Beranda / Romansa / Istri yang Terabaikan / Permata yang Terabaikan

Share

Istri yang Terabaikan
Istri yang Terabaikan
Penulis: Alverna

Permata yang Terabaikan

Penulis: Alverna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-04 19:43:53

"Kenapa bukan kamu aja yang mati!”

Teriaknya semakin kencang, tidak peduli dengan para pelayat yang menatap iba pada seorang gadis yang sedari tadi terduduk diam dengan tangis tanpa suara. 

Siran duduk membisu. Ibunya menyalahkannya atas kematian kembarannya, Sinar.

Ibunya mendorong bahu Siran yang diam.

"Ini semua gara-gara kamu! Seharusnya kamu yang mati, bukan anakku!" teriak Wina kejam. Wanita ini bahkan mendorong Siran hingga terjengkang.

"Mah... jangan begini. Apa kata orang yang dengar nantinya?" Agung, sang suami, masih berusaha menenangkan istrinya.

Siran meringis. Luka di telapak tangannya terasa semakin perih saat tanah basah masuk ke dalam lukanya hingga kembali berdarah.

"Maaf, maafkan Siran."

"Berhenti meminta maaf! Dasar anak sial!"

Siran membeku. Bahkan ibunya sama sekali tidak khawatir dengan luka-luka di tubuhnya.

Lagi-lagi, Siran hanya bisa meminta maaf. Ia tahu sang ibu sangat membencinya sedari dulu. Bagai permata dan batu kerikil, Siran bagi ibunya hanyalah batu kerikil yang tidak berguna dan selalu ingin ia singkirkan, berbeda dengan Sinar yang seperti permata. Dia selalu disayangi, dipuja, dan dibanggakan.

Yang ia ingat, orang mengatakan kalau dia adalah anak pembawa sial. Keadaan diperparah waktu kecil, Siran sering sakit-sakitan dan sangat rewel. Ditambah mertua yang selalu menyalahkannya atas Siran yang selalu menangis, membuatnya tega menyakiti anaknya itu sampai hampir meregang nyawa.

Hal itu membuat ibu mertuanya melaporkannya pada polisi hingga Wina ditangkap. Tapi dia hanya mendapat pengobatan karena mengenai kejiwaan, dan tiga bulan kemudian bisa keluar, dengan syarat dia tidak boleh menemui kedua putrinya hingga berumur lima tahun.

"Dasar anak sial! Anak tak berguna! Kamu harus bertanggung jawab atas ini semua!" bentak Wina lagi.

Kali ini rambut Siran yang menjadi sasaran. Tarikan kuat dari mamanya seakan mampu mengoyak kulit kepala Siran. Bahkan perban di pelipisnya ikut lepas hingga tetesan darah keluar di balik jahitan lukanya.

Siran mencoba melepaskan tangan mamanya yang masih terus menjambaknya.

"Ampun, Ma! Sakit... Maafkan Siran." ucap Siran, sudah tak tahan lagi. Seketika air matanya menetes dan berlomba-lomba keluar. Sakit di tubuhnya tak sebanding dengan perlakuan dari mamanya yang terus menyalahkannya.

"Maaf? Kamu pikir dengan kamu minta maaf anakku kembali, hah!"

Wina masih tidak mau melepaskan tarikannya, walau darah terus menetes hingga membasahi wajah Siran. Membuat Agung yang sedari tadi melerai semakin kalang kabut. Beberapa orang mencoba melerai hingga Wina akhirnya melepaskan Siran.

“Membunuh anakmu yang satu lagi tidak membangunkan anak kesayanganmu.” 

Suara itu nyaring, semua orang mendongak mengarah suara yang melerai ibu menghukum anaknya.

“Kalian pikir saya tidak tahu bahwa kalian memeras cucu saya untuk membiayai hidup kalian selama ini hanya karena cucu saya mencintai putri kalian?" 

Suara berat dari lelaki berumur delapan puluh tahun terdengar tegas, membuat suasana terasa mencekam.

"Sekarang putri Anda meninggal, terus siapa yang akan mempertanggungjawabkan ini semua?," kata Adiputra lagi, yang kali ini membuat Wina mengangkat wajahnya, ingin protes.

