David menyerahkan map cokelat ke arah Abela mengenai surat kontrak selama pernikahan Abela dan Leon berlangsung. Abela akan terikat selama satu tahun lamanya dan statusnya sebagai istri Leon tidak akan pernah di publish. Tidak ada satu orang pun yang boleh tahu. Sehingga di luaran sana Leon tetap dengan statusnya yang lajang.
"Anda akan menjadi istri tersembunyi Tuan Leon, tidak ada satu pun yang boleh tahu jika Anda adalah istri Tuan Leon. Sampai terbongkar Anda akan mendapatkan hukuman dan satu lagi semua orang harus tahu kalau Anda sudah menikah tapi Anda harus merahasiakan siapa suami Anda sebenarnya. Sampai sini Anda paham, Nona?"Abela tersenyum miris, dia yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya dengan berani menatap tajam ke arah Leon. "Lalu apa gunanya kita menikah dan apa tidak ada perempuan lain di luar sana yang mau menikah dengan Anda Tuan Leon, sampai Anda harus keluar uang banyak demi membeli saya dari Ibu tiri saya?" sentak Abela.Tangan Abela mengepal, dia bahkan membentak Leon di hadapan semua orang. Abela tidak takut bahkan jika saat ini dia akan dibunuh Abela sudah tidak perduli. Dia lebih baik mati dari pada harus menikah dengan pria kejam seperti Leon."Turunkan nada bicara Anda, Nona. Jangan membuat Tuan muda semakin marah!" ucap David.Kedua tangan Abela mengepal. "Aku tidak perduli! Aku tidak takut pada Tuanmu, kau mau apa? Mau membunuhku? Ayo bunuh aku sekarang, lebih baik aku mati dari pada harus menikah dengan pria kejam seperti dia!" teriak Abela sembari menujuk ke arah wajah Leon."Nona, jaga bicara Anda!" sentak David, Leon tersenyum smirk dia tetap diam duduk di kursi kebesarannya. Mnatap para pelayan wanita yang berdiri tak jauh dari tempat Abela.Mereka semua menunduk takut terlebih saat Leon mengarahkan pandangannya ke arah mereka semua. Leon mengeluarkan pistolnya mengusapnya dengan senyum devil di bibirnya. Sedangkan Abela sudah berdiri ketakutan dia bahkan memejamkan matanya mengira jika peluru itu akan menembus tubuhnya dan menewaskan dirinya.Dor!Kedua mata Abela membulat saat suara tembakan itu berbunyi. Namun, dia tidak merasakan sakit pada tubuhnya. Abela langsung mengalihkan pandangannya pada seorang pelayan yang berada di belakangnya telah tertembak tepat di dadanya. Abela menutup mulutnya terkejut, baru kali ini dia melihat pembunuhan langsung di hadapannya.Leon tersenyum devil. Melihat Abela yang ketakutan bahkan tubuhnya sampai bergetar hebat. Leon bangkit mencondongkan tubuhnya ke arah Abela menarik dagu gadis itu agar menatap ke arahnya."Takut? Setiap kesalahan yang kau perbuat mereka yang akan menanggungnya. Turuti kemauanku, Baby atau kau akan melihat mereka semua mati di tanganku," Sarkas Leonardo.Abela menepis tangan Leon, dia yang masih syok dengan apa yang barusan terjadi mengepalkan tangannya erat. Kedua matanya yang berair menatap wajah tanpa bersalah Leon. Membunuh seakan menjadi kesenangan untuk Leon dia bahkan tidak merasa bersalah setelah menghilangkan nyawa manusia lain."Kau, kau bukan manusia Leon!" sentak Abela.Dia segera berlari kembali ke arah kamarnya. Abela membanting pintu kamarnya, tubuhnya meluruh begitu saja merasa lemas setelah melihat kejadian menyeramkan di bawah. Abela terisak hebat dia tidak