Home / Rumah Tangga / Istri Tawanan CEO Kejam / Bab 6: Harus Pindah Rumah

Share

Bab 6: Harus Pindah Rumah

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-06-27 09:50:56

Satu tonjokan keras melayang di wajah Alfrod, membuatnya terhuyung ke belakang dengan darah yang mulai mengalir dari sudut bibirnya. 

Tristan, dengan mata yang menyala-nyala karena amarah, berdiri tegak seperti singa yang siap menerkam. Revana yang melihat adegan itu dari ambang pintu kamar, terperanjat, membolakan mata, dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. 

Ia segera berbalik dan masuk kembali ke dalam kamar, hatinya dipenuhi pertanyaan yang bergelut tanpa henti. 

'Siapa pria itu? Mengapa Tristan begitu marah padanya?' pikirnya sambil duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin kencang.

Di luar kamar, Tristan menggenggam kerah baju Alfrod dan menyeretnya keluar dari rumah yang megah bak istana itu. "Keluar dari rumahku sekarang juga!" pekik Tristan, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Alfrod tertawa, tawa yang dingin dan mengejek, menatap wajah Tristan dengan penuh provokasi. "Sekarang aku tahu siapa wanita itu. Rupanya kamu telah berhasil memilikinya, hum?" katanya, senyuman licik terlukis di wajahnya.

Tristan menatap Alfrod dengan tatapan nyalang, seolah ingin menembus jiwanya yang gelap. "Dia bukan siapa-siapa, hanya pembantuku di rumah ini!" ucap Tristan tegas, meski suaranya sedikit gemetar, menunjukkan upaya kerasnya untuk tetap tenang.

Namun, Alfrod tidak percaya. Ia menunjuk wajah Tristan dengan jarinya yang bergetar karena marah dan ketidakpercayaan. 

"Ingat moto hidupku, Tristan. Aku tidak akan pernah membiarkanmu hidup dalam damai dan ketenangan. Suatu saat nanti aku akan mengambil wanita itu," ancamnya, suaranya penuh kebencian yang mendalam.

Revana, yang mendengar semua percakapan itu dari balik pintu kamar, merasa hatinya mencelos. 

'Siapa pria itu? Mengapa dia begitu bertekad untuk menghancurkan Tristan?' pikirnya, sambil memeluk tubuhnya sendiri, mencari rasa aman yang tiba-tiba terasa hilang.

Sebelum akhirnya meninggalkan rumah itu, Alfrod berbalik badan dan menatap Tristan sekali lagi. 

"Wanita itu sangat berarti dalam hidupmu, kan? Maka bersiap-siaplah, Tristan!" katanya dengan nada yang penuh kemenangan, seolah sudah merencanakan sesuatu yang mengerikan di benaknya.

etelah Alfrod pergi, Tristan kembali masuk ke dalam rumah, wajahnya masih merah padam karena amarah yang membara. Ia melangkah lebar menuju kamar, menemukan Revana yang duduk di tepi tempat tidur dengan mata tajamnya. 

Udara di ruangan itu terasa tegang, seolah setiap napas mengandung percikan listrik yang siap meledak.

“Hari ini tidak perlu masuk kantor dulu,” ucapnya datar, suaranya seperti bara api yang menahan ledakan. “Aku tidak menyangka jika dia berani menginjakkan kakinya ke rumah ini!”

Revana mengerutkan keningnya, wajahnya menyiratkan kebingungan. “Kenapa, Mas? Dan pria itu siapa?” tanyanya dengan nada penuh keingintahuan yang tak terelakkan.

Tristan menghela napas panjang, menatap Revana dengan sorot mata yang dalam dan penuh rahasia. “Jangan pernah memberi tahu siapa dirimu sebenarnya pada kakakku itu.”

Revana menaikkan alisnya, merasa kebingungannya semakin dalam. Kakak? Jadi, pria berparas tampan dan tinggi dengan guratan tato di lengannya adalah kakak Tristan? 

Tapi, kenapa pria itu terlihat sangat jahat pada adiknya sendiri? Banyak pertanyaan melayang di pikiran Revana ketika tahu pria yang ditonjok oleh Tristan adalah kakaknya sendiri.

“Kalau boleh tahu, kenapa kamu dan kakakmu jadi musuh? Harusnya kalian saling menyayangi satu sama lain,” ucap Revana setelah mengumpulkan keberaniannya, suaranya bergetar sedikit namun tegas.

