BAB 18 – PENYESALAN MIYA.Beberapa jam yang lalu…Miya duduk termenung di depan meja riasnya. Wajahnya murung dengan tatapan yang kosong, pikirannya dipenuhi dengan pertengkarannya dengan Elang semalam. Bahkan suaminya itu juga tidak pulang, tentu saja Miya khawatir. Kejadian semalam, bahkan setiap ucapan yang keluar dari bibir mereka berdua kembali berputar di kepala Miya seperti rekaman usang. Satu hal yang Miya sesali, mengapa dia sampai mengucapkan kata cerai, sampai meminta berpisah dengan suami yang sangat dia cintai. Padahal jelas hatinya tidak menginginkan hal tersebut. Dia sungguh tak mau berpisah dengan Elang. Miya sangat menyesalinya.Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja rias di hadapannya. Dengan gamang, Miya berpikir untuk mengirimkan pesan pada Elang atau tidak. Dia harus minta maaf pada suaminya. Selama ini, Elang tak pernah marah sampai sedemikian rupa. Miya sadar jika Elang sampai memutuskan pergi dari rumah, itu artinya dia sangat marah. Miya menatap layar pons
BAB 19 – Ucapan Janji Elang. Miya lega mendapati bahwa Elang baik-baik saja. Dia mendudukkan tubuhnya di samping ranjang. Sejurus kemudian dia berpikir untuk menjelaskan tentang Dicky. Semakin cepat selesai, semakin baik, bukan?!"Mas, ada yang mau aku jelaskan. Soal laki-laki itu sebenarnya--""Aku percaya sama kamu, Miya."Miya menggelengkan kepala mendengar ucapan Elang. Bagaimanapun juga, dia sudah bertekad untuk menjelaskannya. Elang harus tahu siapa Dicky, agar tak ada lagi kecurigaan dan salah paham antara mereka."Enggak, Mas. Kamu harus dengar dulu penjelasan aku," pinta Miya sambil menggoyang lengan Elang perlahan. Elang hanya terdiam."Lelaki yang kamu lihat itu, namanya Dicky. Dia itu sepupu jauh aku, Mas. Belum lama ini dia dan keluarganya pindah ke Jakarta. Beberapa minggu lalu aku gak sengaja ketemu dia di pasar," jelas Miya bersungguh-sungguh."Mas, keluarganya sedang kesusahan, ibunya juga sedang sakit. Karena itulah aku sering pakai jasa ojek dia. Setidaknya dengan
BAB 20 – Hanya Kesalahpahaman."Apa maksud kamu bicara begitu, Miya?" tanya Elang lagi saat belum mendapat jawaban dari Miya.Elang penasaran dengan maksud Miya yang tiba-tiba mengatakan hal seperti itu. Setahu Elang, mereka menikah karena sudah direstui oleh semua keluarga, tapi kenapa sekarang Miya mengatakan hal yang berbeda?“I – itu ...”Penjelasan Miya terpotong karena suara ketukan pintu dari luar terdengar. Miya pun belum sanggup menjelaskan semuanya sekarang. Ini bukan waktu yang tepat.“Mas dengar nggak? Kayaknya ada yang ketuk pintu deh,” ujar Miya. Elang mempertajam pendengaran, tetapi dia tak mendengar apapun. “Mas nggak dengar apa-apa. Kayaknya kamu salah dengar, deh, Dek. Lebih baik sekarang kamu jelasin maksud kamu yang tadi. Kenapa kamu bisa ngomong begitu?” Elang pun meminta Miya kembali melanjutkan ucapannya.Tok tok tokBelum juga bicara, lagi-lagi Miya mendengar ketukan pintu. Dia pun kembali mengurungkan niatnya untuk menjelaskan semuanya. “Itu … Mas dengar ‘ka
BAB 21 – Perubahan Sikap Olga.Melihat Olga berlalu dengan Runa, Miya merasa tidak enak. Dia menyeka air matanya lalu mendekati wanita itu.“Ma, maafkan aku. Ayo kita masuk dulu! Kita bicarakan semuanya dengan kepala dingin,” ajak Miya. Miya memegang tangan Olga, berharap bisa meluluhkan hati keras mertuanya tersebut.“Jangan sentuh mama! Mama nggak sudi disentuh sama kamu. Pergi kamu dari hadapan Mama! Mama nggak mau kena sial karena ulah kamu yang buruk.” Olga mengibaskan tangan Miya sebelum keduanya sempat bersentuhan.Miya hampir terjatuh akibat dorongan Olga yang kuat. Untung Elang langsung sadar dan menangkap tubuh Miya yang limbung.“Miya, kamu nggak papa?” tanya Elang cemas. Mata mereka saling berpandangan saat Miya terjatuh tepat di dada bidang Elang. Tubuh mereka saling memeluk dari belakang. Miya kaget bukan kepalang saat Olga melakukan hal kasar itu. Dia tak menyangka ibu mertuanya akan terang-terangan membencinya. Syukurlah ada Elang yang sigap menjaganya.Miya sangat b