menyangka jika hidupnya akan semakin menderita seperti ini.Ketukan di pintu tidak dia hiraukan sampai dia mendengar suara ketakutan dari luar barulah Abela membukanya. Terlihat seorang pelayan yang membawakan nampan berisi makan siang untuk Abela. Wajah pelayan itu terlihat sangat ketakutan, bahkan tangannya yang membawa nampan sampai bergetar."Nona saya mohon makanlah! Jika Anda tidak makan Tuan muda akan membunuh saya," ucap pelayan itu dengan air mata yang sudah terjatuh.Abela hanya diam dia yang melihat ketakutan di wajah gadis itu merasa tak tega. Abela segera mengambil nampan itu. Namun, dia menahan tangan pelayan yang akan pergi."Jika kau tahu setiap hari nyawamu akan terancam. Kenapa kau justru menyerahkan nyawamu dengan bekerja di tempat ini!" ucap Abela tak habis pikir.Pelayan itu menunduk, dia tak berani menatap wajah Abela. "Karena Tuan muda yang sudah membantu keluarga saya, Nona. Saya telah mengabdikan seluruh hidup saya untuk Tuan Leon. Permisi, Nona." Pelayan itu buru-buru pergi takut jika Leon mengetahuinya berinteraksi dengan Abela."Gila!" Abela semkain di buat tak habis pikir dengan kegilaan yang terjadi di rumah ini. Bagaimana bisa mereka semua membiarkan nyawanya melayang di tangan Leon.Abela bahkan sudah tak nafsu untuk memakan makanan di tangannya. Namun, mendengar ucapan pelatan tadi membuat dia memaksakan diri untuk makan. Meskipun nasi yang masuk ke dalam perutnya rasanya sudah ingin dia muntahkan.****"Pastikan wanita itu makan, jika tidak kau tahu hukuman apa yang kau dapatkan!" Atmosfer di ruangan itu terasa sangat menyeramkan. Leon bahkan lebih menyeramkan di bandingkan hantu. Mendengar suara saja mampu membuat bulu kuduk mereka meremang."Nona Abela sudah menghabiskan makanannya, Tuan. Saat ini Nona Abela sedang tidur!" jelas pelayan yang baru saja memeriksa keadaan Abela."David pastikan wanita itu menandatangani kontrak pernikahan." Leon segera pergi, membuat mereka menghembuskan nafas lega. Namun, ucapan Leon selanjutnya membuat jantung mereka berhenti berdetak."Dalam waktu satu jam jika kontrak pernikahan itu belum dia tanda tangai, hilangkan salah satu anggota tubuhmu!" sarkas Leon.David mengangguk patuh, dia sudah biasa mendapatkan ancaman seperti ini. Dengan cepat David mengambil kontrak pernikahan itu dan mendatangi kamar Abela. Dia bahkan tidak perduli jika wanita itu tengah tidur, David mengetuk pintunya berulang kali. Sampai pintu itu terbuka dengan cepat dia menundukkan kepalanya."Nona, saya mohon tanda tangani surat perjanjian ini. Jika tidak nyawa saya jadi taruhannya!" Abela menatap datar ke arah David.Bukankah pria itu yang memaksa dirinya dan membawanya masuk ke dalam rumah ini. Lihatlah sekarang bahkan dia memohon agar dirinya menandatangani perjanjian gila itu. Sampai kapan pun Abela tidak akan setuju dia akan memikirkan cara untuk kabur, dia tidak akan mau menikah dengan iblis seperti Leon."Untuk apa kau memohon padaku? Memohonlah pada Tuanmu yang kejam itu! Katakan padanya sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau menikah dengannya!" sentak Abela.David dengan cepat menahan pintu Abela dengan tangannya bahkan tak perduli dengan lukanya yang terjepit membuat darah segar kembali keluar. Kedua bola mata Abela membola dia