“Ya, Allah, beri hamba kewarasan untuk menghadapi cobaan ini.” Damaira berdoa sembari mengelus dada.
Damaira segera berangkat ke toko dengan mengendarai motor matic bututnya. Pikirannya menerawang entah kemana hingga tanpa sadar dia menabrak sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti di depannya.
Suara tabrakan itu cukup kencang, Damaira terpental tak jauh dari motornya, dia sempat mengalami pingsan sesaat, saat dia tersadar, dirinya sudah berada di trotoar dan orang-orang sudah berkumpul di sekelilingnya.
“Apa kamu baik-baik saja, mbak?” Damaira melihat ke arah sumber suara, pria tampan dengan pakaian rapi dan mewah.
Damaira yakin bahwa pria tersebut adalah pemilik mobil yang dia tabrak.
Damaira baru tersadar bahwa tangan kiri dan keningnya berdenyut, sepertinya dia terluka.
“Sudah mas bawa mbaknya ke klinik atau rumah sakit terdekat saja, saya temani. Urusan lain-lainnya nanti diurus di sana. Takutnya si mbak kenapa-kenapa,” ucap bapak-bapak itu pada si pria tampan.
Damaira digiring masuk ke mobil tanpa sempat berkata-kata, dia masih syok. Motor yang dikendarainya bahkan terlihat cukup parah, beruntung polisi tidak datang ke lokasi tersebut jika hal itu terjadi urusannya akan lebih panjang.
Terdengar seseorang mengatakan kepada si pria tampan itu jika motornya akan dibawa ke bengkel terdekat dan pria tampan itu memberi sebuah kartu nama pada orang tersebut.
Di dalam mobil Damaira masih mencerna kejadian yang dia alami, kaki dan tangannya semakin berdenyut. Dia mulai memeriksa bagian tubuhnya. Entah seperti apa dia terjatuh hingga celana dan jaketnya ada bagian yang sobek.
Pria tampan itu melirik Damaira dari spion tengah mobilnya.
"Kamu tidak apa-apa, mbak?"
"Ah, iya mas. Maafkan saya. Saya yang salah, sepertinya saya tidak berkonsentrasi saat menyetir. Saya malah merepotkan mas, dan juga bapak ibu," Damaira mengangguk kepada ibu-ibu yang duduk di sebelahnya.
Si pria tampan juga meminta maaf karena sebelum kejadian itu dia mengerem mendadak karena ada pengendara sepeda motor yang tiba-tiba keluar dari gang tanpa melihat kanan kiri.
Wanita paruh baya itu mengucap syukur, ketika Damaira sudah bisa merespon. Dia takut jika Damaira gegar otak. Penyampaian ibu itu yang polos membuat Damaira tersenyum.
Sampai di rumah sakit terdekat, Damaira segera di papah oleh si pria tampan dan juga si ibu. Sedangkan pria paruh baya memanggil perawat untuk membawakan kursi roda.
Damaira segera mendapatkan penanganan, tanpa diduga ternyata lukanya cukup memprihatinkan. Dia harus melakukan roentgen untuk melihat tulang tangan kirinya.
"Mbak, maaf saya. Saya harus segera ke kantor, ini kartu nama saya kalau semuanya sudah selesai dan tagihan keluar tolong hubungi saya. Oh, iya saya akan bantu menghubungi saudara atau temanmu, boleh saya pinjam handphone?" Damaira menerima kartu nama tersebut. lalu menyimpan di kantong jaketnya.
"Tidak perlu, mas. Saya akan hubungi sendiri nanti. Silakan jika ingin ke kantor, saya sudah terlalu banyak mengulur waktumu. Saya ucapkan terima kasih telah membantu saya. Sekali lagi saya mohon maaf."
Sebelum benar-benar pergi, si pria tampan menekankan jika dia yang akan membayar biaya rumah sakit, seandainya Damaira melakukan pembayaran dia akan menggantinya.
Damaira melihat kartu nama tersebut, “Mahesa Bimantara," Damaira menyebut nama yang ada dalam kartu nama tersebut. Dia kembali fokus ke nama perusahaan yang tertera dan jabatannya. Ternyata pria tersebut adalah pemilik perusahaan tempat Negan–suaminya bekerja.
Damaira mencoba menghubungi suaminya untuk mengabarkan jika dia mengalami kecelakaan, namun panggilan teleponnya justru di-reject. Tak ingin berharap banyak pada sang suami, dia pun menghubungi Dinda. Terdengar suara wanita di sebrang sana nampak panik.