Tristan tersenyum miring, senyum yang tak mengandung kebahagiaan, menatap Revana dengan tatapan yang penuh dengan kenangan pahit. 

“Tidak semua kakak beradik harus saling menyayangi, Revana. Justru sebaliknya. Kamu merasa disayangi dan dicintai oleh adikmu? Jangan percaya dengan kepolosannya.”

Revana mengerutkan kening, ucapan Tristan membuatnya semakin bingung. Apa maksud ucapan pria itu? Mengapa dia membawa-bawa nama adiknya?

“Jangan sok tahu tentang keluargaku, Mas Tristan!” sengal Revana dengan nada tak suka, matanya memancarkan kemarahan yang berusaha ia tahan.

Tristan mengedikkan bahunya, ekspresinya tetap tenang meski ada kepedihan tersembunyi di balik mata tajamnya. “Kamu akan tahu semuanya setelah kamu benar-benar membuka matamu.”

Ia melangkah pergi dari hadapan Revana usai memberikan banyak pertanyaan untuk istrinya itu, meninggalkan Revana dalam kebingungan yang semakin dalam. 

Revana benar-benar dibuat bingung dengan ucapan Tristan, hatinya bergejolak dengan berbagai perasaan yang saling bertentangan.

Namun, tak lama setelahnya, Tristan kembali menghampirinya dengan langkah yang cepat dan tegas. “Kita harus pindah rumah sekarang juga!” ucapnya tiba-tiba, nada suaranya penuh dengan urgensi.

“Huh?” Revana terkejut bukan main mendengarnya. Pindah rumah begitu saja, sudah seperti membeli kacang di pasar. Sangat mudah sekali. “Mengapa kita harus pindah, Mas? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 133: Akhir Bahagia Kita

    Tristan yang sejak tadi diam, mengangguk kecil. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Gave. Tak butuh waktu lama, suara Gave yang penuh semangat terdengar dari seberang."Laura di sana? Serius? Dia melahirkan?!" seru Gave, suaranya melonjak kegirangan. Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, seperti Gave sedang berjalan sambil berputar-putar karena terlalu bahagia."Iya, Laura ada di sini. Bayi kalian lahir dengan selamat," jawab Tristan sambil tersenyum kecil.Dari seberang, suara Gave terdengar gemetar penuh haru. "Aku memang ingin menikahi Laura. Aku sudah mengajukan cuti untuk menyiapkan semuanya. Aku tidak menyangka bayi kami lahir lebih cepat dari prediksi dokter. Aku akan segera ke sana!"Tristan menutup telepon dan menatap Revana dengan tatapan geli. "Nah, kamu dengar sendiri, kan? Semua sudah jelas sekarang."Ketika Gave akhirnya tiba di rumah sakit, suasana menjadi semakin hangat. Dengan wajah penuh kerinduan, ia memeluk Laura erat, mengecup keningnya, lalu mengali

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 132: Dia Kekasih Gave

    Revana akhirnya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih penuh dengan keraguan dan luka.Sementara Tristan dan Hendri membantu wanita itu berjalan ke luar rumah, Revana berdiri diam di ambang pintu, menyaksikan mereka dengan campuran emosi yang tak terungkapkan."Revana!! Kenapa kamu diam. Ayo kita ke mobil. Tuntun Laura, cepat." Suara Tristan meninggi pada Revana.Revana mendengkus kesal dan tanpa suara air matanya menetes saat membukakan pintu mobil. Sementara erangan Laura makin membuat suasana begitu menegangkan."Aagh ... Aduh!" tak urung Laura memegang erat tangan Revana menahan rasa sakit tak tertahankan yang sebentar datang lalu reda. Lalu datang lagi sakitnya.Tristan mengemudi. Hendri dan Revana duduk di jok belakang di sisi kiri kanan Laura, sementara Laura merintih dengan wajah pucat.Jeritan Revana memenuhi lorong rumah sakit, bergema seperti sembilu yang menyayat hati Revana.Napasnya memburu, dadanya berdebar, namun bukan karena rasa simpati.Ia duduk di kursi tunggu d

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 131: Membawa Seorang Wanita?

