Share

Pencuri

Author: Maheera
last update Huling Na-update: 2025-04-10 11:01:53

Pagi itu, Sukma bangun lebih awal seperti biasa. Setelah menyiapkan sarapan sederhana-nasi putih, ayam goreng, dan sayur lodeh favorit Yudi-dia berniat membangunkan suaminya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Rani keluar dari kamar tamu dengan mata masih setengah tertutup. Tanpa basa-basi, Rani langsung duduk di meja makan lalu meraih piring dan mulai menyendok nasi dengan lahap. Tidak cukup sampai di situ, tangannya dengan santai mengambil ayam goreng yang Sukma siapkan khusus untuk suaminya.

Sukma mematung, nyaris tak percaya dengan kelakuan adik iparnya itu. Dia gegas menghampiri meja makan. "Rani, itu ayam buat Masmu," katanya dengan suara tertahan.

Rani mendongak, mengunyah pelan, lalu menjawab dengan nada datar, "Kan masih ada telur ceplok. Mas Yudi juga nggak bakal keberatan."

"Ini bukan soal keberatan atau nggak," balas Sukma dengan nada mulai meninggi. "Kamu tamu di sini. Seharusnya kamu tahu sopan santun. Kalau kamu mau makan, bilang dulu. Jangan asal ambil makanan yang sudah disiapkan buat orang lain."

Rani meletakkan piringnya dengan keras, seolah merasa tersinggung. "Ya ampun, Mbak, cuma ayam doang! Pelit banget sih. Lagian, aku ini adik Mas Yudi. Apa salahnya kalau aku makan sedikit di rumah kakakku sendiri?"

"Ini rumahku juga!" Sukma menekankan kata-katanya. "Dan aku yang ngurus semuanya di sini. Jadi, kalau kamu nggak bisa menghargai aku, jangan seenaknya!"

Yudi yang baru saja keluar dari kamar menguap, dia menghentikan langkahnya mendengar pertengkaran itu. Dia menghela napas, lalu mencoba menengahi. "Sukma, sudahlah. Jangan terlalu keras sama Rani. Dia kan jarang ke sini."

Mata Sukma membelalak, menatap Yudi dengan tidak percaya. "Jarang ke sini? Dia sudah dua hari di sini, Mas! Dan lihat apa yang dia lakukan. Rumah kita jadi berantakan, makanan diacak-acak, dan kamu cuma diam aja?"

"Dia adikku, Sukma," jawab Yudi pelan. "Nggak ada salahnya kalau dia merasa nyaman di rumah kita."

Sukma hanya mendengus kesal, memilih diam agar tidak memperkeruh suasana pagi itu. Namun, di dalam hatinya, dia semakin muak dengan kelakuan Rani dan sikap Yudi yang selalu membelanya.

Setelah selesai sarapan, Sukma membersihkan rumah seperti biasa. Tapi hatinya sedikit terhibur ketika melihat pesanannya di aplikasi dagangnya semakin banyak. Dia merasa bangga karena usahanya semakin berkembang, tabungannya pun semakim gendut. Namun, ketenangannya tidak berlangsung lama. Dari ruang tamu terdengar suara tangisan anak-anak Rani. Terutama suara Toni, anak sulung Rani, merengek minta jajan.

"Ma, aku mau jajan. Mau ayam KFC, yang ada mainannya itu," kata Toni sambil menarik-narik baju ibunya.

Rani yang sedang sibuk dengan ponselnya mengerutkan kening. "Mama nggak punya uang! Jangan berisik!" bentaknya.

Tangisan Toni semakin keras. Rani yang kesal mendengarnya beranjak dari sofa dan menghampiri Sukma yang sedang duduk menghadap meja makan. "Mbak, pinjam uang 300 ribu, dong. Anak-anak pengen jajan ayam KFC."

Sukma menatap Rani dengan dingin. "Aku nggak punya uang, lagian kalau pengen beli yang di kaki lima aja, lebih murah."

Rani mendengus kesal. "Anak-anak nggak biasa makan ayam pinggir jalan, Sukma. Mereka cuma mau KFC."

Sukma mendekap tangan di dada. "Kalau anak-anakmu nggak biasa, ya itu urusanmu,bukan aku. Uangku nggak buat ngidupin gaya hidupmu."

"Dasar pelit!" sergah Rani. "Pantes aja Mas Yudi jadi capek terus kerja, gara-gara kamu terlalu hemat buat keluarga sendiri. Kamu itu istri nggak guna!"

