Share

106. Canggung

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-21 12:18:31

Happy Reading

*****

Sebentar saja, Haidar melihat kilatan keterkejutan dari istri keduanya saat dia melempar pertanyaan tadi. Namun, cepat-cepat Hazimah menundukkan kepalanya sambil berkata, "Nggak ada keterpaksaan dalam sebuah takdir, aku hanya perlu penyesuaian semuanya. Maaf, jika kehadiranku menjadi beban buatmu." Hazimah kembali berdiri.

"Aku mau kopi. Terima kasih sudah bersedia menjadi istriku," ucap Haidar dengan cepat merespon perkataan sang istri. Tak ada sentuhan fisik setelahnya. Hazimah, hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan sang suami, demikian juga Haidar.

Tak perlu Haidar bertanya lagi, kamar mana yang akan mereka tempati karena di rumah ini, hanya ada dua kamar. Salah satu digunakan Yana, sekilas dia tadi melihat Hazimah masuk ke kamar sebelah kiri tempat berdirinya kini. Haidar pun mengikuti apa yang dilakukan sang istri, menyentuh gagang pintu dan mengucap salam sebelum memasukinya.

Bau khas bayi menusuk inderanya, Haidar tersenyum. Sekali saja dia melihat Il
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Warisan Sahabat   110. Nyinyiran Tetangga

    Happy Reading*****Hazimah memasang senyum kepalsuan di depan sang mertua. "Mereka nggak tahu seperti apa kita memutuskan semua ini, Bu. Jadi, nggeh biarkan saja. Dijelaskan pun, mungkin mereka tetap berprasangka negatif.""Sabar, yo, Nduk. Nanti mereka juga akan diem sendiri saat melihat kebahagiaan kalian. Bunda yakin kalian mampu menepis kata-kata jahat mereka." Sambil berjalan, Sania kembali menasehati menantu barunya. Hazimah, hanya mengangguk dan mengucapkan istighfar sebanyak mungkin agar bisa mengontrol emosi dan hatinya. Sesampainya di tempat penjual sayur, makin banyak orang yang memandang aneh pada ibu satu anak itu. "Nduk, nggak usah dihiraukan omongan dan tatapan mereka. Kamu pilih aja apa yang mau dibeli. Bunda masih mau milih yang lain dulu. Tetap di sini, ya," pinta Sania supaya sang menantu baru tidak bergerak ke tempat lain.Sania mengitari sisi yang berseberangan dari mobil bak terbuka milik pedagang sayur itu. Sementara Hazimah masih diam berdiri melihat-lihat b

  • Istri Warisan Sahabat   109. Bisik-bisik Tetangga

    Happy Reading*****Sania dan Aliyah saling menatap. Lalu, keduanya tersenyum penuh arti."Ada apa? Apa Ima mengucapkan kalimat yang salah?" tanya Haidar yang juga penasaran dengan reaksi terkejut dari bunda dan istri pertamanya."Bukan salah, tapi harus dibenarkan," sahut Aliyah sambil melirik sang mertua. "Putrane Bunda kan sudah jadi suamimu, Mbak. Alangkah baiknya kamu nggak menyebut namanya secara langsung. Pamali kata orang tua dulu." Sania memegang kedua pundak Hazimah dari samping kanan. "Ngapunten, Bun. Saya belum terbiasa," sesal Hazimah disertai wajah sedihnya."Cuma masalah panggilan, enggak masalah, Bun," sahut Haidar.Kalimat yang menjadi jawaban Hazimah, entah mengapa mampu membuat orang yang ada dalam ruangan itu tertawa lirih. Bagian atas tubuh Hazimah makin menunduk malu. Dia memang tidak terbiasa menyebut nama suaminya dengan embel-embel di depan. "Tapi, Mas. Pangilan pada suami itu adalah bentuk penghormatan dan juga pengabdian seorang istri. Mbak Azza bisa pang