BAB 22 – RENCANA BUSUK OLGA.Tak butuh waktu lama, akhirnya Olga dan Miya sampai di salah satu pusat perbelanjaan besar dan mewah di kota itu. Bangunan Mall yang mewah dan megah terpampang jelas di depan mata Miya."Ayo, Miya," ajak Olga sambil menggandeng lengan Miya. Sesungguhnya hati kecil Miya, masih merasa ragu dengan kebaikan dan sikap Olga yang seperti ini."Nah, itu dia. Ayo, Miya, kita masuk ke sana," ajak Olga dengan senyum mengembang sambil menunjuk sebuah toko yang berada tak jauh dari mereka berdiri."Ki--kita mau cari apa, Ma?" tanya Miya sambil menoleh ke kiri dan kanan. Suasana Mall cukup ramai, meski hari masih terbilang belum begitu siang."Sudah. Ayo kamu ikut aja sama Mama." Olga segera menarik lengan Miya dengan penuh semangat."Selamat siang, silahkan," sambut seorang SPG yang berdiri dekat dengan pintu masuk, kala Olga dan Miya berjalan mendekat.Olga dan Miya hanya mengangguk dan tersenyum sebentar, lantas terus berjalan. Toko yang menyerupai butik. Semua jenis
BAB 23 – LAGI DAN LAGI!Di waktu yang bersamaan, Elang dan lima rekan kerjanya memasuki mall tempat di mana Miya berada. Hari itu mereka akan menghadiri sebuah pameran yang diadakan di tempat tersebut."Kita masuk duluan ya, Lang. Kita tungguin kamu di restoran," ucap Wahyu sambil menepuk bahu Elang sebelum keluar dari mobil, dan diikuti keempat rekan kerjanya yang lain."Oke," jawab elang menggangguk.Wahyu dan keempat rekan lainnya masuk lebih dahulu ke dalam sebuah restoran di mall tersebut, sementara Elang masih memarkirkan mobilnya karena mereka memang datang ke sana dengan menggunakan mobil Elang.Kebetulan Wahyu dan keempat temannya mengambil tempat duduk tepat di samping meja yang diduduki oleh Miya, yang sedang asyik membolak-balik buku menu sendirian.Salah seorang dari mereka menatap ke arah Miya. Memperhatikan Miya dari atas ke bawah dengan pandangan penuh minat. Bagaimana tidak, Miya memang terlihat cantik dengan riasan yang sedikit tebal dan rambut yang ditata bergelomba
BAB 24 – KEMARAHAN ELANG.“Bagus sekali, Miya. Jadi ini yang kamu bilang tidak selingkuh di belakangku!?” tanyanya dengan pelan tapi penuh penekanan. Siapa yang tidak geram melihat istrinya melakukan hal menjijikkan di depan matanya sendiri.Miya kaget mendengar suara itu. Suara yang pelan, tapi sangat menusuk. Dia pun menengok dan tak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah Elang.“Mas Elang. Kok, Mas ada di sini?” tanya Miya dengan heran bercampur takut.“Justru aku yang harusnya tanya sama kamu, Miya. Kenapa kamu bisa ada di sini dengan penampilan seperti ini dan berduaan dengan pria lain?!” Elang memindai pria berkemeja merah marun dan celana jeans navi dengan cemburu yang sangat besar.Elang salah paham. Dia pikir Miya selingkuh padahal semua itu tidak benar. Dicky dan Miya berpegangan tangan tanpa sengaja. Ketika pelayan mengantar makanan, Dicky tiba-tiba saja mendorong hotplate steak yang seharusnya milik Olga ke arahnya, maka dari itu Miya refleks mencegahnya dengan me
BAB 25 – RENCANA JAHAT CINDY.Hati Miya saat ini benar-benar hancur. Tak menyangka semua itu akan terjadi pada dirinya. Padahal mereka baru saja berbaikan, kenapa Elang kembali salah paham padanya? Miya menatap Dicky dengan kesal. “Kenapa kamu bohong, Dik? Kenapa kamu malah semakin membuat Mas Elang salah paham sama kita?” Tak habis pikir dengan ucapan sepupunya itu.Dicky menunduk, dia tak berani menatap wajah Miya. “Maaf.” Hanya itu yang terucap dari bibirnya. “Kenapa kamu tega nglakuin ini ke Mbak? Kenapa, Dik?” cecar Miya. Dia terus meminta penjelasan dari pria itu.“Maafin aku, Mbak.” Sesal di wajah Dicky, tapi tak bisa dia tunjukkan. Dia terlalu malu untuk menatap wajah Miya hingga suara pun tak bisa didengar oleh orang lain.Berbeda dengan suara Dicky yang kecil, suara ibu-ibu pengunjung restoran justru memekakkan telinga. Menatap Miya dengan geram dan jijik.“Dasar tukang selingkuh. Emang, sih, cantik. Tapi sayang, hatinya buruk.”“Amit-amit punya menantu kayak gitu. Aku kal