"Kalau gitu jadikan dirimu saudara berguna biar gak morotin Kakakmu terus. Buat foya-foya elit, buat diri sendiri pelit." Sukma langsung masuk ke kamar dan mengunci pintunya dari dalam. Puas rasanya mendengar Rani berteriak-teriak di luar. Sore hari Sukma memutuskan pergi ke rumah ibunya. Dia butuh ketenangan, jauh dari keributan sejak Rani datang. Sebelum pergi, Sukma dengan sengaja tidak membereskan rumah yang sudah dibuat berantakan oleh Rani dan anak-anaknya.

'Biar Yudi lihat sendiri,' pikir Sukma. 'Biar dia tahu bagaimana caraku bertahan menghadapi adik kesayangannya.'

Saat kembali dari rumah ibunya pukul delapan malam, Sukma merasa lega. Rumah terlihat sepi. Tidak ada suara anak-anak Rani atau teriakan-teriakan yang memekakkan telinga. Sukma masuk ke rumah setelah membuka pintu rumah. Dia dan Yudi memegang kunci masing-masing agar tidak tunggu-menunggu bila pulang. Sukma langsung menuju kamar, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat pintu lemari sedikit terbuka. Perasaan tidak enak menyelinap di dadanya. Dia membuka lemari dengan tergesa-gesa dan mendapati isinya berantakan. Baju-baju yang tadinya tertata rapi kini berhamburan.

Sukma memeriksa kotak kecil di bagian bawah lemari, tempat dia menyimpan barang-barang berharganya. Tangannya gemetar saat membuka kotak itu. Kosong. Cincin mas kawinnya hilang. Uang tunai dua juta rupiah yang dia simpan untuk kebutuhan mendesak juga lenyap.

"Rani!" Sukma menjerit m4rah, sudah pasti dia pelakunya. Dadanya sesak, matanya panas menahan air mata.

Sukma yakin tak ada orang lain yang bisa melakukan ini selain Rani. Pintu rumah terkunci, kondisinya sangat baik, hanya pintu lemari pakaiannya saja yang dicongkel. Sukma lagi-lagi menggeram mar4h untuk melepaskan sesak di dadanya. Dia merogoh ponsel dari tas selempangnya lalu menghubungi Yudi. Namun, sebelum menekan tombol panggil, pintu rumah terbuka. Yudi masuk dengan wajah lelah.

"Ada apa, Sayang?" tanyanya heran, melihat istrinya berdiri di depan lemari dengan mata memerah.

Sukma menatap Yudi dengan tajam, suaranya bergetar saat berkata, "Cincin mas kawin kita hilang. Uang simpananku dua juta juga."

Namun, Yudi hanya mengerutkan kening, tampak bingung. "Apa maksudmu?"

Sukma mendekat, tatapannya seolah menu-suk dada Yudi. "Tanya adik kesayanganmu apa yang dia lakukan di rumah ini!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 30

    Setelah dua hari menghilang, Yudi akhirnya pulang ke rumah dengan langkah gontai. Pikirannya masih dipenuhi oleh peristiwa yang mengguncang hatinya. Dia meletakkan sembarang sepeda motornya. Dahinya berkerut ketika melihat mobil yang biasa dipakai Sella terparkir di pekarangan rumah. Saat membuka pintu, ia disambut oleh ibunya yang berdiri dengan wajah marah. "Ke mana saja kamu dua hari ini, Yudi? Menghilang tanpa kabar, membuat kami semua khawatir!" Ibunya bertolak pinggang menatap Yudi tajam. Yudi hanya terdiam, tak ingin menjawab pertanyaan ibunya. Lagipula dia bukan an4k kecil yang harus berkabar. Harusnya ibunya mengerti perasaannya, tapi wanita itu seolah-olah menutup mata. Yudi merasa miris, inilah keluarga yang dia agung-agungkan dulu. Saat melewati kamar Juno, matanya tertuju pada Sella dan Juno yang tiba-tiba muncul dari kamar. "Setelah kamu pergi begitu saja, kami terpaksa menikahkan Sella dengan Juno untuk menghindari malu." Ibunya menjelaskan tanpa diminta. Yudi menat

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 29

    Pagi itu, rumah Sella telah disulap menjadi tempat yang megah. Dekorasi elegan menghiasi setiap sudut, bunga-bunga segar menebarkan aroma wangi, dan para tamu mulai berdatangan, menantikan momen sakral akad nikah antara Yudi dan Sella. Di sebuah kamar yang disediakan khusus untuknya, Yudi duduk termenung. Pikirannya berkecamuk, bayangan tentang Sukma, mantan istrinya, terus menghantui benaknya. Penyesalan perlahan merayapi hatinya, terutama mengingat anak mereka yang akan segera lahir. Namun, Yudi mencoba menepis perasaan itu, meyakinkan dirinya bahwa keputusan untuk menikahi Sella adalah yang terbaik, terutama setelah banyaknya bantuan yang diberikan Sella kepada keluarganya. Lambat-laun dia yakin perasaan pada Sukma akan hilang dengan sendirinya. Merasa bosan karena terlalu lama menunggu, Yudi memutuskan keluar kamar untuk mencari minuman dan menghisap sebatang rokok, berharap dapat meredakan kegelisahannya. Saat melintasi koridor, telinganya menangkap suara des4han dari salah satu

