“Yang benar saja, Mas, kamu kasih aku uang tujuh puluh ribu untuk satu minggu? Zaman sekarang dapat apa uang tujuh puluh ribu?” protes Damaira pada suaminya.
Di setiap akhir bulan, Finegan—suami Damaira akan menerima gaji. Perkara uang adalah hal yang sering menimbulkan keributan di antara keduanya.Damaira yang tak diberikan nafkah dengan layak oleh suaminya, hanya menuntut haknya sebagai seorang istri. Sedangkan, Negan menganggap tak perlu memberi banyak uang pada istrinya karena bekerja dan menghasilkan uang sendiri.Belum lagi dia harus menanggung biaya hidup ibu dan kedua adiknya, membuatnya semakin mengesampingkan kewajibannya menafkahi sang istri.Karir Negan cukup bagus, dia bekerja sebagai supervisor marketing di sebuah perusahaan farmasi yang lumayan besar, dengan gaji sebesar tujuh juta rupiah, belum lagi bonus jika mencapai target. Total Negan bisa memperoleh penghasilan sepuluh hingga dua puluh juta rupiah per bulannya.“Harusnya kamu bersyukur, Ra, aku masih memberimu uang walau sedikit, kamu 'kan kerja, dapat gaji,” balas Negan dengan bersungut-sungut.Negan selalu berdalih uang gajinya sudah dikirim untuk memenuhi kebutuhan hidup ibu dan adiknya, juga untuk biaya kuliah Dina—adik bungsunya.Berapa gaji Negan dan nominal yang diberikan pada ibu mertua, Damaira tak pernah tahu. Damaira tak pernah mencoba untuk menanyakannya, dia masih sangat menjunjung tinggi privasi sang suami.“Mas, ini bukan masalah bersyukur atau tidak bersyukur, tapi ini masalah nafkah yang menjadi kewajibanmu sebagai suami. Dua tahun lebih kita menikah, tapi bukan aku prioritasmu, kamu selalu mengutamakan ibu dan adik-adikmu.”“Bahkan untuk cicilan rumah saja kita patungan dan lebih sering aku yang bayar, belum lagi listrik, air, iuran RT, dan kebutuhan sehari-hari selalu pakai uangku!” Damaira masih melanjutkan protesnya.“Jadi kamu mulai perhitungan, Ra? Kamu tidak ikhlas, hah? Kamu kan punya gaji sendiri walau gajimu tak seberapa, wajar jika membantu perekonomian keluarga.” Ucapan Negan sarat akan penghinaan.“Aku bukan perhitungan mas, aku hanya menuntut hakku sebagai seorang istri, yaitu nafkah. Kurang bagaimana lagi aku membantu perekonomian keluarga, Mas? Kamu sudah tahu gajiku kecil, tapi masih kamu suruh menopang hidup kita, ngelawak kamu, Mas!”Tentang gaji milik Damaira, Negan pernah menemukan slip gaji milik istrinya itu di awal pernikahan mereka. Gaji itu nominalnya memang tak seberapa, hanya setengah dari gaji Negan.Damaira adalah pemilik toko kue yang cukup terkenal di daerah Jakarta Barat, bernama The Moonlight Bakery. Toko kue yang dia rintis dari nol, yang awalnya hanya ruko kecil dengan ukuran 3x5 m sekarang sudah menjadi empat kali lipat lebih besar.Damaira memang memberikan sistem gaji untuk dirinya sendiri, agar uang masuk dan keluar bisa tercatat dengan jelas.Tentu saja suami dan keluarga tidak paham jika Damaira adalah pemilik toko kue tersebut. Mereka hanya tahu, dirinya bekerja di toko kue sebagai pelayan toko, sebab kesehariannya memang terjun langsung untuk melayani pembeli.Keluarga Negan menutup mata dan menulikan pendengaran saat Damaira mengatakan dia adalah pemilik toko kue itu. Mereka justru menghina Damaira dan mengatakan terlalu banyak menghayal.“Kamu bilang aku ngelawak? Dasar istri tak tahu diri, miskin, tak berpendidikan. Menyesal aku hanya tergoda karena kecantikanmu,” balas Negan sengit.Tak terasa air mata Damaira keluar begitu saja tanpa bisa dibendung. Hatinya terasa sangat sakit mendengar penghinaan dari suaminya yang dulu mati-matian memperjuangkannya walau ayah Damaira tidak setuju.“Iya, Mas, aku memang miskin dan tidak berpendidikan. Tapi lihatlah rumah ini, sebagian besar rumah ini ada karena hasil jerih payahku!” ucap Damaira dengan suara yang mulai sumbang.Negan mengepalkan tangannya, dia sungguh merasa terhina, meski itu memang benar adanya.Negan hanya diam, meski wajahnya sangat murka.'Diam kan kamu sekarang!' batin Damaira."Aku hanya meminta hakku sebagai seorang istri, tapi kamu yang memaksaku untuk mengungkit hal itu." Damaira bermonolog yang entah didengar oleh Negan atau tidak.