Share

Bab 5 Menggoda

Bab  Menggoda

Menikah? Kemarin? Mendengar kalimat itu membuat dada Gita nyeri. Rasa bersalah menyeruak dan menyesakkan. Tak ingin menjadi bulan-bulanan hidup dalam kubang kesalahan, Gita selalu meminta maaf dalam hati pada suaminya.

Dia ingat pesan ayahnya. 

Ridho Allah tergantung ridho suaminya.

Kenapa baru sekarang logikanya jalan, kemana kemarin saat dia sedang dilanda kerisauan.

Gita bergidik ngeri, rasa takut mendapat murka suami bahkan murka Allah mendadak menghantuinya.

"Ada apa, Ras?" Revan heran melihat Gita yang diam dan melamun.

"Eh, tidak, Van. Aku hanya bingung karena cuma ini yang aku punya." Gita menunjukkan ponsel yang dipegangnya. Tas berisi baju dan uang masih tertinggal di mobil laki-laki brengsek semalam.

"Tenang saja, nanti aku minta Melia mengantarmu beli baju dan keperluanmu."

"Melia?"

"Dia pacarku, lebih tepatnya calon istriku. Tapi aku tidak tahu kapan kami siap menikah. Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya." Ada gurat kesedihan di wajah Revan yang tertangkap oleh Gita.

"Tapi, Van? Aku sudah merepotkanmu"

"Tidak masalah, anggap saja seorang kakak sedang menolong adiknya."

"Baiklah, terima kasih banyak, Van."

"Ya."

"Siapa gadis ini, Van? Kamu mau terang-terangan selingkuh dariku?"

Seorang wanita cantik bergaun seksi dengan rambut panjang yang indah tergerai memasuki rumah Revan.

Gita dibuat terkejut karena keberadaannya menimbulkan pertengkaran diantara keduanya. 

"Tenanglah dulu, sini aku ceritakan semuanya, Mel." Revan sudah membungkam mulut Melia supaya berhenti bicara.

Sungguh mereka melakukannya di depan Gita yang masih polos. Mata Gita seakan-akan ternodai pandangan yang baru saja disuguhkan sepasang anak Adam dan Hawa. Memilih memalingkan muka, Gita dibuat canggung karena melihat adegan nyata secara langsung.

"Eh, maaf, Ras. Kamu masih dibawah umur, ya?" ledek Revan membuat Gita jengah.

Melia segera duduk di sofa menempel Revan.

"Memangnya umurnya berapa? Belum pernah lihat orang berciuman?"

Gita menggelengkan kepala, bukan tidak pernah melihat. Di film-film juga mempertontonkan begitu, tetapi Gita sedikit terhenyak. Mereka bukan suami istri kan. Kalau mereka sudah terikat hubungan halal justru melakukannya akan bernilai ibadah.

Tak mungkin juga Gita menegurnya seperti pesan guru agamanya. Siapa dia, hanya orang asing yang sudah ditolong justru dengan berani mau mengguruinya.

"Kenalkan ini Melia, Ras. Mel, ini Laras saudaraku jauh dari kampung lereng gunung Lawu Karangnganyar. Entah kenapa tiba-tiba Revan meyakinkan dirinya mengaku Laras sebagai saudaranya.

Laras tersenyum mendengarnya.

"Laras, Mbak."

"Melia."

Keduanya bersalaman sesaat dengan senyum tulus terlukis di wajah Gita, tetapi sebaliknya senyum masam yang ditunjukkan Melia.

"Kamu jangan coba-coba menggoda Revan!"

"Ishh, nggak usah cemburu, Mel. Dia tidak mungkin tertarik dengan laki-laki sepertiku. Sudah sarapan belum?" Kalimat tanya yang disertai kedipan mata memiliki arti lain bagi Melia, sedangkan Gita hanya mengernyitkan keningnya.

Melia yang cemberut berhasil tersenyum dengan rayuan Revan.

"Mau di sini atau seperti biasa?" Ucapan Melia terdengar manja membuat bulu kuduk Gita berdiri. Ia berpikir aneh-aneh tentang keduanya.

Revan mengangkat alisnya, sementara Melia menoleh dan melototkan matanya.

"Di kamar saja."

"Ras, tunggu di sini ya! Jangan kemana-mana! Sepuluh menit, eh tidak paling lama tiga puluh menit."

Aww,

Melia sudah mencubit pinggang Revan hingga mengaduh. Gita hanya tercengang melihatnya.

Sarapan? Di kamar? Sepuluh sampai tiga puluh menit? Astaga, apa yang ingin mereka lakukan di kamar. Pikiran Gita sudah melanglang buana. Tubuhnya meremang, mengetahui keadaan sesungguhnya dunia luar.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Silver Girl
masih polos kamu, git
goodnovel comment avatar
Ardhya Rahma
lanjut kak
goodnovel comment avatar
Herlina Teddy
lanjut, Thor. maraton
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status