Share

BAB 5

Author: Giana
last update Last Updated: 2024-06-03 23:11:45

Feyana dan David saling memagut bibir satu sama lain, merasakan sensasi gelenyar aneh namun nikmat. Tak merasa cukup sampai di situ, keduanya berjalan dengan masih tak memutuskan pagutan menuju kasur. Feyana santai mengalungkan tangannya di leher David, membiarkan pria itu memangsa bibirnya.

“Bisakah kita melakukan lebih dari ini?” pinta David sambil menidurkan Feyana di atas ranjang empuknya.

Feyana menatap mata hitam David, melihat binar penuh harap dari empunya. Anggukan pelan darinya, membuat David tersenyum.

Namun ketika David sudah melepas kemejanya, dan ingin melakukan hal lebih jauh, seseorang yang menerobos masuk membuat keduanya gelagapan. David bergegas memakai kembali kemejanya, membantu Feyana untuk duduk dengan benar di kasur, lalu menjaga jarak.

“Ayah, aku dan David ... .”

“Kalian sungguh saling mencintai? Sejak kapan?” potong Erik tak sabaran.

Feyana melirik ke arah David, berharap pria itu menjawabnya lebih dulu. Sejujurnya, Feyana belum yakin dengan perasaannya.

David berjalan maju hingga berdiri di depan ayahnya Feyana, menatap lurus, dan menyahut mantap tanpa nada gentar. “Saya sangat mencintai Feyana, jauh sebelum saya tahu siapa dia sebenarnya. Saya hanya ingin mendapatkan putri Anda dan menjadikannya seutuhnya milik saya, tentu saja Anda tetaplah berhak memiliki Feyana sebagai putri. Tetapi untuk lelaki lain, saya takkan biarkan hal itu.”

Feyana bergidik mendengarnya. David seperti terobsesi memilikinya. Jika ditanya apa itu membuatnya tak nyaman, sebenarnya tidak terlalu. Feyana hanya baru pertama kali merasakan ada seseorang yang sangat mencintainya seperti David, bahkan setelah sekian lamanya tak terhubung. 

Sejauh ini, Feyana hanya melimpahkan rasa cintanya pada Randy. Meski awalnya Randy awalnya membalas perasaannya, sama seperti yang ia harapkan, lambat-laun Randy berubah. Hingga puncaknya Randy berani selingkuh di depan matanya, lalu menceraikan dirinya tanpa ampun.

“Baiklah jika kamu sudah mengatakannya begitu, kuharap kamu tidak berbohong. Sesuai janji kesepakatan, aku juga takkan lari dan akan melunasinya. Kamu berhak mendapatkan putriku, Feyana Charletta.”

Feyana langsung menyetop ayahnya dengan berdiri di tengah-tengah, antara ayahnya dan David. Ia menatap ayahnya dengan wajah tak senang. Apa maksudnya mendapatkan dirinya? Apa dirinya baru saja dijual ayahnya sendiri?

“Ayah tak bisa membuat keputusan sepihak tanpa mendengarkan diriku! Aku tak mau menjadi milik David, karena itu sama saja aku harus menikah dengannya. Aku saja baru diceraikan Randy, dan luka dari perpisahan kami masih sangat menyakitkan bagiku.” Feyana membentak marah.

Ia tak membiarkan ayahnya bicara. Dengan sekuat tenaga dirinya mendorong tubuh ayahnya dan David untuk keluar dari kamarnya. Menutup pintu dan menguncinya dari dalam agar mereka tak bisa menerobos masuk.

Suara gedoran dari luar, sama sekali tak dihiraukannya. Feyana hanya duduk diam di ranjangnya.

“Aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa diceraikan oleh Randy. Aku bahkan tidak mau percaya, bahwa Randy berkhianat dariku. Tetapi, ayahku seenaknya sendiri menjodohkanku dengan David, lalu tanpa persetujuanku ingin menikahkan kami? Di saat aku belum bisa menerima keadaan ini,” racaunya lalu memilih memejamkan mata sambil telungkup di kasurnya.

*****

Feyana bangun di saat tengah malam, dalam keadaan lapar. Mau tak mau dirinya keluar dari kamar dan celingukan mencari pembantu yang berjaga di kamarnya. Namun tak seorangpun ia dapati pembantu di depan kamarnya. Dirinya memilih untuk keluar ke dapur sendiri dan mengambil makanan pengganjal perut, malas jika berteriak memanggil pembantunya.

“Sudah cukup tenang? Aku menyiapkan sesuatu untukmu, loh. Nah, silakan cicipi dan beri nilai untuk buatanku ini.”

Tiba-tiba saja David muncul dari balik tubuhnya, berjalan melewati Feyana yang diam memperhatikannya. David terlihat santai mengeluarkan beberapa piring yang berisi makanan di bawah meja pantry untuk ditunjukkan pada Feyana.

Sambil menunggu Feyana meredamkan amarah di kamar, David sibuk membuatkan makanan untuknya. Hanya Feyana yang ia buatkan makanan spesial buatannya. Selama ini ia hanya masak untuknya sendiri. Ia akan perlahan-lahan mendekati Feyana, mendapatkan hatinya, dan menjadikannya miliknya.

