Share

Pernikahan Kedua

Author: Tinta Hitam
last update Last Updated: 2023-10-02 08:55:32

Hari yang di nanti pun telah tiba, dimana saat ini Satria akan menikahi seorang wanita kembali atas permintaan Fatma.

"Waah! Mas, kamu sangat tampan. Aku yakin deh, istri kedua kamu nanti pasti akan terpesona," puji Fatma sambil merapikan jas milik suaminya.

Satria tak menjawab, dia hanya diam sambil menatap kedua netra milik sang istri. Dapat dia lihat ada gurat kesedihan di balik cadar itu.

"Sebelum ini semua terjadi, aku ingin memastikan kembali. Apa kamu yakin dengan keputusanmu, Fatma?" Satria menatap lekat ke arah wanita itu.

Menghela nafas lalu mengangguk, "Iya Mas, insya Allah aku ikhlas."

Satria hanya bisa membuang nafasnya dengan pasrah saat mendengar keputusan Fatma yang tak berubah. Kemudian mereka keluar dari kamar menuju lantai bawah dimana umi dan abi sudah menunggu.

"Masya Allah, Satria, kamu tampan sekali," puji Umi Khaira.

"Terimakasih Umi," jawab Satria dengan senyuman tipis.

"Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang!" ajak Abi Haidar.

Mereka pun pergi dengan mengendarai mobil menuju salah satu mesjid di mana acara di langsungkan. Di pernikahan kedua Satria bahkan tak banyak yang di undang, hanya keluarga dekat saja yang datang.

1 jam perjalanan mereka pun sampai di sana. Umi dan abi langsung di sambut oleh kedua orang tua dari calon istri Satria.

"Satria, sini Nak!" panggil abi.

"Iya Bi."

"Satria, perkenalkan, ini adalah kedua calon mertuamu. Ini namanya Bu Marwah, dan ini Pak Heri."

Satria menyalami kedua tangan paruh baya tersebut. "Saya Satria," ucapnya sambil menunduk.

Bu Marwah mendekat ke arah Satria lalu memegang pundaknya. "Kami sudah tahu jika kamu sudah memiliki istri. Ibu hanya berharap, kamu bisa adil pada kedua istrimu. Ibu yakin kamu pria yang baik dan bertanggung jawab," tuturnya dengan air mata yang mulai memenuhi kedua pelupuk mata.

Ada gurat kesedihan di netra itu. Bagaimana seorang ibu tidak sedih saat harus merelakan putrinya menikah dengan pria beristri. Tapi dia tidak mempunyai pilihan lain, sebab bu Marwah ingin membalas budi kebaikan umi dan abi yang selama ini sudah banyak membantu keluarganya.

"Bu Marwah tenang saja. Kami akan menyayangi dia seperti putri kami sendiri. Bahkan jika Satria menyakitinya, kami tidak akan tinggal diam." Umi Khaira mencoba meyakinkan calon besannya.

Acara pun di mulai, di mana saat ini Satria tengah menjabat tangan penghulu untuk mengatakan ijab qobul. Dan dengan satu kali tarikan nafas, dia berhasil memperistri wanita itu.

Fatma sejak tadi menundukan kepalanya, dia menyembunyikan kesedihan di balik cadar hitamnya. Air mata merembes membasahi kain itu. Dadanya terasa sesak seperti tertimpa batu yang besar saat mendengar Satria mengucapkan kata sakral untuk wanita lain.

'Tidak Fatma. Tidak. Kamu harus kuat! Kamu gak boleh menunjukan kesedihanmu di hadapan Mas Satria. Kamu harus ikhlas.' batinnya menguatkan diri sendiri.

Akan tetapi, tetap saja hatinya terluka, hancur tak berbentuk walau dia mencoba ikhlas. Padahal Fatma sudah mempersiapkan perasaannya untuk hal ini, tapi tetap tak bisa menahan kesedihannya.

"Yang sabar ya Nak. Umi yakin kamu wanita kuat," bisik umi Khaira sambil menggenggam tangan Fatma.