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 28

    Empat bulan akhirnya berlalu. Sukma menatap surat cerai di tangannya. Satu bulan yang lalu Yudi mengantarkan surat itu bersama undangan pernikahannya dengan Sella. Senyum kemenangan tampak di wajah wanita itu, dia masih saja berusaha memprovokasi Sukma, seolah-olah tak puas berhasil menghancurkan rumah tangganya. Namun, Sukma memilih tidak menanggapi, karena Sella memang tak penting untuknya. "Aku harap kamu datang ke pernikahan aku dan Mas Yudi. Resepsinya sangat mewah dan meriah." Sella sengaja menggandeng lengan Yudi untuk menunjukkan posisinya. "Aku usahakan, karena akhir-akhir ini aku sibuk sekali." Suara Sukma terdengar tenang. Sella salah kalau berpikir dia akan terpancing trik murahan itu. Hatinya telah mati rasa, jadi mau keduanya bermesra4n pun di depannya tidak berpengaruh apa pun. Sella mencibir. "Ck, gayamu sok sibuk. Paling juga sibuk nyari kerja. Lagian siapa yang mau pekerjakan wanita h4mil sepertimu. Sebentar lagi perutmu bunc1t, kamu pikir nggak ngerepotin?!" L

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 27

    Sukma duduk tenang di ruang sidang, tangannya terlipat di pangkuan. Perutnya yang mulai membesar sedikit mengganggu posisi duduknya, tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanan itu. Hari ini, ia ingin semuanya selesai. Di seberangnya, Yudi duduk dengan wajah tegang. Sella dan ibu Yudi duduk di belakang tampak tersenyum penuh kemenangan. Sukma tidak peduli. Ia hanya ingin berpisah secepat mungkin. Hakim mengetukkan palunya. "Saudara Yudi, saudari Sukma, kita lanjutkan sidang perceraian ini. Saudara Yudi, sebelumnya Anda menyampaikan beberapa tuduhan terhadap saudari Sukma, di antaranya bahwa beliau terlalu mandiri dan tidak mendukung rumah tangga sesuai harapan Anda, serta ada keraguan mengenai kehamilannya. Benarkah?" Yudi mengangguk tegas. "Benar, Yang Mulia." Hakim mengalihkan pandangannya ke Sukma. "Saudari Sukma, apakah Anda membantah tuduhan tersebut?" Sukma mengangkat wajahnya, menatap hakim dengan tenang. "Tidak, Yang Mulia." Ruangan mendadak sunyi. Yudi mena

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 26

    Sukma berdiri di depan toko pakaian yang siap beroperasi. Matanya berembun menatap papan nama yang baru saja dipasang. Usaha ini adalah impian yang akhirnya menjadi nyata. Meski hidupnya sedang kacau karena perceraiannya dengan Yudi, setidaknya dia masih punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Di sampingnya, Arman berdiri dengan tangan di saku, memperhatikan dalam diam. Dia tahu Sukma berusaha tegar, tapi sorot matanya menjelaskan apa yang sedang dirasakannya. “Kalau kamu butuh bantuan untuk mengurus toko ini, aku siap,” kata Arman akhirnya. Sukma tersenyum kecil. “Terima kasih, Man. Aku harus berterima kasih karna kamu udah bantu aku mewujudkan impianku. Walau buka pemilik, tapi dipercaya olehmu sudah sangat luar biasa. Aku nggak mau merepotkan kamu lagi." “Kamu nggak merepotkan aku. Malah aku senang direpotkan kamu terus.” Sukma menoleh, dan saat itu dia melihat binar di mata Arman sangat tulus, tatapannya begitu dalam membuat hatinya bergetar. Ketulusan yang tak pernah dia temukan

