Share

Istri sang CEO: Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku
Istri sang CEO: Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku
Author: Creative Words

Bab 1 – Pengkhianatan dan Pertemuan

"Ahh … kau nikmat sekali, ...."

Baru saja Valency melangkah masuk ke dalam apartemen sang kekasih untuk merayakan hari jadi ketiganya, tapi dirinya malah dikejutkan dengan lenguhan dua orang yang bersahutan.

"Jangan meninggalkan jejak di sana, Lency bisa curiga nanti ...."

Valency menautkan alisnya. Itu … suara desahan seorang perempuan!

Dengan tubuh kaku, gadis berambut hitam panjang bergelombang itu berjalan perlahan, menghampiri sumber suara yang dia yakini berasal dari kamar sang kekasih.

Di waktu yang bersamaan, sebuah suara pria terdengar berkata, “Kamu kira aku takut padanya?”

Itu adalah suara kekasih Valency, Felix!

Dengan jantung berdebar kencang, Valency mengintip celah pintu kamar yang tak tertutup rapat. Seketika, gadis itu pun terbelalak melihat pemandangan di dalam.

Tampak sang kekasih dan sahabat dekatnya, Felix dan Cecilia, sedang berbaring mesra di atas tempat tidur dengan posisi intim!

“Bukankah hari ini hari jadi tiga tahun hubungan kalian?” tanya Cecilia seraya menyapu lembut dada Felix yang tidak mengenakan atasan. “Kamu tak pergi bersama Lency?”

“Bukankah sudah kubilang? Aku tak peduli lagi dengannya,” sahut Felix menjawab diikuti tawa puas. “Setelah kamu memenangkan lomba desain minggu depan, aku akan langsung memutuskannya dan meresmikan hubungan kita!”

Cecilia yang berada dalam pelukan Felix tersenyum nakal. “Kamu sangat kejam. Tidak bisakah kamu baik sedikit kepada Lency setelah selama ini selalu menggunakan desain buatannya untuk memajukan perusahaan?”

“Kejam? Aku tidak sebanding dengan dirimu yang memintaku bersandiwara dan mengencaninya untuk begitu lama hanya demi talentanya!”

Di depan pintu, Valency mengepalkan tangannya erat. Seluruh tubuhnya bergetar selagi air mata membendung di pelupuknya.

Cecilia adalah teman baiknya sejak awal kuliah, dan Felix adalah pria pertama yang mampu membuat Valency merasakan cinta serta kasih sayang. Lalu, bagaimana dua orang yang paling dia percaya itu bisa mengkhianatinya seperti ini!?

Otak Valency berputar, mengingat awal dirinya mengenal Cecilia.

Pada saat itu, Valency yang notabenenya adalah murid baru jalur beasiswa, tengah dipojokkan oleh sejumlah mahasiswa yang iri dengan kemampuan desainnya. Beruntung, sosok Cecilia, nona muda dari keluarga kaya yang diidolakan para pria, muncul dan membantunya.

Mulai dari sana, Valency pun mulai berteman dengan Cecilia.

Semua orang selalu berkata Valency seperti pelayan di samping Cecilia. Semua karena penampilannya yang sederhana dan latar belakangnya yang tidak jelas.

Namun, Cecilia selalu berkata dia tidak peduli dengan perbedaan mereka dan memperlakukan Valency dengan sangat baik. Bahkan, Cecilialah yang mengenalkannya dengan Felix, kakak kelas populer pujaan banyak murid wanita, yang berakhir meminta Valency untuk menjadi kekasihnya!

Tapi dari pembicaraan keduanya tadi … ternyata semuanya itu adalah rencana mereka untuk memperalat talenta Valency dalam bidang desain?!

“Sudahlah, jangan bicarakan dia lagi! Aku sudah tidak tahan, Sayang!” ucap Felix yang langsung menangkup wajah Cecilia dan mencium wanita itu dengan rakus.

Melihat semua itu di depan matanya, Valency mengernyitkan wajah jijik dan langsung berbalik pergi meninggalkan unit apartemen tersebut.

Valency berlari menuju lift, membuang kue yang dia beli, lalu meninggalkan apartemen hina itu dengan cepat hingga berakhir di sebuah taksi.

“Nona, ingin ke mana?” tanya sopir taksi yang mobilnya baru dimasuki oleh Valency.

“Universitas Sentral, Pak,” jawab Valency dengan napas terengah-engah.

Saat mobil mulai berjalan, mendadak bulir bening yang telah lama ditahan oleh Valency mengalir menuruni wajahnya. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam taksi tanpa memedulikan pandangan sang sopir taksi padanya.

Jadi … sedari awal mereka sudah merencanakan semuanya?!’ teriak Valency dalam hati saat mengingat percakapan dua pengkhianat itu. ‘Mempergunakan kemampuanku untuk membantu mereka membangun nama baik pribadi!?

Memang benar, selama ini ada begitu banyak proyek desain yang Valency kerjakan untuk Cecilia dan Felix. Untuk Cecilia, proyek tersebut kebanyakan hanyalah tugas kuliah yang menentukan kelulusan, tapi untuk Felix, Valency telah membantu pria itu merancang puluhan desain untuk menarik pelanggan bagi perusahaan baru yang tengah dirintisnya.

Kata Felix, perjuangan Valency tidak akan sia-sia. Karena saat perusahaan itu berhasil, Felix akan menikahi Valency dan menjadikannya pimpinan desain perusahaan. Akan tetapi, ternyata semua itu adalah tipu muslihat belaka!