Dia tahu jika saat ini Fatma pasti sangat amat terluka, karena sekuat kuatnya wanita, tetap mereka memiliki hati yang rapuh.

Fatma menatap lekat ke arah wanita cantik dengan kebaya putih muslimah di padu cadar senada yang saat ini tegah di gandeng bu Marwah dan duduk di samping Satria. Namun, pria itu bahkan hanya menatap sekilas ke arah istri keduanya.

Pak penghulu meminta Satria membuka cadar istrinya, namun Satria menolak dengan alasan bahwa dia akan membukanya saat di rumah saja. Kemudian umi menyerahkan cincin dan meminta kedua pengantin itu saling bertukar.

'Maaf jika ini melukaimu, Mas.' batin Fatma yang melihat raut wajah Satria yang murung.

Sementara madunya, Fatma hanya menunduk saja. Dia tak berani menatap Satria, karena saat ini jantungnya sedang berdetak kencang.

Air mata kembali menetes deras. Hati Fatma bagai tersayat sembilu saat melihat Satria mencium kening madunya. Dia meremas gamis yang saat ini tengah di kenakannya. Bahkan rasa sakit di bagian perutnya tidak terasa, karena perasaannya yang hacur lebih mendominasi.

Setelah acara selesai, kedua orang tua Azizah pamit pulang di antar oleh supirnya, abi. Sementara Azizah akan pulang kerumah Satria dan Fatma, bahkan Fatma di kenalkan sebagai saudaranya Satria. Dan selama di dalam mobil, Fatma hanya diam sambil menatap ke arah samping. Dia masih mencoba menetralkan rasa sakitnya.

"Umi, Abi, aku mau ke kamar dulu," ucap Fatma saat sudah sampai di rumah. Sementara Azizah di bawa ke kamar tamu yang sudah di siapkan oleh umi dan abi.

Fatma berjalan dengan sedikit tertatih, sebab perutnya terasa amat sakit. "Aawwwhh! Kenapa baru terasa ya?" ringis Fatma sambil meremas gamis dan menggigit bibir bawahnya.

Dia segera mengambil obat di laci dan Fatma langsung meminum obat itu. Akan tetapi, entah kenapa rasa sakitnya tidak mereda, bahkan semakin menjadi. Biasanya setelah minum obat rasa sakit itu akan mendingan, tapi ini tidak.

"Ya Allah, kenapa rasanya malah bertambah? Aaakkh!" Wajahnya terlihat pucat dengan keringat yang mulai bercucuran.

Sementara Satria ingin menyusul Fatma, dia yakin jika wanita itu sangat sedih. Dia pun berjalan ke kamarnya, dan saat pintu di buka, Satria panik saat melihat Fatma sedang meringis di samping tempat tidur.

"Astagfirullah! Fatma." paniknya dan langsung membantu sang istri untuk duduk di ranjang. "Sudah kamu minum obatnya?"

Fatma mengangguk lemah, "sudah Mas," jawabnya dengan lirih. Karena hanya untuk berbicara saja rasanya Fatma tidak kuat.

Dia merasakan ada cairan hangat yang keluar dari hidungnya, Fatama pun langsung memasukan tangannya di balik cadar, dan saat di lihat ternyata itu adalah darah.

"Astagfirullah! Kamu mimisan?" Tanpa menunggu Satria langsung mencopot cadar milik Fatma.

Matanya membulat dengan tatapan cemas saat melihat darah yang keluar dari hidung istrinya. "Kita kerumah sakit sekarang!" khawatirnya.

"Nggak usah--" Belum juga selesai, tubuh Fatma sudah oleng ke samping dan tidak sadarkan diri.

Satria yang melihat itu tentu saja sangat panik. Tanpa pikir panjang, dia langsung menggendong tubuh Fatma menuruni tangga menuju lantai bawah untuk ke rumah sakit.

"Ya Allah, Sat. Ini Fatma kenapa?" panik umi.

"Aku gak tahu, Mi. Tadi Fatma mimisan, lalu dia pingsan. Aku akan membawanya kerumah sakit," jawab Satria dengan cemas.