“Aku tak pernah menuntut apapun mas, kecuali satu hal itu—nafkah. Aku tahu anak laki-laki adalah milik ibunya, tapi kamu harus tetap memprioritaskan aku sebagai istrimu karena aku adalah tanggung-jawabmu.”Ibu Negan–Laras–memang selalu memberi penekanan pada Negan bahwa anak laki-laki adalah milik ibunya, jadi harus selalu berbakti, yang paling utama adalah memberi uang setiap bulan.“Sudahlah, Ra, aku lelah. Kamu ini, suami pulang, sudah ku kasih uang, bukannya berterima kasih atau dilayani malah diajak ribut,” hardik Negan yang sudah merasa terpojok.“Dasar tidak tahu diri!” Negan mengumpati Damaira sembari berjalan menuju kamarnya.“Apa, Mas? Kamu ngomong apa? Tidak tahu diri? Kamu seharusnya bercermin, Mas, sebelum berkata seperti itu,” sahut Damaira.“Heh, tutup mulutmu, keterlaluan kamu, Ra, sama suami sukanya melawan dan membantah. Benar kata ibu, kamu memang selalu melawan kalau dinasihati,” sarkas Negan dengan mengacungkan jari telunjuknya serta mata yang menatap penuh amarah.Beruntung Negan masih bisa mengontrol emosinya, dengan terus mengumpati istrinya, dia masuk ke dalam kamar kemudian membanting pintu.Bbrrraaakkk!“Astaghfirullah, aku bisa gila lama-lama menghadapi manusia seperti dia,” monolog Damaira, dia menarik nafas lalu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.Damaira kembali harus menelan pil pahit dalam kehidupan rumah tangganya, masalah nafkah tak pernah ada ujungnya. Lagi dan lagi, Damaira harus merasa kecewa dengan perlakuan tidak adil suaminya.Mulai sekarang Damaira akan mulai melakukan perlawan-perlawanan kecil untuk memberi pelajaran dan menyadarkan suaminya.Pagi menjelang, seperti biasa Damaira sudah berkutat di dapur membuat sarapan. Saat Negan sudah selesai berbenah diri, makanan itu harus sudah tersedia di meja.“Apa-apaan ini, Ra?” beo Negan, saat dia melihat meja makan.“Kenapa, Mas? Bukannya makanan sudah siap semua!” balas Damaira santai.“Yang benar saja, mana lauknya? Tempe?” tanya Negan.“Iya,” jawab Damaira singkat.“Terus ini sayurnya? Apa-apan ini? Ongseng toge campur telur? Kamu sehat kan, Ra?” protes Negan.“Ya aku sehat lah, Mas, kalau tidak mana bisa aku masak, toge bagus untuk kesuburan, Mas, siapa tahu kita segera punya anak,” jawab Damaira sembari mengambil nasi dan menaruh di piringnya.“Sudah makan saja, Mas, namanya juga uang tujuh puluh ribu untuk seminggu, ya harus irit-irit,” lanjut Damaira sembari menyuap makanan ke dalam mulutnya.'Rasain!' maki Damaira dalam hati.Damaira paham betul, suaminya tidak akan mau makan makanan seperti itu, apalagi lauknya hanya tempe.“Ah, perhitungan sekali kamu!” hardik Negan, kemudian beranjak dari tempat duduknya.“Lhoh, Mas, sarapan dulu!” seru Damaira.“Tidak nafsu, aku mau sarapan di tempat ibu saja.” Negan mengambil tas kerja kemudian berlalu dari rumah dengan menggunakan motor maticnya. Damaira tak ambil pusing dengan kelakuan Negan.Jarak rumah Damaira dengan mertuanya memang tak jauh hanya sekitar lima menit perjalanan menggunakan motor.“Uang tujuh puluh ribu seminggu kok mau makan mewah, mimpi,” monolog Damaira setelah suaminya beranjak pergi.“Bu, ibu,” panggil Negan sembari memasuki rumah sang ibu.“Kenapa, Mas? Tumben pagi-pagi ke sini?” tanya Dina.“Iya, Mas, tumben!” seru Laras, ibu Negan.