Sesampainya di asrama, Valency terus memikirkan kelicikan dua orang yang telah memperalatnya. Tangisannya sudah berhenti, dan wajah gadis itu pun berubah gelap.

Ingin membuangku setelah puas mempergunakan diriku?

Valency mengepalkan tangannya dengan erat. Dia menghapus kasar jejak air mata di wajah sebelum kemudian meraih ponsel di dalam tas dan mulai mengetikkan sesuatu.

Saat pesan email telah dikirimkan, aura dingin menguar dari tubuh Valency.

Tidak semudah itu!

Malam itu, Cecilia tidak kembali ke asrama. Felix pun tidak menghubungi Valency maupun membalas pesannya. Tidak perlu berpikir jauh untuk tahu apa yang keduanya lakukan di belakangnya.

Namun, Valency tidak lagi peduli dan memilih tidur untuk menutup sakit hatinya.

Keesokan harinya, Valency terbangun oleh dering ponsel miliknya.

“Halo?”

“Pagi, apa benar ini dengan Nona Valency Lambert?”

Valency mengerjapkan mata, kaget. “I-iya, benar,” jawabnya. “Mohon maaf, dengan siapa saya berbicara?”

“Saya dari Diamant Corp, ingin mengonfirmasi lebih lanjut terkait email yang Anda kirimkan pada kami.”

Diamant Corp!?’ ulang Valency dengan mata membesar. Itu adalah perusahaan perhiasan terbesar di Eden yang baru saja dia kirimkan email kemarin. “Y-ya, Tuan. Silakan,” balasnya dengan jantung berdebar keras.

“Atasan saya ingin bertemu Anda terkait pembahasan kerja sama hari ini, jam sembilan siang. Apa itu memungkinkan, Nona?”

Sontak kedua mata Valency semakin membesar. Dia merasa tak percaya akan mendapat balasan secepat ini, padahal perkiraannya baru akan dibalas dua atau tiga hari lagi jika beruntung, mengingat Diamant Corp adalah perusahaan besar.

Namun, lihat ini. Belum ada dua puluh empat jam dia mengirim email itu, tetapi kini dia telah mendapatkan telepon dari perusahaan tersebut.

“Nona Lambert? Bagaimana? Apa Anda bersedia untuk datang ke kantor kami?” tanya pria di seberang sana saat tak kunjung mendapat jawaban dari Valency.

“Ah iya. Bisa!” jawab Valency. “Saya akan segera ke sana!”

Saat panggilan berakhir, Valency langsung mempersiapkan diri dan pergi ke Diamant Corp. Sesampainya di sana, dia disambut resepsionis dan dibawa ke lantai dua puluh perusahaan tersebut.

Staf perempuan yang mengantarkan Valency mengetuk pintu ruangan lantai dua puluh itu dengan hati-hati sebelum membukanya sedikit dan berkata, “Nona Lambert sudah datang, Tuan,” ucapnya sopan dengan kepala tertunduk.

“Masuk.”

Sebuah suara dalam dan dingin terdengar bergema dari dalam, membuat seluruh tubuh Valency bergidik ngeri. Aura dominasi pria di dalam ruangan sungguh tidak main-main!

Resepsionis wanita tersebut pun tersenyum dan berkata, “Silakan masuk, Tuan Spencer sudah menunggu di dalam. Saya permisi dulu.”

Sepeninggalan perempuan itu, Valency masuk seorang diri ke dalam ruangan yang lumayan besar.

Saat mata Valency bertemu dengan sepasang mata hitam segelap malam seorang pria, tubuh gadis itu mematung.

Tampak seorang pria berusia tiga puluhan dengan alis dan rahang tegas sedang memandang Valency lurus selagi terduduk angkuh di kursi kebesarannya. Hal itu membuat jantung Valency berpacu lebih cepat dan telapak tangannya mulai banjir oleh keringat.

“Duduk, Nona Lambert,” titah pria itu dengan nada dingin dan tegas, seolah menunjukkan bahwa dialah penguasa di sini.

Tubuh Valency seakan bergerak sendiri mengikuti perintah pria itu. Dia pun duduk di sofa yang tak terlalu jauh dari meja kerja pria tersebut.

“Selamat siang, Tuan ….”

Valency menghentikan ucapannya, tidak mengenal siapa pria di hadapannya ini. Sepertinya tadi si resepsionis sudah berucap, tapi otak Valency kosong sekarang!

“Spencer,” ucap pria tersebut. “Namaku Jayden Spencer.”

Mendengar itu, Valency tersenyum. “Salam kenal, Tuan Spenc–” Ucapan Valency kembali terhenti dan matanya membesar. ‘Jayden Spencer?! Direktur utama Diamant Corp?!

Kepala gadis itu terangkat dan sepasang manik cokelatnya memandang saksama pria tersebut.

‘K-kenapa … presiden direktur Diamant yang turun tangan langsung?!’

Creative Words

Hi semuanya! Salam kenal dengan author! Semoga suka dengan karya ini! Kalau kalian suka, jangan lupa untuk berikan like, vote, dan comment yaa! Biar author tahu tanggapan kalian terhadap karya ini, terima kasih!

| 11
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Justina Agustine
Cerita yg menarik
goodnovel comment avatar
Tikra Maneke
ceritanya baguss bikin penasaran,
goodnovel comment avatar
Sel Lena
salken sangat menarik..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status