Share

Bab 5 Keluarga Mata Duitan

Penulis: Lemongrass
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-31 00:08:55

“Apa kamu bilang? Ibu pemborosan? Pasti wanita mandul ini yang sudah mempengaruhimu, sampai kamu tega ngomong seperti itu sama ibu.” Laras mulai mendramatisir keadaan.

Damaira yang melihat mertuanya mulai drama, dia pun menunduk. Berperan sebagai korban, diam dan hanya pasrah. Namun, di mata ibu mertuanya dia tetaplah orang yang patut dipersalahkan.

“Kamu lihat kelakuan istrimu yang tidak berpendidikan itu, tidak ada sopan santun, suka  melawan omongan ibu. Sekarang berlagak diam kalau di depanmu.” Laras menunjuk ke arah Damaira.

"Heh, coba kamu bicara seperti kemarin. Beraninya sama mertua kalau tidak ada anakku," sarkas Laras pada Damaira.

"Ibu kemarin datang ke sini?" Negan menelisik, mencocokan dengan apa yang Damaira kemarin katakan.

Laras seketika diam, seakan menyadari kesalahannya telah salah berucap.

“Ibu butuh berapa?” Negan memilih mengalah daripada melihat ibunya yang memaki istrinya, yang bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Negan juga dapat melihat dari diamnya sang ibu, mengakui bahwa wanita paruh baya itu telah datang ke rumah tanpa sepengetahuannya.

Negan juga tak ingin merusak momen bersama Damaira yang baru saja menghangat.

“Lima ratus ribu.” Negan mengambil uangnya di dompet kemudian memberikannya pada Laras.

Sedangkan di dalam hati Damaira merasa sakit hati, suaminya dengan mudah memberi uang lima ratus ribu pada ibunya, tapi untuknya, mereka harus bertengkar lebih dulu dan berujung Damaira tak mendapat apapun.

“Nah, gini kan enak. Ingat, kamu banyak uang juga karena doa ibu. Sudah, ibu pulang dulu.” Laras berlalu dari rumah Damaira dengan membawa semua martabak yang tersisa dan memberi tatapan sinis pada menantunya.

“Yah, martabaknya dibawa ibu,” ucap Damaira spontan dengan ekspresi kecewa. Negan pun merasa bersalah, istrinya yang tadi terlihat bahagia, kini berwajah sedih dan kecewa.

“Maafkan kata-kata kasar ibu ya Ra, jangan diambil hati, besok kita beli lagi martabaknya,” ucap Negan.

‘Hah? Mas Negan meminta maaf karena kelakuan ibu, aku tidak salah dengar kan?’ monolog Damaira dalam hati.

“Iya mas, tidak apa-apa,” balas Damaira.

“Ya sudah, segeralah membersihkan diri mas.” Damaira menggiring Negan menuju kamar mereka.

Tiba-tiba dering ponsel Negan berbunyi.

“Siapa?” monolog Damaira sambil melihat 

“Oh, Dina. Biasanya kalau telepon pasti minta uang,” gumamnya. 

Damaira membiarkan panggilan tersebut hingga nada dering berhenti dengan sendirinya, pertanda panggilan telah selesai.

Beberapa menit telah berlalu, panggilan dari Dina kembali memenuhi layar ponsel Negan. Negan hanya melihat dan tak merespon sama sekali.

“Tidak diangkat mas?”

“Malas, paling Dina minta uang. Padahal mas sudah kasih semua uang jatah dia ke ibu. Udah yuk makan, mas lapar.” 

Damaira mengangguk dan berjalan lebih dulu menuju dapur untuk menyiapkan makan yang tadi sempat dia hangatkan.

Keesokan harinya, Dina datang pagi-pagi sekalian berangkat kuliah katanya.

“Ada apa Din? Tumben datang pagi-pagi,” tanya Damaira yang baru saja membukakan pintu untuk adik iparnya.

“Mana mas Negan? Aku ada perlu dengan mas Negan, bukan kamu,” sungut Dina kemudian melaju menuju ruang tengah. Damaira menyusul di belakang, lalu mencekal tangan Dina.

“Kamu tidak punya sopan santun sebagai seorang yang kelak akan mendapat gelar sarjana,” hardik Damaira, dengan tata tajam.

Nyali Dina tak menciut, dia justru membalas Damaira.

“Untuk apa aku bersopan-santun pada orang sepertimu? Benalu!” maki Dina. 

Damaira makin mengeratkan cekalan di tangan Dina. Dia tidak akan melepaskan adik iparnya yang kurang ajar itu begitu saja.

“Ada apa Din?” terlihat Negan baru saja keluar dari kamar.