  • Istri Warisan Sahabat   108. Gagal Malam Pertama

    Happy Reading*****"Enggeh, Bun. Adik sudah perjalanan ke sana, sekarang," sahut Haidar."Alhlamdulillah kalau gitu. Bunda bener-bener takut dengan keadaan istrimu." Suara Sania bergetar, seperti orang yang sedang menahan tangisan."Bunda tenang, nggeh. Bentar lagi adik sudah sampai." Haidar menoleh pada istri barunya yang ternyata sudah siap untuk mengikutinya. Hazimah bahkan sudah menggambil Ilyas dari boks bayi dan memindahkannya ke gendongan."Ayo, Ain. Kasihan Aliyah kalau sampai sendirian."Haidar cuma bisa menganggukkan kepala. Dalam perjalanan menuju rumah sang bunda, lelaki itu tak henti-hentinya minta maaf pada Hazimah karena sudah mengggangu waktu istirahat perempuan tersebut."Ain, aku juga punya tanggung jawab untuk merawat Aliyah. Jadi, berhentilah meminta maaf seperti itu," ucap Hazimah."Terima kasih, Im. Kamu mau mengerti posisiku.""Sudah sewajarnya seperti ini. Kita sudah menjadi suami istri, jadi harus berbagi baik suka maupun duka."Tak lama setelah percakapan te

  • Istri Warisan Sahabat   107. Gelisah

    Happy Reading*****"Hah," kata Haidar cengo, sama sekali tidak mengerti maksud perkataan sang istri."Aku minta tolong kamu keluar dulu. Aku nggak bisa ngasi Ilyas ASI kalau masih ada kamu di sini." Ragu-ragu Hazimah mengatakannya, takut sang suami salah paham. Hazimah masih belum bisa menampakkan bagian tubuh yang satu itu untuk dilihat orang lain, meskipun Haidar sekarang sah sebagai suaminya. Setelah Hazimah mengatakan demikian, barulah lelaki itu paham. "Iya, aku akan keluar." Tertunduk malu Haidar meninggalkan kamar. Hazimah membuka mukenanya dan mulai menyusui Ilyas. Sekalinya dia mengeluarkan sumber energi kehidupan sang bayi, bibir mungil Ilyas meraihnya dengan cepat. Tangisannya pun tak terdengar lagi. Setelah putranya tertidur lagi, Hazimah memanggil Haidar masuk. "Ain, masuklah. Aku sudah selesai memberikan ASI pada Ilyas," kata Hazimah."Iya."Hari sudah semakin larut. Haidar duduk di tepi ranjang, menunggu Hazimah yang masih meletakkan Ilyas di boksnya. Selesai denga

  • Istri Warisan Sahabat   106. Canggung

    Happy Reading*****Sebentar saja, Haidar melihat kilatan keterkejutan dari istri keduanya saat dia melempar pertanyaan tadi. Namun, cepat-cepat Hazimah menundukkan kepalanya sambil berkata, "Nggak ada keterpaksaan dalam sebuah takdir, aku hanya perlu penyesuaian semuanya. Maaf, jika kehadiranku menjadi beban buatmu." Hazimah kembali berdiri. "Aku mau kopi. Terima kasih sudah bersedia menjadi istriku," ucap Haidar dengan cepat merespon perkataan sang istri. Tak ada sentuhan fisik setelahnya. Hazimah, hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan sang suami, demikian juga Haidar. Tak perlu Haidar bertanya lagi, kamar mana yang akan mereka tempati karena di rumah ini, hanya ada dua kamar. Salah satu digunakan Yana, sekilas dia tadi melihat Hazimah masuk ke kamar sebelah kiri tempat berdirinya kini. Haidar pun mengikuti apa yang dilakukan sang istri, menyentuh gagang pintu dan mengucap salam sebelum memasukinya. Bau khas bayi menusuk inderanya, Haidar tersenyum. Sekali saja dia melihat Il

  • Istri Warisan Sahabat   105. Apakah Terpaksa?

    Happy Reading*****Beberapa saat setelah Haidar menyelesaikan percakapannya dengan Aliyah, mereka keluar kamar. Wajah Hazimah yang sudah menggendong Ilyas terlihat."Lho, Mbak?" kata Aliyah, terkejut ketika Hazimah malah menggendong bayinya. "Malam ini biar Ilyas tidur sama aku aja. Kok, malah digendong lagi.""Tadi, dia nangis. Kayaknya aku nggak bisa ninggalin dia di sini, Al. Dia selalu kelaparan dan membutuhkan ASI. Stok yang kamu katakan tadi sudah tinggal satu botol saja." Hazimah menunjukkan ASI milik Ilyas yang tersisa.Aliyah menepuk keningnya sendiri. Lalu, mendekati si kecil dan mencubit pipinya pelan. "Jagoan Ibu ternyata kuat banget nyusunya. Lapar, ya?" katanya pada si bayi yang cuma bisa merespon Aliyah dengan senyum."Biarkan saja dia sama bundanya, Sayang. Daripada kamu nanti kerepotan sendiri kalau Ilyas kehabisan ASI-nya," saran Haidar."Iya, Al," tambah Ruby, "Dia nggak bakalan ganggu ayah bundanya asal perutnya kenyang." "Bener katamu, Kak," sahut Sania, "si kec

