Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan

Istri yang Kau Siakan Ternyata Anak Sultan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Oleh:  GianaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
168Bab
4.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Karena cinta, Feyana rela diperlakukan tidak baik oleh suami dan keluarganya. Namun, semakin Feyana bertahan, suami dan mertuanya terus menyiksanya, sampai Feyana ingin menyerah. Tepat ketika ia ingin mengakhiri hidupnya, seorang pria menyelamatkan hidupnya! Tak hanya itu, pria itu juga kembali membawanya ke tempat dimana ia seharusnya berada. Siapa sangka, Feyana ternyata bukanlah wanita miskin seperti sang suami kira. Apa yang terjadi ketika Feyana kembali, dalam kondisi yang berbeda? Bukan sebagai istri yang terhina, tetapi sebagai wanita kaya raya!

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1

"Cepat sembunyi! Jangan sampai mereka melihatmu berkeliaran di rumah ini!" bentak Anne—ibu mertua— dengan mata mendelik.

Feyana bergegas meletakkan alat-alat kebersihannya ke tempat semula dan lari ke belakang. Ia langsung menuju ruangan sepetak yang pengap di halaman belakang dan meringkuk sedih. Dirinya mencoba tidak menangis atas perlakuan keluarga suaminya yang selalu mengucilkan dan tak mau mengakuinya sebagai istri sah Randy.

Ini keputusan yang Feyana ambil untuk menikahi Randy, cinta di pandangan pertama. Ia melepaskan semuanya agar bisa menikah dengannya, termasuk melepaskan keluarganya sendiri dan mendapat perlakuan buruk dari keluarga suaminya. Ia harus bertahan atas apa yang dia pilih.

"Aduh, kenapa dengan perutku? Rasanya melilit dan sakit sekali. Aku tak tahan," keluh Feyana dengan wajah yang sudah pucat pasi.

Dengan langkah terseok, dirinya keluar dari ruangan pengap itu dan menuju dapur. Ia bersyukur menemukan sepotong roti di atas meja pantry. Roti sisa yang pasti tidak akan dicari keberadaannya ketika hilang. Ia mengambilnya untuk dimakan di bawah meja agar tidak ada yang memergokinya.

Feyana tersenyum tipis ketika perutnya sudah tidak sakit lagi. Ia menyempatkan mengambil minum di kulkas dan menenggaknya begitu santai. Ketika menutup pintu kulkas, betapa terkejutnya Feyana sebab seseorang sudah berdiri di sebelahnya dengan tatapan mencelanya.

“Hei! Apa yang kamu lakukan!?” Teriak orang itu, tepat ketika Feyana baru menelan roti tadi.

"AHH! KAMU MENGEJUTKANKU. AKU BUKAN MALING, SUNGGUH!" pekik Feyana panik ketika pria itu mencekal tangannya.

Karena teriakannya barusan, semua orang yang ada di ruang tamu menuju dapur. Tatapan mereka sangat mengintimidasi Feyana, seolah mengatakan bahwa dirinya itu mengganggu. Dengan wajah tertunduk, Feyana diam memilin ujung bajunya.

“Siapa perempuan berpenampilan kucel itu? Jangan-jangan dia istrinya Randy, ya?” tanya seorang pria paruh baya dengan wajah tak senang.

Ayah mertua Feyana langsung tertawa kikuk. “Tentu saja bukan. Dia hanyalah pembantu di rumah ini. Jangan hiraukan!” sanggahnya lalu mengode lewat lirikan matanya agar Feyana bergegas pergi.

Feyana yang merasa dirinya mulai lelah karena diperlakukan buruk oleh keluarga suaminya, hingga tak mengakuinya sebagai bagian dari keluarga bermaksud untuk buka suara. Ia ingin mengatakan pada mereka bahwa dirinya juga menantu di keluarga itu. Tetapi ketika Feyana ingin bicara, mulutnya dibekap oleh Randy.

Randy yang datang langsung bergerak cepat untuk menarik tangan Feyana menjauh. Ia berbisik memperingatkan Feyana yang bersikeras untuk buka suara. “Jika kamu katakan pada mereka, aku takkan segan menghajarmu!” ancamnya membuat Feyana bergidik ngeri.

Feyana berakhir membisu dan dengan kasar dirinya dihempaskan oleh Randy masuk ke dalam ruangan pengap itu lagi.

"Kamu sudah hilang akal? Bisa-bisanya menunjukkan diri di depan mereka, bahkan di depan calon keluarga Rena?!" sentaknya marah.

Feyana menggelengkan kepala. "Aku tidak berniat melakukannya. Aku tadi hanya—,"

"Hanya apa? Ingin mempermalukan keluargaku?" potong Randy lalu mendengus kesal. Ia melanjutkan, "Sebagai hukumannya kamu dikurung sampai malam di sini."

Feyana langsung menolak. Ia tidak suka dikurung di tempat gelap dan sempit ini. Namun Randy sama sekali tak peduli dan menguncinya dari luar sehingga Feyana hanya dapat meratapi nasibnya.