dengan cepat membuka kembali pintunya. "Kau sudah gila, hah! Kenapa seluruh penghuni rumah ini sama gilanya sepertimu! Bodoh!" maki Abela kesal sendiri.Dia bahkan sampai menjambak rambutnya kesal dengan semua hal yang terjadi dalam rumah ini. Jika terus di biarkan Abela rasa dia akan ikut gila seperti mereka. Abela Menghembuskan nafas panjang mengambil dokumen di tangan David tanpa membacanya segera menandatangani surat pernikahan itu."Setelah pernikahan ini berlangsung bunuh saja aku!""N-naila!" Tak hanya Abel Leon pun terkejut saat melihatnya, sejak kapan wanita itu di bebaskan dari penjara. Naila tersenyum tipis, ia menunduk menyapa Abel dan juga Leon. "Lama tidak berjumpa, Abel, Leon!" ucap Naila. Lalu tak lama seorang pria yang tengah menggendong bocah perempuan mendekat ke arah Naila. "Sayang, kamu kenapa aja sih Divia nyariin kamu dari tadi."Perhatian mereka kini teralih pada sosok pria yang baru saja datang. Tak kalah terkejutnya saat melihat jika pria itu ternyata Andara. Andara pun nampak terkejut saat melihat Leon dan Abel. Secepat mungkin ia mengubah raut terkejutnya dengan senyuman tipis. "Lama tidak berjumpa dengan kalian!" Abel tersenyum canggung ia menganggukkan kepalanya pelan. Berbeda dengan Leon yang menatap datar ke arah dua orang tersebut. "Kalian bersama?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Andara mengangguk. "Gue sama Naila baru aja menikah satu bulan yang lalu setelah dia terbebas dari penjara." jelas Andara. Abel mengernyit saat me
Seharian ini Leon masih ngambek perihal kejadian semalam. Ia yang sudah diterbangkan di jatuhkan begitu saja, Leon bahkan tak mengindahkan ucapan Abel yang meminta maaf. Tak hanya di tinggalkan begitu saja, Abel bahkan justru ikut ketiduran setelah menidurkan Sagara membuat Leon benar-benar tak ada kesempatan. Abel menghembuskan napas panjang, melihat wajah kusut suaminya. Sepertinya semalam Leon tidak tidur, terbukti matanya pagi ini terlihat memerah wajahnya pun terlihat kelelahan. Abel mendekati suaminya meletakkan kopi buatannya untuk Leon. Abel memeluk tubuh Leon dari belakang, menumpukan kepalanya di bahu suaminya. "Sayang, maafin aku. Semalam aku ketiduran, aku janji akan ganti dengan malam ini!" bujuk Abel. Tapi Leon tetap saja diam, ia bahkan fokus dengan ponselnya tak perduli dengan istrinya yang nempel-nempel ke tubuhnya. Padahal jika biasanya, Leon akan sangat bahagia saat Abel bersikap seperti ini kepadanya. Namun, kali ini urusannya beda! Semalam Leon benar-benar tersi
Malam ini Leon tengah sibuk dengan pekerjaannya, setelah menyempatkan untuk pulang lebih awal. Setelah selesai makan malam di luar dengan istri dan anaknya. Leon langsung mengurung dirinya di ruang kerja. Sedangkan Abel tengah menidurkan Sagara, seperti biasanya. Setelah membuatkan susu untuk putranya, Abel harus membacakan dongeng agara Sagara tertidur. Abel tersenyum tipis saat melihat wajah tampan putranya yang tak jauh beda dengan wajah Leon. Keduanya bagai pinang dibelah dua. "Sayang, rasanya baru kemarin mama ngelahirin kamu tapi sekarang kamu udah besar. Rasanya mama nggak rela kalau kamu cepat dewasa," kekeh Abel. Sagara menggemaskan, selalu ada saja tingkahnya yang membuat Abel tertawa. Abel sangat menyayangi putra semata wayangnya. Abel jadi memikirkan ucapan suaminya tadi pagi, mungkin Sagara sudah saatnya memiliki adik. Abel mengecup dahi putranya cukup lama mengusap kepalanya lembut. Menarik selimut sampai batas lehernya, dengan perlahan Abel kelaur dari kamar putrany
