia lewatkan begitu saja, waktu istirahatnya banyak dihabiskan dengan mengotak-atik gadgednya yang mulai tadi kemarin menjadi teman setianya.
"[Ibu Sarah dipanggil keruangan Pak Randi bu]" Terdengar Suara merdu sekretaris Bosnya dari sambungan telepon, Pak Randi merupakan Anak pemilik perusahaan tempat Sarah bekerja, wajar saja Sarah menjadi panik karena takut sudah melakukan kesalahan hingga harus bertemu dengan Bos yang terkenal sangat galak itu.
"[Baik Saya langsung menemui beliau]" Sarah langsung memutuskan sambungan telepon itu dan bergegas keruangan Bosnya karena tidak ingin Pak Rendi mengeluarkan suara amukannya yang akan membuat gempar kantor.
Tok...Tok
"Masuk." Ujar Bos Sarah singkat.
Sarah langsung masuk kedalam ruangan Bosnya itu dengan hati deg-degkan.
Banyak Karyawan perempuan yang mencoba mendekati Randi tetapi semuanya mundur teratur setelah mengetahui Randi yang super galak kepada siapa pun, menurut analisa Sarah mungkin sikap Randi yang galak ini yang membuat ia dijauhi perempuan hingga belum menikah diusia yang terbilang sudah sangat matang.
"Bapak memanggil Saya Pak?" Tanya Sarah setelah dipersilahkan duduk.
"Gimana kamu sudah mengambil keputusan tentang tawaran kekantor cabang tempo hari?" Tanya Randi tanpa basa basi, tangannya mengetuk-etuk meja.
Sarah memijit-mijit pelipisnya, dia benar-benar lupa menceritakan perihal promosi jabatan ini kepada Arga.
Tidak kunjung mendapat jawaban, Randi kembali mengulangi pertanyaannya.
"Saya butuh jawaban kamu kalau memang kamu menolak Saya segera mencari gantinya karena kantor cabang sudah tidak bisa dibiarkan kosong tanpa ada yang mengawasi." Kali ini Randi sedikit memberi penekanan disetiap kalimatnya.
Sarah mengambil nafas dalam-dalam, sebenarnya Sarah ingin sekali mengambil kesempatan yang mungkin tidak akan datang untuk kedua kalinya ini.
Setelah diam cukup lama, akhirnya Sarah memberanikan diri untuk berkata jujur kepada Bos galaknya itu.
"Kalau Bapak mengizinkan beri Saya waktu hingga besok siang, karena Saya belum menceritakan perihal ini kepada Suami Saya." Setelah berbicara Sarah menundukkan kepalanya, takut mendapat semprotan dari Bos nya yang akan menggegerkan seluruh ruangan kantor.
"Saya beri waktu sampai besok, karena kalau kamu tidak mau masih banyak karyawan lain yang pasti tidak akan menolak jika diberi kesempatan bagus seperti ini, ingat kesempatan tidak akan datang untuk dua kali." Sarah mengangguk.
***
Sore ini Sarah memilih pulang lebih awal dari biasanya, membuat Arga sedikit kaget melihat Istrinya sudah pulang lebih awal dari biasanya.
"Wah ada angin apa nih." Tanya Arga dengan nada menyindir, Sarah hanya bisa membalas dengan senyum tipis, tidak lupa pula Sarah mencium tangan Suaminya yang lebih dulu sudah sampai dirumah.
"Aku mandi dulu ya Mas, setelah itu kita makan sate, tadi aku sudah membeli sate ditempat langganan kamu." Arga pun sangat antusias, Arga memang menyukai makanan khas sumatera barat itu.
Sambil mandi Sarah mencoba menata kata-kata yang akan ia sampaikan kepada Suaminya. Setelah selesai mandi Sarah langsung menyiapkan Sate kepiring.
"Hemm wangi satenya buat Mas tidak tahan pengen cepet-cepet makan deh." Ujar Arga yang dari tadi sudah menunggu.
"Jangan capek-capek Sayang, sini Mas bantuin." Ujar Arga sambil mengelus-elus pipi Sarah, wajah Sarah berubah menjadi merona, walaupun sudah delapan tahun menikah, Sarah masih saja sering salah tingkah jika digoda atau dimanjakan Suaminya itu, Selain mempunyai wajah tampan Arga juga sangat pandai mengambil hati Sarah.
"Mas aku mau bicara." Ujar Sarah disela-sela menikmati sate.
Arga yang tadinya fokus dengan makanannya, melihat Sarah dengan muka cukup serius.
"Kamu masih tidak percaya kalau Mas pulang cepat tadi malam?" Tanya Arga sambil memegang tangan Sarah, seperti orang yang sedang panik.
Sarah tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya.
"Yang penting kamu tidak macam-macam diluar Mas." Ujar Sarah sambil menatap Arga.
Arga mendekati Sarah, beberapa kali ia mencium tangan Sarah.
