Share

Hasil Penyelidikan

Pagi hari Gadis sudah terbangun, namun saat dia selesai membersihkan diri dirinya dibuat terkejut karena ada beberapa pelayan yang sedang mengangkut kasur milik Alex dan menggantinya dengan yang baru.

"Loh, Pak, ini kenapa kasurnya diganti?" tanya Gadis dengan bingung pada salah satu pelayan yang ada di sana.

"Saya juga kurang tahu Nona. Tuan muda yang menyuruhnya, kalau begitu saya permisi dulu," jawab pelayan tersebut sambil menggotong kasur yang lumayan berat.

"Padahal kasur ini masih sangat bagus, kenapa diganti? Dasar orang kaya, bisa seenaknya saja." Wanita itu menggelengkan kepalanya sambil berjalan ke arah cermin.

,

Tiba-tiba saja Alex masuk kemudian mengganti pakaiannya karena dia habis membersihkan diri di kamar sebelah, sebab tidak ingin menunggu lama istrinya yang sedang berada di kamar mandi.

"Om, tadi kasurnya kenapa kok diganti? Saya rasa itu masih bagus." Gadis memberanikan diri untuk bertanya walaupun dia sedikit ragu saat melihat wajah datar Alex.

"Karena kau semalam tidur di kasurku," jawab Alex dengan begitu enteng.

Seketika wanita tersebut membuka mulutnya dengan tatapan tak percaya. Hanya karena dirinya yang tidur semalam di ranjang membuat Alex harus menggantinya namun sedetik kemudian dia malah tertawa.

"Hahaha! Om, Anda ini terlalu berlebihan. Saya kan bukan kuman, kenapa harus diganti kasurnya? Lagi pula, semalam saya tidur sebentar saja, Om."

Akan tetapi Alex tidak mengindahkan ucapan Gadis. Dia merapikan jasnya kemudian mulai menyisir rambutnya karena bagi Alex barang-barangnya itu adalah hal yang privasi dan dia tidak ingin ada seseorang yang memakainya, sekalipun itu Gadis.

"Dasar Tuan Arogan. Orang nanya nggak dijawab kayak tembok," gerutu Gadis dengan suara lirih tapi masih sangat terdengar jelas di telinga Alex namun pria itu enggan menimpali.

Dia segera turun ke lantai bawah untuk sarapan diikuti oleh Gadis. Dan saat sampai di sana Mama Indah menyuruh Gadis untuk melayani Alex tetapi pria itu menolak.

,

"Alex, jangan begitu dong! Gadis itu kan istri kamu, sudah sepatutnya dia melayani kamu sebagai seorang suami," ucap Mama Indah sambil menatap lekat ke arah putra tampannya.

"Dia hanya istri di atas kertas Mah," jawab Alex dengan nada yang datar, "lagi pula pernikahan ini kan atas permintaan kalian, aku sudah mengabulkannya. Sudahlah, aku ada meeting dadakan, kalau gitu aku sarapan di kantor saja. Ayo Sok!" ajak Alex pada asistennya yang sedang berdiri di belakangnya.

"Baik Tuan muda." Asoka menundukkan kepala kemudian dia berjalan di belakang Alex dan membukakan pintu mobil untuknya.

Mama Indah merasa tak enak kepada Gadis, dia pun memegang tangan menantunya. "Maafkan Alex ya Nak, dia dulu pernah disakiti sama wanita, tepatnya diselingkuhi. Itu kenapa dia tidak pernah percaya dengan cinta, bahkan dia selalu memandang setiap wanita sama saja. Mama berharap kamu bisa menaklukkan hatinya kembali."

Mendengar itu Gadis merasa kasihan, dia tidak menyangka ternyata di balik sikap dingin Alex, pria tersebut memiliki masa lalu yang cukup menyakitkan.

''Kasihan, tapi sayang sikapnya benar-benar arogan. Bicaranya sangat irit sampai-sampai aku bertanya saja tidak dijawab." Gadis berkata di dalam hatinya dengan tatapan yang masih mengarah ke pintu utama.

"Tuan, saya sudah mendapatkan data-data dari nona muda." Asoka memberikan laptopnya kepada Alex.

Pria itu segera membaca biodata tentang Gadis, akan tetapi dia merasa ada yang janggal. "Jadi siapa dia sebenarnya? Kenapa di sini biodatanya tidak lengkap?" Tatapannya tajam mengarah kepada Asoka lewat pantulan cermin.

"Maaf Tuan saya hanya mendapatkan jika Nona Gadis hanyut di sungai dan ditolong oleh ibu Hasna 5 tahun yang lalu. Soal biodata aslinya, saya sedang mencari tahu Tuan tapi sedikit kesulitan," jawab Asoka dengan nada yang sedikit ketakutan akan kemarahan Alex, karena pria itu tidak suka jika tugas darinya tidak bisa dikerjakan dengan baik.