"Umi ikut!" serunya, akan tetapi di larang oleh abi, sebab umi harus menjaga Azizah di rumah itu.

Akhirnya Satria ke rumah sakit di antar oleh abi. Dia duduk di jok belakang memangku kepala Fatma. "Bertahanlah! Aku tahu kamu wanita yang kuat. Aku sudah mengabulkan permintaanmu, maka kau harus burtahan. Jangan membuatku semakin merasa bersalah padamu, Fatma." Satria tak bisa membendung air matanya.

BERSAMBUNG......

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tinta Hitam
Di kuat namun batinny hancur
goodnovel comment avatar
Nofita Sari
kasian si fatma
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Untuk Suamiku   END

    "Mas Satria!" kaget Fatma.Satria menatap teduh ke arah Fatma, bergantian pada bayi yang ada di dalam gendongan wanita itu. "Hai, aku tadi habis meeting tidak sengaja melihat kalian. Maaf jika aku mengganggu.""Tidak apa Nak. Sini duduklah bergabung bersama dengan kami!" ajak Abi sambil menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya."Oh ya, tidak apa Bi. Saya juga masih ada pekerjaan, dan bayi ini siapa?" tanyanya penasaran sambil melihat ke arah bayi mungil nan cantik yang berada di dalam gendongan mantan istrinya."Ini adalah anak kami," jawab Andre."Hah? Anak?" bingung Satria, karena setahunya Fatma tidak bisa hamil. Dia juga memperhatikan bahwa wajah wanita itu sekarang berbinar dengan sangat cantik, tidak seperti saat berada di sisinya pucat tanpa gairah.'Fatma benar-benar berubah. Auranya sekarang terpancar begitu sangat indah dan cantik, berbeda saat dia bersamaku dulu.' batin Satria."Iya, memang Fatma tidak bisa hamil," sindir Andre yang tahu isi di dalam pikiran Satria. "Tap

  • Istri Untuk Suamiku   Bab 148

    "Kalau aku sih setuju saja. Lalu kapan kita akan ke sana dan rekomendasi Panti Asuhan mana yang bagus menurut mama atau menurut Umi dan Abi?""Umi punya rekomendasi yang bagus," ucap Umi Khaira.Mereka setuju untuk 4 hari ke sana, melihat apakah ada seorang bayi yang akan diadopsi atau tidak. Dan setelah makan malam selesai Caca dan juga tante Lena pulang begitu pula dengan Umi dan Abi."Kamu baik-baik ya Nak. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa, tinggal bilang sama Umi. Pasti Umi buatkan dan Umi bantu. Dan Andre. Tolong jaga Fatma ya! Besok Umi ke sini lagi.""Iya Umi. Umi dan Abi hati-hati di jalannya!""Assalamualaikum," ucap Abi dan Umi serempak."Waalaikumsalam."..Hari yang ditunggu pun telah tiba, di mana hari ini Fatma, Andre dan keluarga mereka pergi ke sebuah Panti Asuhan, tetapi tidak dengan Caca, karena dia menemani Vano di rumah."Ayo kita masuk!" ajak Umi, "Assalamualaikum!" ucapnya saat mereka sudah masuk ke dalam panti asuhan."Waalaikumsalam. Eh, mbak Khaira." Seora

  • Istri Untuk Suamiku   Pulang

    Hari ini Fatma dan juga Andre pulang kembali ke tanah air zetelah wanita itu dinyatakan sembuh. Tentu saja membuat kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata oleh Andre maupun kedua orang tua Fatma."Mas, aku bisa jalan sendiri," ucap Fatma dengan wajah yang malu saat Andre menggendongnya turun dari mobil setelah mereka sampai di rumah."Iya, aku tahu, tapi aku tidak mau jika istriku sampai kelelahan," jawabannya sambil tersenyum manis, kemudian dia masuk dan menidurkan Fatma di atas ranjang. "Istirahat dulu ya! Nanti setelah makanan siap aku akan memberitahumu."Fatma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum bahagia, karena perlakuan Andre yang begitu membuatnya semakin jatuh cinta.Dia merasa seperti seorang ratu di dalam kehidupan Andre, di mana pria itu tak pernah sekalipun menyakitinya, bahkan selalu membuatnya tersenyum. Mungkin memang itu yang dinamakan cinta sejati."Sekarang aku percaya Mas, bahwa penyakit itu bisa sembuh bukan karena Allah saja, tetapi karena bat