"Kamu harus percaya sama Mas, selama delapan tahun kita menikah apa pernah Mas macam-macam? Mas sangat menyayangi kamu Sarah!" Sarah mengangguk dan menatap teduh wajah Suaminya, Sarah semakin mengaggumi Arga yang kelihatan semakin tampan dari biasanya.
"Mas!"
"Iya Sayang?" Ujar Arga sambil menatap mata Sarah, bola mata yang selama ini sangat Arga kagumi.
"Aku mendapat promosi jabatan di kantor cabang, Bosku meminta jawaban besok siang, menurut kamu aku harus menerima atau menolak Mas, aku masih ragu, walaupun ini sebenarnya sangat aku inginkan tetapi aku memikirkan kamu Mas, selama menikah kita tidak pernah berpisah apa lagi ini tempatnya jauh dari rumah, kita pasti akan jarang bertemu karena aku tidak mungkin bolak-balik dari rumah kekantor." Sarah bersandar dipundak Suaminya.
Diluar dugaan ternyata Arga menyambut sangat antusias, padahal selama ini Arga tidak pernah mengizinkan Sarah jika di tugaskan keluar kota untuk urusan pekerjaan, dengan dalih takut Sarah digoda lelaki lain.
"Bagus dong, Mas bangga banget deh sama kamu, kamu berhak menerima tawaran itu, lagian kan tidak terlalu jauh, satu minggu sekali Mas bisa mengunjungi kamu."
"Mas tidak keberatan?" Arga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, Sarah masih tidak menyangka dengan jawaban yang diberikan Arga, bukannya senang Sarah malah menaruh rasa curiga karena perubahan Arga.
Belum Selesai Sarah bercerita, tiba-tiba terdengar handphone Arga berbunyi cukup kencang, Arga langsung melangkah agak menjauh dari Sarah setelah melihat kearah layar handphonenya.
"Siapa Mas?" Tanya Sarah penasaran karena Arga langsung bergegas mencari kunci mobil.
"Teman yang mau mengajak ketemuan ternyata sudah menunggu, Mas langsung cabut ya."
"Tapi Mas ini sudah malam loh kamu mau kemana?" Ujar Sarah keberatan tetapi Arga tidak menghentikan langkahnya, setelah mencium kening Sarah, Arga langsung mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Sarah hanya bisa memperhatikan mobil yang dikendarai Arga sampai mobil itu benar-benar hilang dari pandangannya.
Bersambung.
"Arga apa yang sedang Kamu lakukan disini? " Tanya Abi tidak kalah kagetnya saat mengetahui ternyata yang datang adalah Arga. "Aku tidak ada urusan dengan Mu, Aku datang kesini hanya ingin bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada Sarah, Aku sadar setelah Kami berpisah ternyata Aku sangat membutuhkan Sarah, Aku tidak bisa hidup tanpa Sarah. " "Setelah semua yang Kamu lakukan, Kamu masih bisa bilang seperti ini? lebih baik Kamu pergi, saat ini Sarah menjadi tanggung jawab Ku, sebentar lagi Kami akan segera menikah tolong jangan pernah datang dan temui calon Istri Ku lagi. ""Benar yang dikatakan Abi Sarah? yakin Kamu bisa hidup bersama lelaki seperti Dia? Aku yakin didalam hati Mu masih tersimpan rapi namaku." Sarah yang dari tadi memilih diam sekarang ikut bersuara. Dengan suara sedikit bergetar, Sarah menatap Arga penuh amarah. "Dalam hidup Ku, tidak ada yang lebih pedih daripada pengkhianatan yang sudah Kamu lakukan Mas. Aku berusaha memulihkan diri dan menemukan kebahagia
"Dasar mandul, mau pakai baju semahal apapun, Kamu itu tetap terlihat kampungan. " Teriak Ayu tidak mau kalah dari Clara. PlakkkTamparan keras melayang ke pipi Ayu, membuat Arga melotot tidak menyangka, Sarah yang Ia kenal dulu kini sudah sangat berubah. "Arga tolong Kamu bimbing Istri kesayangan Kamu ini, sekarang anggap saja Kita tidak pernah saling mengenal. " Masih dengan raut muka terkejut, Arga menarik tangan Ayu pergi meninggalkan Sarah yang kelihatan sangat emosi. "Aku seneng banget Kamu sudah berani seperti ini Sarah. " Clara menggenggam erat tangan Sarah. Sarah masih menatap kepergian Arga dan Ayu, ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan walaupun Sarah sudah ikhlas melepaskan Arga. ****Sudah hampir satu tahun Arga dan Sarah berpisah, selama itu pula Sarah tidak lagi mendengar kabar Arga. Sarah sudah mulai terbiasa menjalani kehidupan nya seorang diri, kehidupan ekonominya pun semakin membaik bahkan selain bekerja saat ini Sarah sudah memilikimu usaha yang lumayan be
