Home / Romansa / Istri yang Terabaikan / Di Jual Sebagai Pertanggungjawaban

Share

Di Jual Sebagai Pertanggungjawaban

Author: Alverna
last update Last Updated: 2025-09-04 20:00:18

"Terus bagaimana ini? Kalian pikir saya tidak tahu bahwa kalian memeras cucu saya untuk membiayai hidup kalian selama ini hanya karena cucu saya mencintai putri kalian?" 

Suara berat dari lelaki berumur delapan puluh tahun terdengar tegas, membuat suasana terasa mencekam.

Agung dan Wina terus tertunduk saat mereka dihakimi, tak berani melawan, karena siapa pun tahu, Adiputra adalah orang yang memiliki kuasa, orang yang paling kaya di daerah mereka sekaligus orang yang sangat kejam. 

Punya banyak perusahaan, pengusaha tambang dan kelapa sawit yang tanahnya berhektare-hektare, bahkan nama perusahaannya terkenal sampai mancanegara.

Adiputra menarik senyum sinis.

"Bahkan hampir 8 miliar selama 7 bulan bekerja! Dengan rincian biaya yang dibuat tak masuk akal, yang sebenarnya digunakan untuk biaya membeli tas, mobil, sepatu merek terkenal, biaya jalan-jalan ke luar negeri, dan biaya foya-foya. Kalian pikir saya tidak tahu?" kata Adiputra lagi sambil menyerahkan kertas catatan berisi hasil transferan dari ATM perusahaan ke rekening bank yang ternyata, setelah diselidiki, atas nama Wina—ibu dari Sinar.

Aksa dan Sinar menyalahgunakan jabatannya! 

Tuk! Tuk! Tuk!

Bunyi dari tongkat yang menghantam lantai seakan menambah ketegangan. Tidak ada yang berani menyahut, termasuk sang cucu, Aksa Divan Adiputra.

"Sekarang putri Anda meninggal, terus siapa yang akan mempertanggungjawabkan ini semua? Walaupun cucu saya ini juga mendapat hukumannya, tetap saja saya tidak mau rugi, dan tidak bisa melepaskan orang yang membuatnya melakukan kejahatan," kata Adiputra lagi, yang kali ini membuat Wina mengangkat wajahnya, ingin protes.

Ini juga bukan salah putrinya. Sinar tentu saja akan menerima kalau sang kekasih memberinya.

"Tapi, Tuan, Aksa yang memberi fasilitas pada putri saya. Seandainya dia tahu itu uang Anda, mungkin dia tidak akan menerimanya," Wina mencoba membela sang anak.

Adiputra tertawa keras, namun semakin membuat suasana tidak nyaman.

"Tidak tahu Anda bilang? Sebagai Asisten Manajer Keuangan, tentu saja rincian catatan pengeluaran putri Anda yang membuatnya. Sedangkan Aksa, sang Manajer Keuangan, hanya menandatangani."

Telak.

Wina terdiam.

 Memang, Sinar bekerja di perusahaan Adiputra menjadi asisten cucunya. Aksa-lah yang membantu Sinar bisa bekerja di sana. Aksa yang terlalu mencintai anaknya dari SMA hingga sekarang memang selalu memberi mereka hadiah-hadiah mewah sedari dulu.

Wina merasa sangat beruntung mempunyai anak seperti Sinar. Bukan hanya membanggakan karena memiliki wajah cantik dan cerdas, namun Sinar juga mengangkat derajat keluarganya. maka dari itu yang sngat begitu kehilangan. 

Kurang satu tahun bekerja, Sinar bisa membelikan mobil, membuatkan rumah untuk kedua orang tuanya yang cukup mewah. Sangat berbeda dengan Siran yang hanya bekerja di sebuah restoran yang tidak terkenal dan bergaji kecil.

Wina bahkan malu mengakui Siran anaknya di hadapan teman-temannya.

"Terus Anda mau bagaimana? Mempertanggungjawabkan di pengadilan atau mengembalikan uang 3 miliar? Saya sudah memberi keringanan dari kerugian yang diakibatkan mendiang anak anda ."

