Share

SEPEREMPAT JAM

Author: Ri Chi Rich
last update Last Updated: 2023-03-02 19:01:24

"Wah, kalau begitu dia harus memanggilku dan Rukma dengan sebutan nona juga dong, mas Reiko? Hehehe."

 

Itu adalah suara Retisalya Adiwijaya, adik Reiko. Reti adalah kakak Rukmasara Adiwijaya. Usia Reti sama seperti Aida. Sedangkan Rukma, setingkat di atas Arum, adik Aida.

 

Sebelum tiba di rumah Endra, kedua putrinya ini memang terlihat pendiam sama seperti Reiko. Paras mereka yang ayu lebih mirip dengan Rika, serta kulit mereka yang kuning langsat membuat keduanya terlihat anggun, sangat Indonesia dan terkesan ramah. Suara mereka tak kalah lembut dan merdu, seperti Rita saat bicara. Sungguh melenakan Aida saat bertemu dan bicara dengan mereka sebelum pernikahan.

'Tapi itu semua sama saja, hanya kedok. Iblis semua isinya di rumah ini!'

 

Aida sudah tak terkejut juga medengar cemoohan dari keduanya. Justru dia menunggu apalagi bully-an yang akan diperolehnya.

 

"Ini bukan waktunya bercanda Reti. Mas sedang buru-buru. Dan kamu Aida, cepat lakukan apa yang aku perintahkan."

 

Tapi justru Reiko yang menghentikan aksi mereka sambil menatap ke jam tangannya. Dia tak berniat membela Aida. Memang terlihat tak ingin buang waktu saja.

 

"Baik. Tapi saya harus ngambil koper dulu di mobil."

 

Barang-barang Aida memang masih ada di dalam bagasi mobil pengantin. Tapi kalau membongkar itu semua, Reiko harus merelakan waktunya terbuang beberapa menit. Dia mengetuk-ngetuk kaca jam tangannya dengan tatapan tak setuju pada Aida

 

Sehingga

 

"Mbak Parmi, kamu kan pakai jilbab dan ukuran tubuhmu juga hampir mirip dengannya. Pinjamkan bajumu padanya."

 

"Eh, jadi pelayan di sini tau?" celetuk Aida refleks yang tak menyangka kalau perjanjian itu juga diketahui pekerja di rumah itu. 

 

"Ya iyalah. Kalau ga tahu, ga mungkin papa ngomong di ruang tengah gini."

 

"Maklum aja, dia pasti nyangka di rumah ini bakalan dianggap nyonya Reiko Adiwijaya, mbak Reti," tambah Rukma ikut nyeletuk "Makanya dipertegas harusnya kalo pelayan semua pada tau dan ga akan ada yang berani ngadu sama kakek kita. Lagian, rumah ini punya aturan sendiri, beda sama rumah kakek di Kudus."

 

Ini baru hari pertama Aida masuk ke dalam keluarga Reiko, tapi entah sudah berapa kali dia mendapatkan penghinaan. Sekarang salah satunya. Alih-alih meminta kedua adiknya untuk meminjamkan baju, Reiko lebih memilih untuk meminta pada pembantunya dan tak ada pertolongan dari siapapun ketika Rukma yang usianya masih enam belas tahunan menyindirnya begitu.

 

"Hahaha."

 

Bahkan tak ada yang peduli mengingatkan soal manner saat dua gadis muda itu tertawa lepas. Rika justru senyum-senyum puas di saat kedua anak gadisnya memerah wajahnya dengan suara gelegar yang membuat telinga Aida terasa sangat terganggu.

 

"Mbak Parmi, jangan diem aja dong! Aku diburu waktu nih!"

 

"Ba-baik den Reiko."

 

Mbak Parmi sendiri juga kebingungan sebetulnya. Dia sungguh tak menyangka dengan permintaan Reiko yang menurutnya tak pantas. Tapi Parmi tidak mau mendapatkan masalah. 

 

"Ayo Non." Dia pun mengajak Aida menuju ke kamarnya

 

"Mbak, panggil aja Aida, dia juga diwajibin manggil aku non Rukma kok! Dia se-level ama kamu. Eh di bawah levelmu kayaknya, soalnya pelayan baru!"

 

"Hahaha!"

 

Ada tawa tersisa yang masih di dengar Aida ketika dia sudah mengangguk dan memilih mengikuti Parmi. 

 

Baru hari pertama aja begini, huh! Sabar Aida, masih ada lima tahun lagi!

 

Lagi-lagi ujian kesabaran untuknya. Aida tahu ini tak mudah. Tapi tetap, dia punya impian, tujuan, sebuah hasrat terbesar dalam hidupnya untuk diwujudkan. 

 

"Maaf Non, kamarnya saya kecil."

 

Makanya Aida tak berbalik arah untuk meremas mulut Rukma. Dia tetap mengikuti Parmi sampai ke pintu kamar ART itu dan tersenyum ramah menanggapi pernyataan Parmi.