“Mau numpang sarapan,” ucap Negan yang langsung ikut duduk di meja makan.Terlihat Laras melongo tidak percaya dengan apa yang anaknya katakan."Siapa suruh kamu duduk di situ?""Aku kan mau sarapan, Bu. Masa berdiri," balas Negan dengan ekspresi tanpa dosa.Laras mendengus, lalu melayangkan sindiran pada Negan perihal Damaira yang baru saja diberi uang belanja, tapi Negan malah sarapan di rumahnya. Dengan santai Negan menanggapi perkataan sang ibu, jika dia tidak berselera dengan menu yang dibuat oleh Damaira, lalu mengambil dua centong nasi ke piringnya dan menambah dengan sayur serta lauk yang menggugah selera–ayam goreng lengkuas. Laras memandang kesal ke arah piring anaknya yang penuh makanan. “Tumben, bukannya kamu selalu bilang kalau masakan istrimu yang sekolah jurusan tata boga itu selalu enak!” sindir Laras lagi. “Memang istrimu itu masak apa?” lanjut Laras “Cuma masak ongseng toge sama tempe goreng." Laras melongo, tidak habis pikir dengan kelakuan menantunya. Anaknya baru saja menerima gaji dan pasti akan memberi uang belanja, tapi membuat menu masakan hanya ongseng toge. Mendengarnya saja dia malas, apalagi harus memakannya. Laras bahkan sa
Sebelum pergi dari rumah Damaira, Laras masih sempat menghina menantunya. Laras menyuruh Damaira untuk memperbanyak makan toge karena sayuran itu bagus untuk kesehatan reproduksi. Laras juga menghina Damaira mandul, sebab dua tahun lebih menikah tak juga diberi keturunan. “Astaghfirullah, Bu, kita ini sesama perempuan, kenapa Ibu tega berkata seperti itu?” Kata-kata mandul terucap tidak hanya satu dua kali keluar dari mulut Laras, lama-lama Damaira merasa geram. Dulu Damiara akan menangis berjam-jam saat mertuanya mengatakan dia mandul. Namun, sekarang dia tidak akan lagi melakukan hal itu apalagi meratapi nasib. Damaira akan mulai melawan, dia tidak ingin harga dirinya terus diinjak-injak, walau kenyataannya memang belum mempunyai anak. Saat ini mungkin memang Sang Maha Pemberi Keturunan belum memberinya kepercayaan. Kalau boleh berkata, sebenarnya Damaira merasa sedikit bersyukur belum diberi keturunan, sebab kehidupannya saja masih penuh dengan masalah yang belum terselesaikan,
Negan menuju ke meja makan, melihat makanan apa yang disiapkan oleh istrinya.Mie goreng!"Lumayan lah, ketimbang makanan yang tadi pagi," ucap Negan.Mereka pun makan makanan tersebut dalam diam, hingga Damaira angkat bicara."Mas, tadi ibu datang kemari."Negan melirik Damaira sekilas, "Untuk apa ibu kemari?""Minta uang belanja, katanya pemborosan kalau mas makan terus di sana," jujur Damaira.Damaira tak pernah mengadu jika ibu mertuanya datang. Tapi entah mengapa malam ini mulutnya gatal ingin bercerita tentang hal itu, hanya untuk melihat reaksi sang suami."Kamu jangan fitnah, Ra. Mana mungkin ibu datang hanya karena minta uang. Jelas-jelas aku sudah kirimkan uang jatah ibu.""Aku tidak bohong mas, apalagi fitnah. Untuk apa? Tidak ada untungnya juga. Terserah kamu mau percaya atau tidak." Damaira langsung melanjutkan menyantap mie gorengnya.Negan kembali dikejutkan oleh sikap Damaira, wanita yang telah menjadi istrinya selama dua tahun lebih itu tak pernah meninggikan suara, d
“Apa kamu bilang? Ibu pemborosan? Pasti wanita mandul ini yang sudah mempengaruhimu, sampai kamu tega ngomong seperti itu sama ibu.” Laras mulai mendramatisir keadaan.Damaira yang melihat mertuanya mulai drama, dia pun menunduk. Berperan sebagai korban, diam dan hanya pasrah. Namun, di mata ibu mertuanya dia tetaplah orang yang patut dipersalahkan.“Kamu lihat kelakuan istrimu yang tidak berpendidikan itu, tidak ada sopan santun, suka melawan omongan ibu. Sekarang berlagak diam kalau di depanmu.” Laras menunjuk ke arah Damaira."Heh, coba kamu bicara seperti kemarin. Beraninya sama mertua kalau tidak ada anakku," sarkas Laras pada Damaira."Ibu kemarin datang ke sini?" Negan menelisik, mencocokan dengan apa yang Damaira kemarin katakan.Laras seketika diam, seakan menyadari kesalahannya telah salah berucap.“Ibu butuh berapa?” Negan memilih mengalah daripada melihat ibunya yang memaki istrinya, yang bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Negan juga dapat melihat dari diamnya sa