  • Istri Untuk Suamiku   Mendadak Pergi

    "Bu, Caca pergi dulu ya," ucap Caca sambil mencium tangan ibunya saat jam menunjukkan pukul 07.30 pagi, sebab tadi Vano sudah mengirimkan pesan bahwa sopirnya sedang menunggu di parkiran rumah sakit."Maafkan Ibu ya, Nak, kamu harus menikah dengannya tanpa cinta. Maaf jika kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Bu Eka menangis."Ibu ini bicara apa sih. Tidak perlu menyesali apapun. Caca ikhlas kok. Lagi pula, cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Doakan saja yang terbaik untuk rumah tangga Caca. Kalau begitu Caca pamit ya Bu, Pak Vano sudah menunggu."Setelah mencium tangan ibunya Caca pergi, akan tetapi sang ayah masih belum tersadar, sehingga wali nikah diwakilkan kepada wali hakim, sebab tidak memungkinkan untuk ayahnya Caca hadir.Saat mobil sudah sampai di kediaman tante Lena, Caca langsung disambut oleh wanita itu. "Jadi kamu yang bernama Caca?""Iya Tante. Maaf, Tante siapa ya?" Caca yang bilang memang belum mengetahui siapa Tante Lena."Perkenalkan. Saya

  • Istri Untuk Suamiku   Menjebak

    "Syarat? Syarat apa yang Bapak maksud?" bingung Caca sambil menatap ke arah Vano.Pria itu tersenyum miring kemudian dia melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding."Syaratnya adalah ... kau harus menikah denganku!" Ucapan Vano sontak membuat kedua bola mata Caca membulat, tetapi pria itu masih terlihat begitu santai. "Ya terserah pada dirimu ... kalau kau memang sayang dengan ayahmu, maka aku bisa membantumu. Syaratnya adalah tadi, jika kau tak mau juga tak masalah."Pria itu menegakkan tubuhnya hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba Caca menahan tangannya. "Saya mau, Pak."Dia tidak mempunyai pilihan lain, karena bagi Caca keselamatan sang ayah itu lebih utama. Apalagi saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan."Kau yakin?" tatapan Vano menyipit mencoba untuk meyakinkan wanita tersebut. Tapi di dalam hatinya dia bersorak bahagia."Saya yakin, Pak!" Caca bahkan tidak perduli jika nanti Vano menyakitinya setelah mereka menikah, karena baginya saat ini kes

  • Istri Untuk Suamiku   Sadar

    "Bukan maksud abi untuk membelanya, Umi. Hanya saja takut dia tersinggung. Bagaimana kalau maksud dia memang tidak ingin merebut Andre? Memang real hanya sebatas teman." Abi Haidar berkata dengan pikiran yang positif.Akan tetapi, Umi Khaira adalah seorang wanita dan dia sangat tahu karakter seperti Mila itu bagaimana. Mendengar penjelasan dari suaminya, Umi Khaira malah terkekeh dan itu membuat Abi sangat bingung."Kenapa Umi malah tertawa? Memangnya ucapan abi ada yang salah?""Abi, Abi ..." Beliau menggelengkan kepalanya. "Abi ini adalah seorang pria, jadi mana paham jika berada di posisi wanita itu seperti apa. Dengar ya Bi! Tidak ada seorang lawan jenis yang memberikan perhatian dengan secara berlebihan kepada teman lelakinya, begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sebuah perasaan. Teman hanya sekedarnya menyemangati itu sudah hal biasa, tetapi jika memberikan perhatian dengan mengirimkan makanan setiap hari, apakah itu hal yang wajar? Umi rasa tidak."Andre dan juga Abi hanya di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status