Agung dan Wina membola. Seketika kedua suami istri ini berdiri dan bersujud di kaki Adiputra.

"Tuan, mohon maafkan kami. Jangan penjarakan kami," kata Agung memohon dengan air matanya menggenang, sangat terkejut dengan semua masalah yang bertubi-tubi menimpa keluarganya.

Adiputra hanya diam dengan wajah datarnya, sedangkan Aksa tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin membela, tapi memang kenyataannya Sinar-lah yang selama ini menyalahgunakan kekuasaan dan membuat rincian pengeluaran fiktif. Karena terlalu mencintai Sinar, dia sudah sangat percaya pada sang kekasih dan jarang memeriksa setiap dokumen yang Sinar berikan. Hingga tidak tahu berapa uang yang Siran ajukan padanya. Pelajaran yang sangat berharga bagi dirinya.

 Kesedihan kepergian Sinar belum bisa ia bendung, sekarang ia bahkan akan menjadi gelandangan karena ditendang sang kakek, dan mungkin saja mendekam di penjara.

Aksa sangat tahu bagaimana sang kakek. Dia bahkan sempat diasingkan ke luar negeri pada keluarga ibunya karena sering membolos waktu SMA, dan tidak diberi uang sama sekali.

"Berarti kalian memilih mengembalikan uang 3 miliar," kata Adiputra menyimpulkan.

Duka yang masih menyelimuti dan masalah yang kembali datang tidak membuat Adiputra sedikit saja merasa kasihan.

"Tuan, bisakah dengan cara lain? Kami tidak mempunyai uang sebanyak itu," pinta Agung dengan memelas. Tubuhnya bergetar hebat karena takut.

Adiputra sedikit berpikir. "Cara lain? Contohnya?"

Wina berbinar, seakan baru saja mendapat keberuntungan.

"Anda bisa mengambil putri kami menggantikan kembarannya yang melakukan kesalahan. Hanya itu yang bisa kami berikan," kata Wina dan langsung berlari ke salah satu kamar tanpa persetujuan Adiputra.

Siran yang di dalam kamar tertidur pulas karena meminum obat agar tubuhnya tidak terlalu merasa sakit, langsung terbangun saat pukulan keras mendarat di tubuhnya.

Bug! Pukulan keras mendarat di tubuh Siren hingga dia terbangun. 

"BANGUN! Kamu harus mempertanggungjawabkan semuanya," teriak Wina, membuat Siran yang masih ngantuk tidak tahu apa-apa mencoba bangun.

Siran kebingungan. "Ada apa, Ma?" tanyanya yang masih belum sadar sepenuhnya.

"Jangan banyak tanya! Cepat bangun!" kata Wina dan langsung menarik Siran.

Rasa sakit di tangannya semakin parah saat Wina menggenggam tangannya terlalu erat.

Siran dihempaskan dan terduduk bersujud bersama sang ayah yang masih duduk di tempatnya, memohon pengampunan pada Adiputra.

Wina kembali memohon.

"Tuan, mohon ambil dia sebagai gantinya. Kami tidak memiliki apa-apa yang bisa diberikan," kata Wina, membuat Siran seketika semakin bengong. Dia tidak tahu permasalahan dan tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.

kepalanya pusing, tubuhnya meriang karena sebenarnya Siran harusnya opname di rumah sakit tapi ia dipaksa keluar. 

"Dan saya mohon, ampuni kami."

Wina yang mengetahui Adiputra seorang lelaki yang banyak istri, ia yakin Siran yang tidak kalah cantik dari Sinar pasti bisa memikat hati lelaki tua ini.

"Apa maksudnya, Mah?" tanya Siran mencoba mencari jawaban.

Adiputra menatap lekat ke arah Siran. Melihat itu, Siran merasa dikuliti. Ditambah tatapan Aksa yang seperti elang, seakan bisa mencabik-cabiknya.

Adiputra berdiri.

"Baiklah. Persiapkan dia untuk saya bawa," kata Adiputra, membuat Wina tersenyum merekah. Tidak menyangka semudah itu agar lepas dari hukuman.