    Revana menatap meja makan dengan rasa puas. Ia merasa seperti ini adalah momen yang tepat.Sebentar lagi Tristan akan pulang, dan mereka akan merayakan ulang tahunnya bersama keluarga kecil mereka. Namun, di balik itu semua, ada sebuah kabar besar yang ingin ia bagi—kabar yang akan mengubah segalanya.Dengan hati yang penuh harapan, Revana duduk di kursi dan menunggu. Waktu terasa berjalan begitu lambat, seakan momen yang diinginkan belum tiba.Tetapi, ia tahu, kejutan ini akan menjadi awal dari babak baru dalam hidup mereka. Sebuah babak yang akan membuat mereka semakin dekat, semakin kuat, dan semakin bahagia.Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki Tristan masuk ke dalam rumah. Revana berdiri, matanya bersinar penuh kebahagiaan, siap untuk memberi kejutan yang sudah ia siapkan dengan penuh cinta.Bau kue manis masih tercium di dapur ketika suara pintu depan terbuka. Revana, yang tengah mengatur meja makan, mendongak dengan senyum lebar di wajahnya."Mas T

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 130: Kejutan untuk Suami

    Revana menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Semua pengorbanan, semua perjuangan yang mereka lakukan, kini membuahkan hasil yang indah.Mereka bukan hanya pasangan, tapi juga sahabat sejati, yang saling mendukung dalam segala hal. Mereka telah melewati masa-masa sulit, dan kini mereka bisa menikmati momen-momen indah ini bersama.Ketika Naira kembali berlari ke arah mereka, wajahnya dipenuhi kegembiraan yang tak terbendung, Revana dan Tristan saling berpandangan, dan senyum lebar pun terukir di wajah mereka.Mereka tahu, kebahagiaan ini adalah hasil dari cinta yang telah tumbuh dalam hati mereka, dari segala perjuangan yang mereka lakukan bersama.Pada saat itulah, Revana merasakan kebahagiaan yang sejati, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Cinta yang dulu hanya dimulai dari keinginan sementara, kini berubah menjadi sebuah ikatan yang tak terpisahkan. Dalam pelukan keluarga kecil mereka, Revana merasa dunia ini penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas.Dan dengan suara gelak

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 129: Holiday Time!

    Pantai itu tampak indah dengan pasir putih yang membentang luas, dipadu dengan air laut yang berkilauan di bawah sinar matahari.Ombak datang bergulung-gulung, menghantam bibir pantai, menciptakan suara gemuruh yang menenangkan.Di tengah pemandangan yang menakjubkan itu, Tristan, dengan wajah lelah, berlari mengejar seorang gadis kecil yang tak kenal lelah, Naira.Matanya yang penuh kegembiraan dan keceriaan, tak bisa berhenti berlari di sepanjang garis pantai, membiarkan pasir menempel pada kaki telanjang kecilnya."Naira! Jangan lari ke sana, sayang!" seru Tristan dengan napas terengah-engah, mencoba mengejar anaknya yang semakin menjauh.Namun Naira justru tertawa riang, melangkah lebih cepat, seolah menikmati kebebasannya yang tidak terbatas.Dengan senyum penuh ceria, dia menoleh sebentar untuk melihat ayahnya, seolah mengatakan, "Kejar aku, Papi!" Lalu, tanpa peringatan, dia berlari lagi, menari-nari di tepi laut, membiarkan ombak menerjang kakinya yang mungil.Tristan tersenyu

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 128: Party for You

    Pesta itu meriah. Lampu-lampu indah berpendar di seluruh sudut ballroom yang luas, menciptakan atmosfer magis yang terasa seperti sebuah dunia terpisah.Para tamu berdiri, berbincang, dan tertawa, sementara musik lembut mengalun dari panggung, menambah kehangatan suasana.Di tengah keramaian itu, Tristan berdiri di depan mikrofon, mengenakan jas hitam yang sempurna, dengan senyum yang penuh kasih sayang untuk satu orang yang paling ia cintai di dunia ini—Revana.“Selamat malam semuanya,” suara Tristan menggema, menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya Anggukan tamu undangan menjawab sapa Tristan. “Terima kasih telah hadir di acara spesial kami malam ini. Hari ini, aku dan Revana merayakan dua tahun yang penuh kebahagiaan, dan aku ingin berbagi sedikit cerita dengan kalian semua.”Revana berdiri di sampingnya, wajahnya terlihat begitu cantik dengan gaun merah yang berkilau, rambut panjangnya yang tertata rapi menambah pesona.Matanya memandang Tristan penuh cinta, seolah tidak p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status