  • Istri Warisan Sahabat   104. Haidar

    Happy Reading*****Beberapa menit kemudian saat keduanya sudah menyelesaikan ritual. Haidar mengajak Hazimah ke tempat akadnya tadi untuk menandatangani berkas yang harus mereka selesaikan. Para tamu undangan dan juga saksi pernikahan keduanya dipersilakan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Mereka masih terus berbisik-bisik menggosipkan pernikahan Haidar."Gimana, sih. Sudah tahu istri lagi sakit keras. Kok, malah nikah lagi. Pasti sama-sama gatel, nggak pernah bisa nahan nafsunya." Omongan seperti itulah yang paling banyak di dengar oleh Haidar. Lelaki itu cuma bisa mengembuskan napas. Lelah, sudah pasti Haidar rasakan apalagi jika dia harus menjelaskan alasan di balik pernikahannya saat ini. Hazimah menoleh ke arah sang suami. "Beginilah yang akan kita hadapi ke depannya," ucap perempuan itu. "Maafkan aku, Im. Kamu harus menjadi cemoohan orang lain," sahut Haidar. Ragu, dia menangkupkan tangannya di atas tangan Hazimah. Perempuan itu menoleh kembali disertai senyuman. "

  • Istri Warisan Sahabat   103. Akad Kedua 2

    Happy Reading*****Tenang, seolah tak ada gejolak apa pun di hatinya, Aliyah mengantarkan Hazimah mendekat pada Haidar. Suasana mendadak hening dan canggung, semua menunggu Haidar membacakan doa pada istri barunya. Sementara orang yang ditunggu masih berperang dengan hati dan perasaannya. Haidar mungkin terlihat tangguh dan kuat di depan semua orang. Namun, mereka yang berada di sana tak pernah mengetahui jika lelaki tersebut tengah kesakitan saat ini. Cinta yang seharusnya, hanya dia berikan pada Aliyah kini harus dibagi dengan Hazimah. Mengingat masa lalunya yang memiliki perasaan cinta pada Hazimah, harusnya Haidar bahagia karena semua angannya telah terpenuhi. Namun, kenyataan tidak demikian. Haidar tidak bahagia dengan pernikahan keduanya. "Mas," panggil Aliyah sambil menggendong Ilyas. Namun, Haidar belum meresponnya."Adik," tambah Sania. Haidar masih bergeming. Tatapannya lurus ke depan."Ain," kali ini Ruby mencoba menyadarkan si bungsu.Satu sentuhan dari dari Abdul, mem

  • Istri Warisan Sahabat   102. Akad Kedua

    Happy Reading*****Sudah hampir dua bulan ini, bayi yang dilahirkan Hazimah diperkenankan pulang. Si kecil tumbuh dengan sehat setelah dinyatakan bobot tubuhnnya memenuhi syarat. Acara akikah juga dilaksanakan cukup meriah dengan menyembelih dua ekor kambing di rumah Hazimah. Aliyah menjadi perempuan yang paling antusias menggendong si kecil walau tubuhnya masih terbilang ringkih karena penyakit yang dideritanya.Mereka semua telah sepakat untuk melaksanakan pernikahan Haidar dan Hazimah setelah perempuan itu selesai nifas.*****Acara yang cukup sederhana digelar di rumah Haidar, tak banyak yang diundang dalam akad keduanya kali ini. Bukan berniat lelaki itu meremehkan Hazimah atau yang lainnya, tetapi akad kali ini dilakukan dalam keadaan banyak masalah yang terjadi. Rasanya kurang pantas menyelenggarakan pesta pernikahan saat Yana, sang Mama mertua dan juga Aliyah, istri pertama Haidar sedang sakit. Walau berat, tetapi Haidar dan Hazimah tetap melakukan pernikahan tersebut karena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status