“Lepaskan!” pekik Dina, sepertinya gadis itu akan berdrama. Damaira pun melepaskan tangannya.

“Lihatlah, mas. Istri tidak bergunamu telah menyakitiku,” ucap Dina dengan nada sememelas mungkin.

“Stop, Dina. Kamu memang harus belajar sopan santun,” ucap Negan.

Dina melongo tak percaya dengan apa yang dia dengar.

‘Yang benar saja, mas Negan membela wanita itu,’ batin Dina. Dina menatap penuh kebencian pada Damaira. Damaira malah mengedikkan bahu—tak peduli.

Tak ingin berlama-lama, Dina segera menyampaikan maksud hatinya.

“Mas, kenapa tidak angkat telepon aku semalam?”

“Memangnya ada keperluan apa selain minta uang?” sindir Negan.

“Iihh mas, ibu kasih aku uang saku hanya tiga ratus ribu seminggu, mana cukup. Tambahin lah mas.” Dina merengek seperti anak kecil.

“Mulai sekarang tidak ada lagi tambah menambah uang dari mas. Mas sudah serahkan semua ke ibu, ibu yang mengatur, termasuk jatah kamu. Tiga ratus ribu seminggu, mas rasa lebih dari cukup, belajar berhemat.”

“Aahh, kurang mas, bensin dua puluh ribu, masa iya aku jajan hanya tiga puluh ribu, kadang aku kuliah sampai sore, belum kalau ada iuran ini itu,” protes Dina.

“Memangnya kamu beli bensin setiap hari, mas tahu motor kamu hemat bahan bakar, dua puluh ribu bisa untuk tiga hari, kecuali kamu kuliah muter dulu ke Bekasi.” 

Dina menghentakkan kaki kesal, sedangkan Damaira menahan tawa.

“Mas gitu amat sama adik sendiri,” protes Dina.

“Ini pasti gara-gara kamu, kamu mau kuasai uang masku kan? Sini uangnya.” Dina melotot ke arah kakak iparnya dan mengulurkan tangan meminta uang.

“Dina, jaga sopan santunmu, mau bagaimana pun dia kakak iparmu,” bentak Negan.

“Mas bentak aku? Aku ini adik mas, tapi mas malah bela wanita itu? Mas keterlaluan.”

Negan hendak bersuara namun, Damaira lebih dulu berbicara.

“Dina, bukannya kamu setiap bulan selalu datang ke toko meminta uang tambahan padaku? Tapi ternyata kamu masih minta juga sama mas Negan?” sindir Damaira. 

Kali ini Damaira tidak akan diam saja seperti biasanya, dia sengaja mengatakan itu agar Negan tahu kalau Dina sering meminta uang padanya. 

Dina diam tak berkutik, kedua tangannya saling memilin tanda dia merasa gugup.

‘Bodoh kamu, Din.’ Dina memaki dirinya sendiri dalam hati, lalu memejamkan mata.

Dina tak menyangka kakak iparnya yang biasanya diam kali ini berani angkat suara. Dalam hatinya dia merutuki Damaira, terlebih dia melihat ekspresi kakak iparnya yang seperti menertawainya.

“Diammu berarti mengakui, Din,” ujar Damaira. Dina melotot tajam pada kakak iparnya.

“Benar itu Din?” bentak Negan. Dina masih diam.

“Findina, benarkah itu?” ulang Negan. 

Dina akhirnya mengangguk setelah terpojok dan melihat kakaknya yang nampak marah dan menakutkan.

“Keterlaluan, mulai sekarang tidak ada tambah menambah uang, baik dari mas atau mbak Ira,” ucap Negan pada Dina.

“Dan kamu, Ra, jangan pernah kasih dia uang meski merengek,” ucap Negan pada Damaira penuh penekanan, yang dibalas dengan anggukan.

Dina yang merasa terpojok akhirnya menyerah, dengan menatap tajam pada Damaira, Dina memaki kakak iparnya. Damiara melihat Dina dengan ekspresi mengejek seakan berkata, 'Rasakan!'

Dina kemudian berlalu keluar rumah dan pergi menggunakan motornya.

Setelah kepergian Dina, Negan memandang ke arah Damaira dengan pandangan sulit diartikan.

“Ada apa mas?”

“Aah, tidak. Ayo sarapan.” Negan mengurungkan niatnya, mengucapkan maaf pada Damaira, egonya jauh lebih tinggi ketimbang rasa bersalahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Extra Part

    Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 194. Akhir Perjalanan Cinta

    “Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 193. Bahagia dan Sedih

    Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 192. Berdamai

    Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 191. Citra dan Ardi

    Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 190. Disidang

    “Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status