 

"Mbak Parmi, panggil aku Aida aja, aku bukan non Aida dan aku cuma gadis desa dari Kendal yang melihat kamar mbak Parmi ini ndak jauh beda dari kamar di rumahku, bahkan lebih bagus karena kamarnya ada kamar mandinya sendiri. hehehe," justru Aida mengkoreksi Parmi seperti ini. 

 

Aida menanggapi santai. Dia tak meninggi dan memang seorang yang santun. Membuat Parmi jadi makin tak enak.

 

"Tetep aja, Non. Saya gak bisa panggil begitu. Silakan cuci muka di kamar mandinya Non. Ini pembersih wajah dan sebentar saya siapkan bajunya, supaya den Reiko gak marah kalo kelamaan."

 

Parmi sebetulnya berempati dengan Aida. Dia dan seluruh karyawan di rumah itu sudah di briefing Endra sesaat setelah Aida dan Reiko masuk ke kamar tadi menyelesaikan perjanjian.

 

Tapi tetap, Parmi hanya ART dan dia bekerja untuk keluarga Endra. Makanya tak mau membuat juragannya marah. Dia cepat-cepat menyelesaikan desk job-nya mencari baju untuk Aida setelah wanita itu masuk ke kamar mandi.

 

"Ini baju yang saya punya dan yang terbaik Non."

 

"Aduh mbak, ndak usah baju yang terbaik. Baju yang biasa aja yang penting pakai kerudung. Yang sama kayak mbak Parmi pakai aja, baju sehari-hari."

 

"Tapi Non?"

 

"Udah, ndak apa-apa! Kalau aku pakai baju terbaik mbak Parmi, yakin aku mbak Parmi bisa diceramahi dan dipotong gaji!" 

 

Candaan Aida ini membuat wajah Parmi meringis. Dia jelas tahu semua itu bisa jadi nyata melihat tak ada satupun juragannya yang menyukai Aida di rumah itu. Tapi karena tak enak, meski ngeri Parmi tetap menawarkan bajunya yang terbaik itu. 

 

"Waduh, mbak Parmi, aku ndak bisa pakai yang ini," tapi tetap tak mudah membujuk Aida.

 

"Gimana kalau mbak Parmi izinin aku sendiri yang pilih bajunya?"

 

"Hmmm.. silakan Non."

 

Setelah berpikir sepersekian detik, mbak Parmi akhirnya setuju dengan saran dari Aida.

 

"Maaf ya mbak, aku ndak sopan ni pilih-pilih di lemari mbak Parmi."

 

"Saya yang minta maaf Non, baju saya jelek-jelek semua, baju orang kampung."

 

"Sama, mbak, aku juga dari kampung, makanya nyaman pake baju yang seadanya, lebih adem." 

 

Ada saja jawaban Aida yang tak menyindir dan memang membuat Parmi jadi makin menyukai sikap merendahnnya. Aida memang tak sombong. Dia juga tak mengacak-ngacak lemari itu. Pilihannya cukup cepat juga, tak sampai semenit.

 

"Aku pilih yang ini aja deh."

 

Aida menghentikan pencariannya dengan pilihan kaos biru dongker lengan panjang polos dan celana panjang bahan berwarna senada dengan kerudungnya, TAN. Coklat gelap, yang sering dianggap seperti warna beige, padahal sebetulnya berbeda. Warna ini di alam bisa ditemukan di pasir, tanah atau batang pohon.

 

"Non, tapi baju itu jelek Non. Gak pantes buat Non."

 

"Ndak pa-apa mbak Parmi, makasih ya udah mau pinjemin aku baju sama kasih aku pakai sabun mukanya," itu ucapnya sebelum kembali ke kamar mandi untuk salin.

 

Beruntung Aida menggunakan kerudung. Jadi rambutnya tidak disasak sedemikian rupa pakai konde dan membuat dirinya bisa lebih cepat mengganti pakaian. Hanya membuka semua baju pengantinnya dan yang paling lama adalah menghapus make up tadi di wajahnya sampai dia harus berkali-kali mencuci wajah.

Aida sudah merasa sangat cepat.

Tapi ...

 

'Kesalahan apalagi yang iblis jantan itu menatap seperti ingin menerkamku?' bisik Aida curiga melihat Reiko yang berdiri sendiri dengan tangan bersedakep sedangkan semua anggota keluarganya duduk di sofa ruang tengah terlihat santai bercengkrama satu dengan yang lainnya. Hanya senyum Rukma dan Reti yang mengganggu Aida.

 

"Seperempat jam kamu menghabiskan waktuku menunggu. Ganti baju apa spa dulu, hmm?"

 

"Spa memang ada yang cuma seperempat jam, Pak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Reiko....kau jahat... Untuk apa kau menikahi Aida,kalau hanya dijadikan sebagai pembantu?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Tak Sempurna   BIDADARI

    "Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy

  • Istri yang Tak Sempurna   SELAMAT JALAN

    "Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken

  • Istri yang Tak Sempurna   OBAT PENYEMBUH LUKA

    "Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a

  • Istri yang Tak Sempurna   SELAMATKAN IBUNYA!

    "Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di

  • Istri yang Tak Sempurna   JANGAN DIBAKAR!

    "Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara

  • Istri yang Tak Sempurna    BUKU DAN CHIP

    "Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status