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 25

    "Jangan-jangan an4k yang kau kandung bukan berasal dari benihku." Sukma geram mendengar perkataan Yudi. Apakah aku serendah itu di matanya? Jangankan berzin4, berdekatan dengan lelaki lain saja tidak pernah. Sementara dia, sidang cerai belum dimulai dia sudah membawa wanita mur4han itu bersamanya. Lihatlah, dengan tidak tahu malu Sella bergelayut di lengannya. "Terserah kamu mau bicara apa. Lagipula nggak akan merubah apa pun." Sukma melangkah perlahan menuju Pengadilan Agama sambil mengusap perutnya. Meski terlihat tegar, tidak ada yang tahu hatinya ngilu mendengar tudingan Yudi. Tiga tahun pernikahan tak membuat lelaki itu benar-benar mengenalnya. Sangat miris, selama pernikahan hari-hari dia dan Yudi lewati dengan harapan Tuhan mempercayai mereka dengan memiliki an4k, tetapi saat dikabulkan lelaki itu justru menggugat cerai, memilih wanita lain. Di sampingnya, Arman berjalan dalam diam. Sesekali dia melirik Sukma. Mendengar tudingan Suami Sukma membuatnya emosi. Andai tadi Suk

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 24

    Dua minggu berlalu sejak pertengkaran di rumahnya, Yudi tidak pernah lagi datang atau sekadar bertanya kabar. Ada kesedihan mengendap di dada Sukma, bukan perihal lelaki itu mengabaikannya, tetapi dia sedih an4knya yang belum dilahirkan tidak dipedulikan sang ayah. Padahal di tiga semester pertama sangat berat, terutama morning sickness yang membuat tubuhnya lemas. Belum keinginan memakan sesuatu yang tak pernah dia makan sebelumnya. "Nak, ini rujak pepaya kampung yang kamu minta. Padahal nggak musimnya, tapi kalau emang rezeki pasti ada aja jalannya." Narti, ibu Sukma meletakkan kantong kresek di atas meja. Sukma yang sedang berada di kamar meletakkan ponselnya. Untuk merintang waktu, dia belajar bagaimana mengembangkan bisnis baik secara online atau offline. "Ibu dapat dari mana?" tanya Sukma, dia menatap rujak yang sudah tersaji di atas meja dengan mata berbinar. "Dari Wak Romlah. Katanya, anaknya baru pulang bawa banyak oleh-oleh buah. Saat Ibu lewat di depan rumah dipanggil l

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 23

    "Dia kenapa?" tanya Juno melihat Yudi uring-uringan masuk ke dalam rumah. Sella yang ditanya mengangkat bahu acuh tak acuh, dia duduk di sebelah Juno dengan raut cemberut. "Masmu dari rumah Sukma. Dia kesal karena wanita itu ada laki-laki lain.""Laki-laki lain?" Dahi Juno berkerut, dia menggeser duduk lebih dekat dengan Sella. "Maksudnya gimana?"Sella tersenyum tipis. "Sukma itu tampilannya aja alim, muslimah taat, aslinya dia doyan selingkuh." "Nggak mungkin dia begitu, kamu pasti salah."Sella berdecak. "Kalau begitu dia juga berhasil menipu kamu. Emang, ya, sekarang nggak bisa menilai orang dari penampilan." Suaranya terdengar sinis."Memangnya ada bukti kalau Mbak Sukma selingkuh?"Sella menatap Juno tajam. "Kamu masih ngebela dia? Jelas-jelas tadi saat aku dan Yudi ke rumahnya, si Sukma itu baru pulang jalan sama laki-laki lain. Bukan hanya itu, laki-laki itu mengatakan akan menikahi Sukma setelah melahirkan nanti. Aku jadi curiga, jangan-jangan an4k yang dia kandung bukan an

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 22

    Arman berlari menghampiri Sukma yang mencoba bangkit, sementara sepeda motornya dibiarkan begitu saja."Kamu nggak apa-apa?" Arman memapah Sukma membawanya duduk di trotoar."Aku nggak apa-apa, tapi perutku ...." Sukma meringis sambil memegangi perutnya.Wajah Arman pias, dia tahu Sukma sedang mengandung. "Tunggu di sini, aku ambil mobil dulu. Kita ke rumah sakit."Sukma mengangguk. Dia melihat beberapa orang lelaki membawa sepeda motornya ke pinggir. Dia juga melihat Arman berbicara dengan pemilik warung lalu memberikan sesuatu. Sukma terpaksa membanting stang sepeda motor ke kiri untuk menghindari anak kecil yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan. Sayangnya, dari belakang sepeda motor langsung menabraknya. Beruntung keduanya tidak terlalu kencang hingga tidak ada luka serius."Ayo, apa kau kuat berjalan?" Arman membantu Sukma bangkit.Sukma mengangguk, tapi baru beberapa langkah dia mengaduh. Arman tak mau berpikir panjang dia membopong si wanita lalu mendudukkan di kursi depan di

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status