Malam ini Negan tak menemukan Damaira di ruang tengah seperti biasanya. Dia pun langsung menuju ke kamarnya.Mendapati Damaira sedang tiduran di ranjang."Kamu ini, suami pulang bukan di sambut. Malah enak-enakan tidur," oceh Negan sembari meletakkan tas kerjanya.Bukan tanpa alasan Damaira berbaring di tempat tidur. Perutnya sangat nyeri karena tamu bulanannya sedang datang."Maaf mas, perutku sakit sekali…""Alasan saja kamu!" hardik Negan."Sana buat makan, malah enak-enakan tidur. Benar kata ibu…"Mendengar kalimat terakhir suaminya, Damaira langsung beranjak duduk, membuat Negan menjeda kalimatnya."Kamu itu tidak becus mengurus suami, pemalas, kerjaannya tidur di kamar …” Belum selesai Negan berucap, Damaira sudah memotongnya.“Terus mas, terus. Ibu, ibu, selalu ibu. Kalau kamu mau sepenuhnya bersama ibumu, jika ibu adalah prioritasmu, silahkan. Mari kita berpisah,” sela Damaira, membuat Negan membulatkan mata tak percaya dengan ucapan istrinya.“Damaira! pamali bicara seperti i
“Ya, Allah, beri hamba kewarasan untuk menghadapi cobaan ini.” Damaira berdoa sembari mengelus dada.Damaira segera berangkat ke toko dengan mengendarai motor matic bututnya. Pikirannya menerawang entah kemana hingga tanpa sadar dia menabrak sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di depannya.Suara tabrakan itu cukup kencang, Damaira terpental tak jauh dari motornya, dia sempat mengalami pingsan sesaat, saat dia tersadar, dirinya sudah berada di trotoar dan orang-orang sudah berkumpul di sekelilingnya.“Apa kamu baik-baik saja, mbak?” Damaira melihat ke arah sumber suara, pria tampan dengan pakaian rapi dan mewah. Damaira yakin bahwa pria tersebut adalah pemilik mobil yang dia tabrak.Damaira baru tersadar bahwa tangan kiri dan keningnya berdenyut, sepertinya dia terluka.“Sudah mas bawa mbaknya ke klinik atau rumah sakit terdekat saja, saya temani. Urusan lain-lainnya nanti diurus di sana. Takutnya si mbak kenapa-kenapa,” ucap bapak-bapak itu pada si pria tampan.Damaira digirin
Tak berselang lama, Damaira keluar dari mobil itu. Terdengar wanita itu mengucapkan terima kasih pada rekannya. Lalu mobil kembali melaju.Negan sedikit kecewa melihat mobil Honda CR-V itu pergi. Padahal dia berharap itu adalah mobil Damaira. Dia bisa memanfaatkannya.Mimpimu terlalu muluk Negan, istrimu itu kere, hanya seorang penjaga toko kue, begitulah isi kepala Negan saling bersahutan."Dari mana saja kamu?" tanya Negan dengan ketus.Damaira menatap bingung pada sang suami. Bukankah dia sudah mengirim pesan, untuk apa bertanya? Damaira tak kuasa mengatakan hal itu dan memilih untuk menjawab."Aku baru pulang kerja mas, karena tadi aku kecelakaan jadi masuk dan pulangnya harus mundur," ucap Damaira, lalu berjalan hendak memasuki rumah.Negan memberi jalan agar istrinya itu bisa masuk dengan leluasa."Memangnya juraganmu tidak memberi libur? Aku lihat lukamu cukup parah." Negan cukup prihatin dengan keadaan istrinya dengan tangan tergantung dan menggunakan gips."Ya mau bagaimana l
Dua bulan kemudian.Pasca pertengkaran yang terjadi di antara Damaira dan Negan malam itu, sikap Negan sedikit melunak dan lebih perhatian. Pria itu nampak bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan dengan Damaira.Negan lebih sering meluangkan waktu untuk Damaira walau hanya sekedar untuk berbincang hal yang tidak penting.Selama dua bulan ini, Dina hanya pernah sekali menemui Damaira di toko dan merengek meminta uang, adik iparnya itu sungguh tebal muka. Karena asas belas kasih, Damaira memberinya uang sebesar lima ratu ribu rupiah.Sedangkan ibu mertuanya masih sama, datang ke rumahnya untuk mengambil sembako seperti biasanya.Untuk soal keuangan, Negan lebih manusiawi ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Terkadang Negan mau berbelanja ke warung untuk menggantikan Damaira yang masih menggunakan gips, walau terkadang kesal karena harga sembako yang mahal dan uangnya harus berkurang cukup banyak.“Hari ini pengumuman hasil seleksi district manager, Ra. Doakan, semoga suamimu ini ya