"Jangan salah paham Sayang, tidak mungkin Aku mengkhianati Kamu, Aku hanya kebetulan lewat sini saja, melihat Sarah lagi marah-marah sama sekuriti, Aku hanya kasihan ternyata Sarah belum berubah, Dia masih seperti yang dulu suka marah-marah. " Ucap Arga, pintar memutar balikkan fakta. "Sepertinya Kamu belum move on ya Sarah, ingat Mas Arga sudah bahagia menjadi Suamiku tolong jangan mendekati nya lagi kalau tidak Aku pastikan hidup Kamu tidak akan tenang. " Ancam Ayu kepada Sarah. "Siapa yang belum move on? Aku atau Mas Arga? Dia sengaja mengirimi Aku bunga, coklat dan meneror rumah Ku berharap Aku meminta bantuan nya. "Ayu mengepalkan tangannya, matanya menatap Sarah penuh emosi. "Apa benar yang dikatakan perempuan ini Mas?" Teriak Ayu dengan sangat kuat.Arga menggelengkan kepalanya dan mengajak Ayu masuk kedalam mobil. "Jawab pertanyaan Ku dulu Mas, Aku ingin semuanya jelas. ""Apa lagi yang mau dijelaskan, Aku kesini karena kebetulan, Aku sudah bahagia bersama Kamu apalagi seb
"[Jangan Kamu kira Kamu akan bahagia tanpa Ku Sarah, Aku pastikan Kamu akan kembali ke pelukan ku]" Pesan dari nomor baru yang Sarah yakini adalah pesan dari Arga. Sarah memilih tidak membalas pesan tersebut, akhir-akhir ini Sarah memang sering menerima pesan-pesan dari nomor baru. Sambil menunggu proses pengadilan, Sarah kembali ke rumah yang sudah disediakan dari kantornya. Sarah mulai membiasakan diri dengan kehidupan barunya, Abi juga tidak pernah lagi menghubunginya, Abi bahkan seperti hilang ditelan bumi, Sarah tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Ibu Sarah ada kiriman bunga. " Ujar Salah satu karyawan saat Sarah baru masuk kantor pagi ini. Kening Sarah berkerut. "Dari siapa Mbak? " Tanya Sarah kepada bagian resepsionis kantornya. "Tidak ada nama pengirimnya Bu, tadi cuma dianterin sama kurir. " Setelah mengucapkan terimakasih Sarah membawa buket bunga berwarna merah yang cukup besar itu keruangan nya. Teman kantornya banyak yang menggoda. "Cie-cie ada penggemar rahas
Abi melihat handphone yang ada ditangan Sarah, di sana terlihat fotonya dan Sarah. "Loh ini kan foto kita Sarah, ini tidak bisa dibiarkan" Abi emosi hendak mencari orang yang sengaja mengabadikan momennya bersama Sarah secara diam-diam. "Sudah lah Mas, mau Kamu cari kemana, Aku pastikan Mereka sudah tidak ada disini lagi, lagian Aku sudah tidak ambil pusing lagi, toh sebentar lagi Aku dan Mas Arga bukan lagi Suami Istri. "Abi yang tadinya berdiri dan matanya mengawasi sekitar rumah makan itu kembali duduk didekat Sarah. Mereka menghabiskan makanan yang ada didepannya. Disela-sela makan, Abi menanyakan sesuatu kepada Sarah. "Sarah kalau boleh Aku tanya kenapa Arga sampai saat ini masih mengawasi Kamu, apakah Dia masih mempunyai rasa kepada Mu? dan kalau Arga masih menginginkan Kamu kembali, apa yang akan Kamu lakukan?" Sarah menghela nafas kasar, tiba-tiba selera makannya hilang. "Sebenarnya Aku sudah males membicarakan tentang Mas Arga, Aku sudah benar-benar tutup buku, Aku ing
Sarah mengambil cuti bekerja selama dua minggu untuk mengurus semuanya, bahkan saat ini Sarah harus mengontrak rumah karena rumahnya sudah disita. Hari ini Sarah akan pergi ke Pengadilan untuk mengurus perceraian nya. tanpa Ia sadari ia berpapasan dengan Mona. Pertemuan dua perempuan yang dulu sangat dekat itu kelihatan sangat canggung, bahkan Mona dengan sengaja membuang muka menghindari Sarah, tetapi Sarah ingin meminta maaf secara langsung kepada Mona. Sarah mendekati Mona yang duduk tidak jauh darinya, Mereka sama-sama sedang menunggu antrian dipanggil oleh petugas. "Mon apa kabar? " tegur Sarah berbasa-basi. "Seperti yang Kamu lihat, saat ini rumah tangga ku hancur karena Kamu, sekarang Kamu sudah puas kan dan pastinya senang sebentar lagi Mas Abi akan menjadi seorang duda, kalian akan leluasa tanpa penghalang. "Sarah menatap wajah Mona yang kelihatan lebih kurus dan tidak seceria dari biasanya, Sarah yakin saat ini Mona sedang tertekan, karena Sarah tahu Mona tidak menging