“Aku baik-baik saja, Din. Jika toko sedang ramai, kamu tak perlu kemari. Aku bisa naik taksi. Aku masih harus reontgen dan konsul ke dokter tulang terlebih dahulu,” Damaira menerangkan.
“Aku akan usahakan menjemputmu, Ra. Tunggu aku ya. Aku mungkin sedikit agak lama, harus mengambil mobilmu lebih dulu di rumah.”
“Terima kasih, Dinda. Maaf merepotkan.”
“Sekali lagi kamu mengatakan hal itu, akan ku pecat kamu dari The Moonlight,” balas Dinda yang membuat Damaira terkekeh.
Sebelum melakukan reontgen, Damaira kembali menghubungi suaminya, lagi-lagi tidak ada jawaban. Kemudian Damaira mengirim pesan pada Negan.
[Mas, aku sedikit mengalami kecelakaan dan sedang dirawat di rumah sakit Harapan, kamu tak perlu khawatir, aku akan dijemput oleh Dinda.]
Setelah melakukan reontgen ternyata ada tulang yang retak di tangan kirinya, mau tidak mau harus dipasang gips.
Setelah semuanya selesai, Damaira menunggu Dinda datang menjemput. Tiba-tiba saja ada seseorang yang mencarinya.
Damaira pikir orang yang mencarinya adalah Dinda, ternyata orang suruhan Mahesa.
"Perkenalkan, nama saya Rian. Saya adalah orang suruhan pak Mahesa." Pria itu mengulurkan tangannya.
Damaira menyambut, "Damaira, Anda bisa memanggil saya Ira," balas Damaira.
Pria itu mengatakan akan mengurus administrasi pembayaran untuk Damaira. Jelas saja Damaira menolak, dia mengakui bahwa hal itu adalah kesalahannya. Damaira juga berjanji akan memperbaiki mobil mewah milik Mahesa.
“Mobil pak Mahesa ikut asuransi, jadi mbak Ira tak perlu khawatir tentang hal itu.”
“Ada apa ini?” suara itu mengalihkan keduanya yang sedang bersitegang.
Dinda datang di tengah perdebatan antara sahabatnya dan pria berjas rapi.
Damaira menjelaskan sedikit tentang apa yang sedang mereka bicarakan. Dinda justru mendukung orang suruhan Mahesa dan meminta Damaira untuk menerima niat baik orang tersebut.
“Aku tahu kamu kaya, Ra. Tapi setidaknya hargai maksud baik seseorang, anggaplah rezeki orang yang teraniaya,” bisik Dinda, yang masih terdengar jelas oleh pria tersebut. Pria itu bahkan sempat tersenyum tipis.
Ingin hati rasanya memaki Dinda, ‘Rezeki gundulmu! Rezeki dari mana coba? Yang ada malahan tombok, badan sakit semua,’ namun kata-kata itu hanya terbesit dalam pikirannya.
Damaira nampak berpikir sejenak, akhirnya dia mengalah dan menerima kompensasi dari pria yang bernama Mahesa itu.
"Sampaikan terima kasih saya pada pak Mahesa." Terlihat pria itu menghela nafas lega.
Damaira memberikan kartu namanya pada pria itu, lalu memintanya untuk menyampaikan pada Mahesa.
"Satu lagi pesan pak Mahesa, motor mbak Ira akan diurus oleh pak Mahesa, jadi tak perlu khawatir. Jika mbak Ira sudah selesai mari saya antar pulang atau ke tempat kerja."
"Terima kasih, pak Rian. Tapi saya sudah di jemput oleh sahabat saya ini."
Rian mengangguk paham, lantas keduanya saling berpamitan. Rian mengamati mobil yang digunakam oleh Damaira sebelum beranjak pergi.
Hari Negan cukup disibukkan dengan banyaknya pekerjaan sehingga membuatnya tidak bisa menerima panggilan dari istrinya.
Negan membaca pesan dari istrinya setelah jam pulang kantor. Tak ada reaksi apa-apa, lalu kembali memasukkan telepon genggam itu ke dalam kantong celananya. Negan pun bergegas pulang ke rumah.
Sampai di rumah Negan masih mendapati rumah dalam keadaan gelap dan terkunci.
"Kemana Ira? Katanya kecelakaan kenapa malah kelayapan?" gerutu Negan.
Baru saja Negan hendak menutup pintu, sebuah mobil Honda CR-V keluaran terbaru berwarna merah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahnya.