“Cobalah,” ucapnya sebelum menyodorkan sesuap untuk Feyana. Sudah ia tiup lebih dahulu sebelum ia sodorkan pada Feyana.

Sempat enggan, tapi Feyana tetap duduk mendekat ke pantry dan menerima suapan itu. Ia menutup mata, mengunyah secara perlahan, lalu membuka mata cukup lebar.

“Kamu membuatnya sendiri?” tanya Feyana tak percaya.

David menumpu dagunya dengan sebelah tangan, wajahnya dan Feyana hanya berjarak beberapa senti saja. “Tentu saja. Aku siap membuatkan makanan apapun untukmu, jika kamu menginginkannya.”

Wajah berbinar Feyana sempat terlihat, namun buru-buru ia tutupi dengan memasang wajah jengah. Karena perut Feyana memang sedang lapar, ia mengambil alih piring itu untuk dimakannya seorang diri, tanpa membagi pada David.

David sama sekali tak masalah, ia malah senang karena Feyana tampak menikmati makanan buatannya. Ia betah berlama-lama menatap wajah Feyana dari dekat.

“Saus buatanmu cukup enak juga, aku menyukai rasanya,” ucap Feyana baru memberi komentar setelah makanan di piringnya habis tak bersisa.

Feyana menaikkan sebelah alisnya bertanya, sebab David hanya menatapnya dengan lekat. Dan sebuah gerakan cepat membuat dirinya kembali dibuat kaget. David menjilat pinggir bibirnya, lalu tanpa berdosa malah menjauhkan wajahnya.

“Kenapa kamu menciumku lagi, bahkan tanpa minta persetujuanku?” pekik Feyana berdiri, berkacak pinggang seolah tak terima dengan perbuatan David barusan.

David tertawa renyah. “Ada bekas makanan di bibirmu, jadi kubantu bersihkan. Apa itu salah?”

Feyana salah tingkah dan mendengus pelan, “Tapi tidak harus dengan melakukan hal itu, bukan?”

David menggidikkan bahu tak acuh lalu berjalan memutar pantry untuk berdiri di samping Feyana tanpa terhalang meja.

“Aku bersungguh-sungguh ingin menjadikanmu milikku seutuhnya. Aku tak masalah jika harus menunggumu, memberi waktu agar kamu selesai dengan mantan suamimu, lalu membiarkan aku masuk menggantikan posisinya.” David berucap yakin sambil menyelipkan anakan rambut Feyana ke daun telinganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
zl26
gimana sih neh cerita diajak nikah ngga mau belum siap tapi diajak tidur mau
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan   BAB 168

    “Sean, ayo cepat keluar! Nanti terlambat ke sekolah, loh,” panggil Feyana yang sudah rapi berdiri di samping mobilnya. Ia beberapa kali melihat jam tangannya sambil berdecak resah karena rapat di kantornya akan dimulai sebentar lagi.Sean tampak keluar dari rumah dengan tas ransel yang hanya disampirkan di satu lengannya seraya berlari tergesa-gesa mendekati ibunya yang tampak kesal.Feyana melipat kedua tangan di dada sambil memicingkan mata ketika putranya itu berdiri di hadapannya. Bukannya merasa bersalah, Sean malah meringis menunjukkan deretan gigi rapinya itu, bermaksud membuat ibunya terbuai. Namun Feyana hanya diam melihatinya yang kemudian tampak salah tingkah.“Iya, maafkan aku, Mah. Tadi Sean bangunnya telat jadi terlambat begini. Sekarang, ayo berangkat keburu mamah ikutan telat ke kantornya!” elak Sean terdengar jujur.Feyana menjitak pelan kepala Sean sambil mendengus, “Makanya jangan begadang cuman untuk main game terus! Kamu pikir mamah gak tau kalau tiap malam kamu it

  • Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan   BAB 167

    “Maaf, tapi kami sepakat untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut. Bisakah, Anda menghargai privasi keluarga kami?!” sahut David menatap lurus dengan rahang yang mengeras pada wartawan itu.Wartawan yang mengajukan pertanyaan tampak gugup. Ia menatap ke arah teman-temannya yang sesama wartawan untuk minta bantuan, tapi tak ada satupun yang menghiraukannya. Mereka semua tentu tak mau berurusan dengan keluarga David yang akan merusak karier mereka dalam bidang ini. Tamat sudah riwayat wartawan wanita ini.David menyuruh seorang sekuriti yang berdiri tak jauh darinya. Hanya dengan jari telunjuknya, sekuriti itu mendekatinya dan mendengar bisikan David dengan baik. Sesuai perintah yang baru saja ia dapat dari atasannya, sekuriti itu berjalan mengendap lewat pintu belakang untuk membawa wartawan wanita tadi pergi meninggalkan ruangan.David kemudian memandang Feyana lalu memberinya anggukan meyakinkan bahwa semuanya akan aman.“Aku harap ini jadi pembelajaran bagi kalian semua untuk berhat

  • Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan   BAB 166

    Feyana memandang nanar pada timbunan tanah yang ber-nisankan nama Sabrina. Air matanya terus bergulir meski sudah berulang kali diusap oleh suaminya yang berada di sampingnya. Kedua tangan Feyana sibuk menggendong Sean yang sedari tadi menangis. Sepertinya, bocah kecil ini menyadari bahwa ibunya sudah takkan lagi ada di dunia ini untuk menemaninya.Sayangnya Norma dan Imelda tidak bisa ikut ke pemakaman karena situasi mereka yang masih menjadi tahanan. Tentu saja ketika mendengar kabar kematian Sabrina dan kenyataan soal penyakitnya itu dari Feyana, mereka berdua sangat terpukul. Keduanya tak menyangka Sabrina tega menutupi kebenaran yang amat menyakitkan itu hanya agar tak membuat mereka khawatir.“Fey, ayo pulang. Kasihan Sean jika terus di sini, apalagi langit mulai mendung.” David mengajak Feyana pulang karena mereka sudah sangat lama di sana. Dirinya kasihan melihat wajah sembab istrinya dan tangisan pilu Sean yang tak kunjung reda.Feyana inginnya masih tetap di sana, namun meli

  • Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan   BAB 165

    “Aku tak tahu pada siapa harus menitipkan Sean. Aku hanya percaya padamu, Fey.”Ucapan Sabrina itu terus-menerus terlintas di kepala Feyana. Ia pun berjalan tanpa minat ketika keluar dari rumah sakit, bahkan dia tak mengacuhkan David yang sedari tadi menatapnya penasaran. David ingin bertanya apa yang Feyana bicarakan dengan Sabrina sampai membuatnya tak fokus seperti sekarang, tapi melihat ratapan suram di mata Feyana membuatnya mengurungkan niat bertanya.“Fey, biar aku antar ke kantor aja, gak usah bawa mobil. Biar nanti si Joshua aku suruh ambil mobilmu di sini,” sergah David tidak yakin dengan Feyana yang kurang fokus ketika nanti menyetir di jalan.Feyana menggeleng dan ingin tetap menyetir sendiri, namun David mencegahnya dengan mengambil kunci mobilnya lalu menggandengnya agar masuk ke mobil David.“Aku tidak mau ambil risiko kamu kenapa-napa kalau tetap memaksa menyetir sendiri. Kita langsung menuju kantormu saja, aku antar,” tegas David tanpa boleh dibantah.Ketika sudah dud

  • Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan   BAB 164

    Sabrina menatap nanar pada Feyana yang diam kaku tak berkutik setelah mendengar permintaannya yang terdengar gila. Sabrina akui dia tak memiliki siapapun yang bisa dipercayainya, bahkan keluarga saja sudah tak punya. Dirinya hanya memiliki Sean yang terpaksa dititipkannya di panti asuhan selama ia menjalani proses hukuman penjara.“Hanya kamu yang terlintas di pikiranku, Fey. Aku tentu takkan rela berikan hak asuh Sean pada ayahnya, si Leon. Bahkan pria itu saja tak tahu bahwa dia memiliki putra.”“Apa kamu sudah memikirkan keputusanmu itu matang-matang? Aku bukan beralasan mau menolak, tapi tanggung-jawab ini terlalu besar. Apa kamu seyakin ini padaku? Dan mau sampai kapan kamu menutupi kebenaran bahwa Sean adalah darah dagingnya Leon? Tidak ada yang bisa menutupi rahasia selamanya, Na.”Feyana mengusap air mata yang merembes di pipi Sabrina dengan sebelah tangan yang tidak digenggam oleh Sabrina. Baru kali ini ia melihat kesedihan teramat dalam di wajah Sabrina yang tergambar jelas.

  • Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan   BAB 163

    Feyana pagi-pagi sudah gaduh tak karuan, membuat suaminya yang masih nyenyak bergelung di selimut merasa terusik. Sambil memperhatikan Feyana bolak-balik di kamar, David menegurnya perlahan.“Ada apa panik banget, sih? Gak biasanya kamu begini.’”Feyana hanya menoleh sekilas pada suaminya yang masih bersantai di kasur. Ia menjelaskan dengan sekedarnya kalau mendapat kabar jika Sabrina, salah satu temannya yang ada di sel penjara waktu itu sekarang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, bahkan sampai harus opname.“Kalau sampai opname begitu, berarti sakitnya serius. Aku mau ke sana untuk melihat kondisinya. Semoga saja Sabrina tidak apa-apa,” lontar Feyana lalu menyabet tasnya yang ada gantungan.“Aku berangkat dulu, ya. Bye!” ujarnya sambil menyempatkan diri memberikan ciuman selamat pagi untuk David.David menghela napas salut pada Feyana yang tampak sangat peduli pada temannya yang satu sel dengannya itu. Bahkan sejak keluar dari penjara dirinya membuat jadwal rutin untuk menje

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status