Wina tidak mau keluar uang sedikit pun dan menyerahkan hartanya pada Adiputra walaupun dia memilikinya. Ini semua pengorbanan Sinar. Dia harus mempertahankannya.

Lagian, bagi Wina, Siran memang harus mendapatkan karmanya. Seandainya bisa memilih, ia ingin Siran yang mati. 

"Anda tidak akan menyesal membawa dia."

Siran yang baru mengerti, matanya membola saat tubuhnya kembali ditarik sang ibu.

"Kamu harus baik-baik bersama Tuan Adiputra. Hanya dengan ini kamu bisa berguna untuk kami. Kali ini jangan kecewakan kami," kata Wina mengusap pipi Siran. Untuk pertama kalinya, Wina berlaku lembut pada Siran. Hal itu membuat air mata Siran menggenang.

"Ma-Ma, menjual aku?"

Tes.

Air mata Siran sudah tidak terkendali. Hatinya terasa sangat sakit saat mengetahui kenyataan dirinya dijual pada lelaki tua, apalagi sang cucu sangat membenci dirinya. Apa jadinya Siran nantinya?

Agung tidak bisa berbuat apa-apa. Ia bahkan menangis mendapati sang putrinya-lah yang lagi-lagi akan berkorban.

"Ayah...."

Siran terisak, berharap Agung tidak setuju dan menyelamatkannya. Namun sayangnya, Agung tetap diam, membuat hati Siran seakan diremas kuat. Dia seakan dibuang, lagi dan lagi.

"Maafkan Ayah...."

Siran terduduk. Kakinya terasa lunglai, diperparah demamnya yang saat ini membuat tubuhnya lemah.

Lagi-lagi, dia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan saat tubuhnya diseret masuk ke dalam mobil mewah milik Adiputra. 

“Ya Tuhan? Aku mau diapakan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Terabaikan   Sisi Kejam Aksa

    "Sekarang... buka baju kamu!"Lagi-lagi Siran dibuat membelalak. Seketika ia menyilangkan tangannya, refleks tubuhnya saat melindungi diri."BUKA! ATAU AKU YANG BUKA!" bentak Aksa marah. Kebenciannya semakin besar saat melihat Siran. Entah kenapa, bayang-bayang sang kekasih yang meninggal—yang menurutnya karena Siran—membuat kemarahannya semakin dalam.Melihat Siran yang tak bergeming, Aksa benar-benar menarik baju gadis itu, mengangkatnya dengan paksa hingga menyisakan tank top putih tipis yang ia kenakan. Sangat tipis, hingga kulit tubuh dan bra berwarna hitam yang ia pakai pun terlihat jelas.Siran langsung menutupi tubuhnya. Ia menangis, takut pada Aksa yang kini menatapnya nyalang.Aksa tersenyum sinis. Tubuh Siran yang putih bersih, rambutnya yang terikat rapi mengekspos leher jenjangnya, ditambah kedua gundukan miliknya yang cukup berisi—lebih berisi daripada milik Sinar, sang kekasih—membuat Aksa mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia membayangkan tubuh itu berada dalam peluk

  • Istri yang Terabaikan   Penghangat Ranjang

    "Nona, baik-baik saja?"Lamunan Siran pudar saat seorang pembantu menyentuh pundaknya. Mata Siran yang sayu dan wajahnya yang pucat membuat pembantu di keluarga Adiputra merasa bersimpati pada calon istri cucu dari majikannya.Siran tersenyum."Saya baik-baik saja," jawabnya. Namun siapa pun tahu, di balik wajah sok tegar itu tersimpan beban yang sangat besar.Pembantu keluarga Adiputra sangat tahu apa yang gadis ini alami di rumah ini—mendapat rundungan dan kebencian dari kedua istri pertama dan ketiga Tuan Adiputra pasti sangat berat. Ditambah lagi dengan calon suaminya Aksa, , yang selalu bersikap dingin, padahal beberapa hari lagi acara pernikahan akan berlangsung."Mbak Siran,"Panggilan seseorang membuat Siran menoleh mencari pemilik suara. Abimayu, lelaki seumurannya itu, menghampirinya dengan tersenyum.Inah yang mendapati tuan mudanya mendekat, memilih pergi ke dapur—takut mengganggu."Aku disuruh Ayah nganter Mbak ke butik langganan jam empat sore buat fitting baju pengantin