5 tahun kemudianKini Sagara sudah berumur enam tahun dan hari ini hari pertama dia akan mulai masuk ke sekolah barunya. "Mama!" teriakan melengking itu berasal dari seorang anak kecil tampan yang kini sudah duduk di meja makan. Wajahnya terlihat cemberut, melihat papanya yang tengah memeluk mamanya saat ini. Entah mengapa Sagara selalu saja membuat Leon jengkel. Ya, contohnya seperti ini. "Kenapa, Sayang?" Abel tersenyum gemas melihat bibir putranya yang maju beberapa senti. Abel meletakkan susu milik Sagara. "Papa jangan peluk-peluk mama Sagara!" teriak Sagara kesal, lebih kesal lagi saat Leon justru mengejeknya dengan mencium pipi Abel berulang kali. Abel selalu saja dibuat pusing dengan tingkah dua orang ini, anak dan juga suaminya. "Mama kamu istri papa juga, kamu nggak berhak larahf-larang papa buat cium mama." ucap Leon tak mau kalah. Sagara turun dari kursi makannya ia berlari memeluk tubuh Abel erat. "Mama gendong!" dengernya. Abel menghela napas panjang. Membawa tubuh
Sudah hampir setengah jam Leon menunggu Abel yang masih merias diri. Pada akhirnya ia berdecak kesal. "Sayang, kamu ngapain aja sih? Dari tadi nggak keluar-keluar!" kesal Leon. Ia yang memang memiliki kesabaran setipis tisu, Leon paling bengi jika disuruh menunggu. Ia mudah bosan, meskipun kini ada Sagara yang bersamanya. Tetap saja Tuan Muda satu ini merasa jengkel karena Abel tidak kunjung keluar. "Iya sabar dong, Mas. Namanya juga perempuan wajar dong kalau dandanya lama! Aku udah selesai, ayo kita berangkat." Abel keluar dari kamar mereka, wajahnya terlihat berkali-kali lipat lebih cantik. Leon bahkan hampir tidak mengenali istrinya sangking cantiknya Abel saat ini. Gaun hitam yang ia kenalan semakin menambah kesan anggun dalam dirinya. Polesan make up natural yang mampu membuat Abel sekelas dengan artis papan atas. Leon tidak berbohong, istrinya benar-benar sangat cantik. "Yang mau nikah kakak kamu atau kamu sih," cetus Leon. Abel memang cantik justru karena itu Leon tidak me
"Leon, Abel!" Kedua insan itu pun berbalik menatap sosok yang memanggil mereka. Abel tersenyum berbeda dengan Leon yang memutar bola matanya malas. Daniel berlari menghampiri mereka, ia telihat sangat senang saat melihat Sagara dj gendongan Abel. "Kebetulan banget kita ketemu di sini, oh ya gue sekalian aja deh kasih di sini." Daniel memberikan sebuah undangan yang di terima oleh Abel. "Wih, udah mau nikah aja nih kamu. Cepet ya dapatnya Kemarin-kemarin bilangnya masih jomblo dan mau nungguin aku janda!" kekeh Abel. Leon langsung mendelik kesal. "Apaan sih kamu, By!" kesal Leon. Abel tertawa geli begitupun dengan Daniel, pria tengil itu menyengol lengan Leon pelan. "Senyum kek, gue temen lo bukan musuh lo! Gue nggak akan rebut bini lo lagian gue udah punya pacar juga. Jangan lupa datang ke nikahan gue besok." Leon dan Abel sama-sama terkejut mendengarnya. "Lah, besok acaranya?" Daniel mengangguk lalu tak lama seorang gadis mendekat ke arah mereka dan merangkul lengan Daniel mesra