Share

Istri Yang Sering Keluyuran
Istri Yang Sering Keluyuran
Penulis: Aksara Ocean

1. Keluyuran Lagi

Bab 1 Keluyuran Lagi

"Lagi-lagi keluyuran, lagi-lagi keluar dari rumah tanpa izin suami. Maunya kamu apa sih, Mi? Kamu mau aku marah? Kamu udah nggak mau ngedenger perkataan aku lagi, iya?"

Suara Elang terdengar pelan, menahan rasa geram yang menyelimuti hatinya saat untuk kesekian kalinya, ketika dia sampai di rumah dirinya tak menemui keberadaan istrinya di sana. Sudah beberapa hari ini, Miya selalu kedapatan pergi dari rumah saat dia pergi bekerja.

Awalnya Elang tidak sadar, tetapi yang namanya bangkai, walau disimpan rapat pun pasti akan tercium ujung-ujungnya. Elang mulai sadar ketika dia pulang kerja, pintu rumahnya malah terkunci rapat, alih-alih mendapat sambutan yang hangat dari Miya.

"Maaf, Mas." Miya tak menjawab banyak, dia hanya membuka pintu dengan kunci yang dia keluarkan dari saku daster yang dia pakai.

"Maaf terus, maaf terus! Aku itu nggak butuh maaf kamu, Mi. Aku butuh penjelasan, sebenarnya kamu ke mana? Suami kerja banting tulang di luar sana, eh, kamu malah buat ulah di sini." Elang menjawab dengan penuh penekanan. "Bukannya ngebersihin rumah, kamu malah keluyuran satu harian. Pekerjaan yang nggak ada gunanya."

"Ta—tapi, aku udah membersihkan rumah, kok, Mas." Miya akhirnya menjawab, sambil melirik keadaan rumahnya sekilas.

Elang tak menggubris jawaban Miya, dan malah mendudukkan dirinya di sofa. Rumah mereka memang bersih, sama seperti biasanya. Elang hanya mencari alasan, agar Miya merasa bersalah karena sudah pergi dari rumah.

"Sekarang Mas tanya sama kamu, kamu sebenarnya ke mana saja selama Mas pergi bekerja? Hm?" Elang bertanya lembut.

Kali ini dia tidak boleh kecolongan, karena selama beberapa hari ini dia selalu marah-marah dan akhirnya selalu zonk. Miya akan menangis, dan percakapan akan berakhir begitu saja tanpa ada penjelasan lebih lanjut.

"Aku hanya main ke rumah tetangga, Mas. Aku bosan di rumah," jawab Miya dengan pelan, terlampau pelan hingga Elang nyaris tak mendengarnya.

"Masak setiap hari main ke rumah tetangga, Dek. Malu, lah. Apalagi, kamu pulangnya selalu sore banget kayak begini. Mas takut kamu diomongin orang," balas Elang pada akhirnya.

Miya diam dan hanya menundukkan pandangannya ke lantai, tak menjawab perkataan Elang barusan.

"Mas itu lebih suka kamu diam di rumah, Dek. Setelah beres-beres, kamu bisa nonton televisi, bisa main ponsel, baca-baca novel online yang kamu suka, atau kamu bisa tidur. Bukannya lebih bermanfaat, daripada keluyuran nggak jelas?" tanya Elang lagi, jauh lebih lembut daripada sebelumnya.

Lagi-lagi hanya keheningan yang menguasai keadaan, Miya tak menyahut dan semakin menunduk dalam. Menghindari tatapan Elang yang seolah sedang menelanjanginya.

"Dek, Mas begini karena Mas sayang sama kamu, loh. Mas nggak mau kamu kecapekan, dan stress. Bukannya kamu mau punya anak? Hm?" tanya Elang beruntun.

"Maaf, Mas."

"Kalau begitu, bisa kamu hentikan kebiasaan kamu itu? Kalau Mas pergi kerja, kamu cukup di rumah dan jangan keluyuran lagi. Bisa?" tanya Elang dengan sedikit memaksa.

"Bi—bisa, Mas."

Suara Miya terdengar bergetar, dan itu artinya wanita itu sedang menahan tangis. Elang langsung menarik tangan Miya, dan menenggelamkan wanita itu ke pelukannya.

Bukannya dia tidak mau Miya bergaul, tetapi Elang merasa pergaulan Miya sudah sangat salah. Suami mana yang tidak marah, jika istri suka keluyuran hingga petang? Untung saja Elang tidak lembur seminggu belakangan ini, jadi dia bisa mengetahui kebiasaan buruk Miya dengan mata kepalanya sendiri.

Miya pasti memanfaatkan kebiasaan Elang yang setiap hari lembur, untuk keluyuran ke rumah-rumah tetangga hingga petang. Kebiasaan buruk, dan Elang bertekad untuk mengubahnya.

"Dek, pokoknya Mas nggak mau lihat kamu keluyuran lagi. Cukup diam di rumah, dan Mas sudah sangat bahagia dengan hal itu." Elang bergumam, dan mencium pucuk kepala Miya setelahnya.

Sementara Elang sibuk dengan pikirannya, Miya juga melakukan hal yang sama. Wanita itu sedang mencari cara agar dia besok bisa kembali keluar dari rumah, dan kembali tepat waktu sebelum Elang pulang dari kantor.

Setelah melepaskan pelukannya, Elang langsung berujar, "bisa buatkan Mas teh hangat, Dek? Mas kangen sama teh hangat buatan kamu, jangan lupakan potongan lemonnya."

"Iya, Mas." Miya mengangguk dan berjalan menjauhi Elang.

Elang yang ditinggal sendirian langsung mengambil ponselnya yang sedari tadi tidak berhenti bergetar, ketika dia melihat siapa yang menelpon, Elang langsung bergegas mengangkat panggilan itu.

"Halo, Ma. Ada apa?" tanya Elang saat panggilan sudah tersambung.

"Kamu sudah menyelidiki Miya? Dia keluyuran lagi, kan? Tadi Mama ngeliat dia di pasar, loh, Lang. Ngapain coba?" Suara Olga- Mama Elang- terdengar menyahut dari seberang sana.

"Hah? Pasar? Ngapain Miya di pasar, Ma?" Elang malah balik bertanya.

"Ya mana Mama tahu, Lang. Ya kamu tanyalah, paksa dia buat jujur!" Olga berseru gemas.

"Aku udah tanya, Ma. Dan Miya bilang dia hanya main ke rumah tetangga, nggak lebih dari itu." Elang menjawab sesuai yang Miya katakan tadi.

"Tetangga dari Hongkong? Wong, dia di pasar tadi, dan Mama lihat sendiri. Pasar itu jaraknya hampir empat kilo dari rumah kamu, dan Miya ada di sana. Terus kamu nggak curiga, gitu?" tanya Olga dengan nada mengejek. "Elang, dia itu bohong sama kamu. Plis deh, jangan bego."

*********

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status