"Siapa?" gumam Negan.
Tak berselang lama, Damaira keluar dari mobil itu. Terdengar wanita itu mengucapkan terima kasih pada rekannya. Lalu mobil kembali melaju.Negan sedikit kecewa melihat mobil Honda CR-V itu pergi. Padahal dia berharap itu adalah mobil Damaira. Dia bisa memanfaatkannya.Mimpimu terlalu muluk Negan, istrimu itu kere, hanya seorang penjaga toko kue, begitulah isi kepala Negan saling bersahutan."Dari mana saja kamu?" tanya Negan dengan ketus.Damaira menatap bingung pada sang suami. Bukankah dia sudah mengirim pesan, untuk apa bertanya? Damaira tak kuasa mengatakan hal itu dan memilih untuk menjawab."Aku baru pulang kerja mas, karena tadi aku kecelakaan jadi masuk dan pulangnya harus mundur," ucap Damaira, lalu berjalan hendak memasuki rumah.Negan memberi jalan agar istrinya itu bisa masuk dengan leluasa."Memangnya juraganmu tidak memberi libur? Aku lihat lukamu cukup parah." Negan cukup prihatin dengan keadaan istrinya dengan tangan tergantung dan menggunakan gips."Ya mau bagaimana l
Dua bulan kemudian.Pasca pertengkaran yang terjadi di antara Damaira dan Negan malam itu, sikap Negan sedikit melunak dan lebih perhatian. Pria itu nampak bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan dengan Damaira.Negan lebih sering meluangkan waktu untuk Damaira walau hanya sekedar untuk berbincang hal yang tidak penting.Selama dua bulan ini, Dina hanya pernah sekali menemui Damaira di toko dan merengek meminta uang, adik iparnya itu sungguh tebal muka. Karena asas belas kasih, Damaira memberinya uang sebesar lima ratu ribu rupiah.Sedangkan ibu mertuanya masih sama, datang ke rumahnya untuk mengambil sembako seperti biasanya.Untuk soal keuangan, Negan lebih manusiawi ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Terkadang Negan mau berbelanja ke warung untuk menggantikan Damaira yang masih menggunakan gips, walau terkadang kesal karena harga sembako yang mahal dan uangnya harus berkurang cukup banyak.“Hari ini pengumuman hasil seleksi district manager, Ra. Doakan, semoga suamimu ini ya
Damaira dan Negan saling pandang. “Siapa yang datang?” tanya Negan. Damaira hanya mengedikkan bahu tanda dia juga tidak tahu.Damaira menduga pasti salah satu keluarga Negan. Negan mencuci tangan kemudian menuju ruang tamu untuk membuka pintu.Sedangkan Damaira mengambil kerudung instannya yang berada di gantungan depan kamar mandi. Dia hanya ingin menutupi kalung yang baru saja dibelikan oleh suaminya. Damaira tak ingin karena kalung itu akan timbul masalah baru.Benar saja dugaan Damaira, namun bukan ibu mertua ataupun Dina, melainkan Naya–adik pertama Negan."Masuk, Nay. Tumben kamu datang ke sini malam-malam."“Mas Negan sedang apa?” tanya Naya sedikit tidak enak.Naya memang berbeda dengan ibu dan adiknya, pembawaannya kalem dan ramah.“Masuk Nay, mas baru makan malam, kamu sudah makan?” Naya mengekor di belakang Negan.“Belum mas, aku baru pulang kerja, langsung kemari.”“Halo, Mbak,” sapa Naya pada Damaira.“Hai Nay, baru pulang ke
Laras melayangkan tangannya pada Damaira. Dengan tangkas Damaira menangkap tangan Laras lalu menghempaskannya dengan kasar. Baik Negan, Naya, maupun Laras sendiri terperangah. "Maaf, Bu, untuk kali ini aku tidak bisa menerima perlakuan Ibu yang semena-mena padaku," ucap Damaira tenang. "Kamu…" Laras menjeda kalimatnya. "Kamu berani pada orang tua, hah?" ucap Laras lantang. Naya segera menarik sang ibu, "Sudahlah, Bu, ayo kita pulang." "Lepas, Naya!" "Lihat itu kelakuan istrimu. Dia berani pada Ibu…" "Benar kata Naya, Bu. Ini sudah larut, Ibu sebaiknya pulang dan beristirahat," ucap Negan. Mendengar ucapan itu, hati Laras begitu nelangsa. "Kamu berani mengusir ibu? Durhaka kamu, Negan." Naya mencoba menenangkan sang ibu, Negan pun mendekati sang ibu hendak memeluknya dan berbicara sesuatu, namun Laras menepis begitu saja. "Jangan mendekat. Sekarang kamu pilih ibu atau wanita itu?" "Sudah, Bu, ayo kita pulang. Ibu tidak boleh marah-marah. Nanti darah tingginya naik," ucap Na