  • Istri yang Terabaikan   Paksaan Menikah

    Tubuh Siran menggigil, demamnya semakin parah. Namun, rasa sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan penderitaan yang sedang ia jalani.Berada di rumah megah tanpa satu pun orang yang ia kenal membuatnya ingin menangis. Ia berusaha keras menahan air mata agar tidak jatuh.Sebentar lagi, ia harus mengubur mimpinya. Ia akan menikah dengan pria tua—sesuatu yang tak pernah dibayangkannya. Siran tak pernah menyangka nasibnya akan semenyedihkan ini.Namun, suka tidak suka, Siran harus berkorban. Ia baru saja mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi. Ia tak sanggup membayangkan kedua orang tuanya masuk penjara, atau hidup luntang-lantung di jalanan setelah aset mereka diambil oleh Adiputra.Seburuk apa pun perlakuan Wina terhadapnya, Siran tetap menyayangi kedua orang tuanya.Ia mencoba memahami keadaan. Mungkin karena itulah ayahnya tidak menolongnya. Tapi sekeras apa pun ia mencoba mengerti, rasa sakit karena dijual dan harus menanggung kesalahan yang bukan perbuatannya tetap menggor

  • Istri yang Terabaikan   Di Jual Sebagai Pertanggungjawaban

    "Terus bagaimana ini? Kalian pikir saya tidak tahu bahwa kalian memeras cucu saya untuk membiayai hidup kalian selama ini hanya karena cucu saya mencintai putri kalian?" Suara berat dari lelaki berumur delapan puluh tahun terdengar tegas, membuat suasana terasa mencekam.Agung dan Wina terus tertunduk saat mereka dihakimi, tak berani melawan, karena siapa pun tahu, Adiputra adalah orang yang memiliki kuasa, orang yang paling kaya di daerah mereka sekaligus orang yang sangat kejam. Punya banyak perusahaan, pengusaha tambang dan kelapa sawit yang tanahnya berhektare-hektare, bahkan nama perusahaannya terkenal sampai mancanegara.Adiputra menarik senyum sinis."Bahkan hampir 8 miliar selama 7 bulan bekerja! Dengan rincian biaya yang dibuat tak masuk akal, yang sebenarnya digunakan untuk biaya membeli tas, mobil, sepatu merek terkenal, biaya jalan-jalan ke luar negeri, dan biaya foya-foya. Kalian pikir saya tidak tahu?" kata Adiputra lagi sambil menyerahkan kertas catatan berisi hasil t

  • Istri yang Terabaikan   Permata yang Terabaikan

    "Kenapa bukan kamu aja yang mati!”Teriaknya semakin kencang, tidak peduli dengan para pelayat yang menatap iba pada seorang gadis yang sedari tadi terduduk diam dengan tangis tanpa suara. Siran duduk membisu. Ibunya menyalahkannya atas kematian kembarannya, Sinar.Ibunya mendorong bahu Siran yang diam."Ini semua gara-gara kamu! Seharusnya kamu yang mati, bukan anakku!" teriak Wina kejam. Wanita ini bahkan mendorong Siran hingga terjengkang."Mah... jangan begini. Apa kata orang yang dengar nantinya?" Agung, sang suami, masih berusaha menenangkan istrinya.Siran meringis. Luka di telapak tangannya terasa semakin perih saat tanah basah masuk ke dalam lukanya hingga kembali berdarah."Maaf, maafkan Siran.""Berhenti meminta maaf! Dasar anak sial!"Siran membeku. Bahkan ibunya sama sekali tidak khawatir dengan luka-luka di tubuhnya.Lagi-lagi, Siran hanya bisa meminta maaf. Ia tahu sang ibu sangat membencinya sedari dulu. Bagai permata dan batu kerikil, Siran bagi ibunya hanyalah batu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status