"Aku tunggu secepatnya. Jika tidak, kau akan tahu akibatnya!" Pria itu berkata dengan ekspresi yang sulit di artikan, tatapannya mengarah lurus kepada Asoka yang saat ini sedang menyetir.

Namun, Asok merasa tatapan itu sebuah ancaman yang bisa membahayakan nyawanya. Seketika pria itu menelan ludahnya dengan kasar. "Ba-baik Tuan." Dia bahkan tidak berani untuk sekedar menatap mata bosnya.

.

.

Gadis baru saja sampai di depan gedung sebuah perusahaan ternama di negara itu, dia tersenyum penuh kagum pada kantor milik suaminya.

Dengan langkah sedikit ragu, Gadis pun masuk ke dalam dan menanyakan tentang ruangan Alex pada resepsionis yang ada di sana.

"Maaf Nona, untuk apa Anda mencari Tuan Alex? Apakah Anda sudah membuat janji?" tanya resepsionis tersebut dengan senyum mengejek saat melihat penampilan Gadis yang sederhana.

"Saya istrinya. Saya ke sini ingin membawa makan siang untuk Tuan Alex."

Bukannya menjawab resepsionis itu malah tertawa dengan nada mengejek, karena dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Gadis. Dia berpikir mana mungkin Alex mempunyai istri kampungan seperti Gadis. Sementara semua orang tahu siapa Alex Delamo, pengusaha tertampan dan terkaya yang ada di negara itu.

"Nona, Anda ini kalau mimpi jangan ketinggian! Sebaiknya Anda pergi dari sini sebelum saya panggil satpam!" usir wanita cantik itu sambil tetawa sinis.

"Tapi---"

"Nona muda." Gadis menoleh ke arah belakang yang ternyata itu adalah Asoka. "Anda sedang apa di sini, Nona?"

"Saya diminta Mama untuk mengantarkan makan siang untuk Om Alex, tapi saya dikira gembel sama dia," sindir Gadis pada resepsionis yang saat ini sedang menundukkan kepalanya saat kedatangan Asoka.

"Kalau begitu mari ikut saya Nona muda." Lalu Asoka melirik ke arah resepsionis tersebut. "Lain kali jika Nona muda datang, kau harus menyambutnya dengan baik! Dia adalah istri Tuan muda, paham!" tekannya dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Pa-paham Tuan," jawab resepsionis itu dengan takut.

Gadis menaiki lift bersama dengan Asoka dan mereka sampai di lantai atas di mana hanya ada satu ruangan milik Alex. Pria itu pun menyuruh Gadis untuk masuk ke dalam, tapi entah kenapa hatinya merasa sedikit ragu, namun segera di tepis olehnya.

'Ternyata beruang kutub itu lagi bekerja.' batin Gadis saat melihat Alex sedang berkutat dengan laptopnya.

"Mau ngapain kamu ke sini?" tanyanya dengan datar tanpa menoleh ke arah Gadis sedikit pun.

''Eh, ternyata dia tahu aku di sini," lirih Gadis, kemudian dia mendekat ke arah Alex dan menaruh rantang makanan di atas meja kerjanya.

"Ini Om, aku bawakan makan siang. Tadi Mama menyuruhku untuk ke sini, jadi--"

"Buang saja!" titahnya dengan wajah tanpa bersalah.

"Hah? Buang!" kaget Gadis, "Om, Anda jangan seperti itu dong! Ini kan makanan, masa dibuang? Kalau nda tidak mau memakannya, ya sudah biar saya kasih tuan Asoka saja," selorohnya.

Mendengar ocehan dari istrinya membuat Alex merasa kesal, kemudian dia mendelik dengan tajam ke arah Gadis, tetapi wanita itu tidak takut dia malah menatap balik ke arah Alex.

"Pergi! Aku sedang banyak kerjaan." usirnya dengan tegas sambil menunjuk ke arah pintu.

"Hah?" bengong Gadis, "tapi kan aku baru--"

"Apa kau tuli? Ku bilang keluar!" usirnya lagi, sebab ia tak mau di ganggu.

Merasa Gadis sedikit keras kepala, Alex segera menelpon Asoka, dan tanpa di kasih tahu, pria itu pun sudah paham dengan permintaan Alex, lalu dia meminta Gadis untuk pergi dari sana.

"Dasar beruang kutub. Pria menyebalkan. Udah capek-capek ke sini nganterin makan siang, malah di suruh dibuang, pakai ngusir segala lagi. Awas aja! Aku akan kasih pelajaran kamu nanti!" umpat Gadis mdi dalam hatinya.

"Tunggu!" cegah Alex saat Gadis akan keluar dari ruangannya.

Pria itu mendekat dengan tatapan yang begitu lekat tanpa ekspresi, hingga membuat Gadis salah tingkah sebab jarak mereka hanya berpaut 2 jengkal saja.

"Siapa keluargamu?" Tiba-tiba Gadis membulat dengan jantung berdebar.

BERSAMBUNG........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status