Tak terasa sudah beranjak malam dan Randy belum juga datang membukakan pintunya. Wajah Feyana mulai pucat dan ia ketakutan di kegelapan yang makin pekat. Ia berusaha menggedor pintu berulang kali, berharap orang di luar mendengarnya. Energinya mulai habis, terlebih ia belum makan dan punya riwayat maag. Matanya berpendar gelisah dan pingsan tak lama kemudian.

*****

“Apa yang terjadi?” gumam Feyana sembari mengerjapkan mata perlahan untuk membiasakan cahaya terang di ruangan serba putih. Ia duduk dari bangsalnya dan menatap sekeliling. Seorang wanita dengan pakaian dan rok putih datang padanya lalu tersenyum ramah.

"Syukurlah sudah sadar. Mbak pingsan karena maag akut, dan bisa dibilang Mbak juga kekurangan nutrisi. Jadi, tadi ambulans membawa Mbak kemari, tanpa ditemani wali. Orang di sana mengatakan kalau Mbak pembantu di rumah itu dan semua orang sedang sibuk sehingga tak punya waktu menemani Mbak.”

Penjelasan perawat itu membuat hati Feyana sakit. Dirinya tahu betul bahwa keluarga Randy tak mengindahkan keberadaannya. Namun ia tak menyangka bahkan ketika kondisinya seperti ini, mereka masih saja bersikap tak acuh.

"Kalau begitu, boleh saya pulang sekarang, Sus?" tanya Feyana mencoba mengenyahkan perasaan sakit hatinya.

Perawat itu mengangguk mantap. Melihat kondisi Feyana yang sudah pulih, tak ada salahnya jika memulangkannya segera. Dengan dibantu perawat melepas selang infus dan turun dari bangsal, Feyana berjalan tertatih ingin keluar dari Rumah Sakit.

"Maaf, tapi Mbak harus melunasi biaya rawatnya dahulu sebelum pergi," henti perawat itu agak kasihan melihat tatapan lugu Feyana.

Feyana menganga tak percaya. Ternyata selain bersikap dingin padanya, keluarga suaminya juga tak ada hati sampai melepas tangan membayarkan biaya rawatnya. Padahal jika dipikir-pikir, salah mereka juga dirinya pingsan.

Feyana tidak tahu uang darimana untuk membayarnya. Jangankan bayar biaya rawat, ia saja tidak memegang sepeserpun uang. Feyana lama terdiam di depan meja resepsionis hingga akhirnya memberanikan diri meminjam ponsel seorang perawat yang sedang berjaga di sana. Ia menunggu nada sambung hingga sebuah sahutan dari seberang terdengar.

“Mah, ini Feyana. Bisakah Mamah atau Randy mentransfer uang untuk biaya pengobatanku di rumah sakit sekarang juga? Aku sudah mendingan dan ingin pulang saja. Jauh lebih baik lagi jika Mamah katakan pada Randy untuk menjemputku.” Feyana langsung menyahut cepat sebelum sambungan diputus.

Namun terdengar tawa dari seberang yang berasal dari mertuanya. “Dengar, ya! Sekarang di rumah sedang sibuk membahas rencana pernikahan Rena dengan kolega bisnis ayahnya. Jadi tak ada waktu untuk mengurusimu. Mandirilah dan pulang sendiri! Nanti kamu lewat pintu samping agar jangan sampai ketika kamu pulang membuat gaduh seperti sebelumnya!”

Panggilan diputus setelahnya tanpa Feyana mendapat kejelasan soal biaya perawatan. Lalu, bagaimana dirinya bisa pulang jika uang saja ia tidak punya?

Dengan berat hati Feyana mengembalikan ponsel itu dan berterima kasih sudah diberi pinjam.

Dirinya menghela nafas panjang dan memikirkan apa yang harus dilakukannya. Tak ada cara lain, ia akan kembali ke bangsalnya dan menunggu suaminya itu datang. Semoga saja Randy benar-benar mau datang atau paling tidak menyempatkan diri untuk menjemputnya.

“Biar aku yang lunasi biayanya.” Ucap seorang pria yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Feyana. Dia mengulurkan kartu debit dan meminta perawat itu mengurus administrasi Feyana segera.

Manik Feyana seketika membulat, sembari memperhatikan pria yang tak dikenal itu dari atas ke bawah.

Feyana tak pernah mengenal pria setampan itu sebelumnya. Jika Feyana mengenal pria dengan rambut hitam legam, alis yang tebal, serta rahang yang kuat seperti pria di hadapannya, jelas tak mungkin Feyana bisa melupakannya begitu saja.

Feyana langsung menarik sebelah lengan pria itu agar menghadap dirinya. “Kamu siapa? Dan maaf, kamu tak perlu membiayaiku, aku akan menunggu suamiku datang saja, pasti tidak lama,” tolaknya dengan halus.

Pria itu diam tak menyahut. Lalu menerima kartunya kembali ketika administrasi Feyana sudah selesai. Ia berjalan lebih dulu dan menoleh pada Feyana ketika wanita itu hanya memandangnya bingung.

“Tak perlu berpura-pura kuat, Nona. Nona tahu sendiri suami Nona tak akan datang. Ayo, biar saya antar pulang.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
168 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status