“Apa ini?” tanya Negan.“Ini tagihan, Pak. Mohon dilunasi," ucap Putra.“Tagihan? Tagihan apa?”Negan terkejut, sebab dia sudah berpesan pada Damaira untuk membayar kekurangannya lebih dulu. Walau niat aslinya dia tidak akan mengganti uang tersebut. Negan mencari Damaira, namun wanita itu tak ada di mana-mana.“Mbak Ira sedang menerima telepon, Pak. Saya diminta menggantikan,” ujar Putra."Kamu yakin tidak salah tagihan?" Negan berusaha berkelit."Tidak, Pak. Ini jelas tertera nama pak Negan." Negan memeriksa, benar itu adalah nama dan nomor teleponnya, serta tertulis jumlah uang DP dan kekurangannya.'Sialan kamu, Ra. Aku akan buat perhitungan. Malu-maluin,' batin Negan kesal.Berhubung banyak orang yang melihatnya mau tidak mau, Negan melakukan pembayaran via m-banking.Dalam hatinya dia terus merutuki sang istri yang tidak mau membayar kekurangan dari pesanannya. Setelah menunjukkan bukti transfer, barulah Negan menandatangani surat penerima d
Negan terus memandangi jam dinding yang ada di ruang tengah, sejak tadi dia menunggu kepulangan istrinya.Hingga lepas isya' Damaira baru sampai di rumah. Wajahnya terlihat sangat lelah, tapi Negan tak peduli."Kemana saja kamu jam segini baru pulang?" hardik Negan.Negan berdiri di pintu antara ruang tamu dan ruang tengah dengan menyilangkan tangan di dada serta menatap tajam pada istrinya."Maaf, Mas. Aku sibuk sekali hari ini. Banyak pesanan di toko, jadi mau tidak mau aku lembur Memangnya kenapa?" Merasa tak memiliki salah, Damaira menanggapi suaminya dengan santai."Kamu memang nggak tahu atau hanya pura-pura? Tidak melihat pesanku?" Nada bicara Negan mulai meninggi. Damaira mengerutkan keningnya.
"Ah, ternyata benar mbak Ira." Negan terperangah melihat siapa yang menyapa istrinya. 'Dari mana dia mengenal Ira?' batin Negan. "Lho, ada pak Negan juga!" seru orang itu. "Iya, bu Idah," balas Negan. Wanita yang dipanggil Idah itu adalah Jubaidah kepala sebuah rumah sakit yang memberi kontribusi besar untuk Negan dan perusahaan tempatnya bekerja. "Mbak Ira ini istri Pak Negan?" tanya Jubaidah pada Damaira. Damaira hanya mengangguk dan tersenyum. "Pak Negan pintar ya cari istri, juragan roti." Negan justru tertawa mengejek. "Hanya kuli biasa, Bu. Juragan apanya," ucap Negan meremehkan. Tapi berbeda dengan penangkapan Jubaidah, wanita itu berpikir jika Negan hanya merendah. "Pak Negan sukanya merendah. Pas. Manajer sama juragan." Belum sempat Negan menanggapi, dari kejauhan terdengar remaja yang memanggil Jubaidah. Nampaknya dia sudah ditunggu oleh keluarga. Jubaidah segera berpamitan pada Damaira dan Negan. Sepeninggalan Jubaidah, jiwa penasaran Negan kembalikan terusik.
Pagi ini Negan masih disibukkan dengan pekerjaan barunya sebagai district manager.Andi kembali masuk ke ruangan Negan untuk mengingatkan bahwa jam sembilan pagi akan ada interview dengan dua kandidat calon karyawan baru.Negan bahkan belum sempat membaca berkas lamaran yang kemarin Andi berikan."Ya ampun, Pak Andi. Aku belum sempat membaca CV mereka." Negan langsung mencari berkas itu. Andi kesal dengan kelakuan sahabatnya itu tapi dia juga memaklumi sebab dia masih beradaptasi dengan pekerjaan barunya.Tiba-tiba Sam masuk dan meminta Negan untuk rapat bersamanya dan teman-temen yang lain."Pak Andi, maaf. Tolong