Bagai jatuh ditimpa tangga, semuanya mencekam. 

“Bahkan hampir 8 miliar selama 7 bulan bekerja! Dengan rincian biaya yang dibuat tak masuk akal, yang sebenarnya digunakan untuk biaya membeli tas, mobil, sepatu merek terkenal, biaya jalan-jalan ke luar negeri, dan biaya foya-foya. Kalian pikir saya tidak tahu?" kata Adiputra lagi sambil menyerahkan kertas catatan berisi hasil transferan dari ATM perusahaan ke rekening bank yang ternyata, setelah diselidiki, atas nama Wina—ibu dari Sinar.

Kurang satu tahun bekerja, Sinar bisa membelikan mobil, membuatkan rumah untuk kedua orang tuanya yang cukup mewah. 

"Terus Anda mau bagaimana? Mempertanggungjawabkan di pengadilan atau mengembalikan uang 3 miliar? Saya sudah memberi keringanan dari kerugian yang diakibatkan mendiang anak anda ."

"Tuan, mohon maafkan kami. Jangan penjarakan kami," kata Agung memohon dengan air matanya menggenang, sangat terkejut dengan semua masalah yang bertubi-tubi menimpa keluarganya.

"Berarti kalian memilih mengembalikan uang 3 miliar," kata Adiputra menyimpulkan.

Duka yang masih menyelimuti dan masalah yang kembali datang tidak membuat Adiputra sedikit saja merasa kasihan.

"Tuan, bisakah dengan cara lain? Kami tidak mempunyai uang sebanyak itu," pinta ayah Siran dengan memelas. Tubuhnya bergetar hebat karena takut.

Adiputra sedikit berpikir. "Cara lain? Contohnya?"

Wina berbinar, seakan baru saja mendapat keberuntungan.

"Anda bisa mengambil putri kami menggantikan kembarannya yang melakukan kesalahan. Hanya itu yang bisa kami berikan,"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri yang Terabaikan   Sisi Kejam Aksa

    "Sekarang... buka baju kamu!"Lagi-lagi Siran dibuat membelalak. Seketika ia menyilangkan tangannya, refleks tubuhnya saat melindungi diri."BUKA! ATAU AKU YANG BUKA!" bentak Aksa marah. Kebenciannya semakin besar saat melihat Siran. Entah kenapa, bayang-bayang sang kekasih yang meninggal—yang menurutnya karena Siran—membuat kemarahannya semakin dalam.Melihat Siran yang tak bergeming, Aksa benar-benar menarik baju gadis itu, mengangkatnya dengan paksa hingga menyisakan tank top putih tipis yang ia kenakan. Sangat tipis, hingga kulit tubuh dan bra berwarna hitam yang ia pakai pun terlihat jelas.Siran langsung menutupi tubuhnya. Ia menangis, takut pada Aksa yang kini menatapnya nyalang.Aksa tersenyum sinis. Tubuh Siran yang putih bersih, rambutnya yang terikat rapi mengekspos leher jenjangnya, ditambah kedua gundukan miliknya yang cukup berisi—lebih berisi daripada milik Sinar, sang kekasih—membuat Aksa mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia membayangkan tubuh itu berada dalam peluk

  • Istri yang Terabaikan   Penghangat Ranjang

    "Nona, baik-baik saja?"Lamunan Siran pudar saat seorang pembantu menyentuh pundaknya. Mata Siran yang sayu dan wajahnya yang pucat membuat pembantu di keluarga Adiputra merasa bersimpati pada calon istri cucu dari majikannya.Siran tersenyum."Saya baik-baik saja," jawabnya. Namun siapa pun tahu, di balik wajah sok tegar itu tersimpan beban yang sangat besar.Pembantu keluarga Adiputra sangat tahu apa yang gadis ini alami di rumah ini—mendapat rundungan dan kebencian dari kedua istri pertama dan ketiga Tuan Adiputra pasti sangat berat. Ditambah lagi dengan calon suaminya Aksa, , yang selalu bersikap dingin, padahal beberapa hari lagi acara pernikahan akan berlangsung."Mbak Siran,"Panggilan seseorang membuat Siran menoleh mencari pemilik suara. Abimayu, lelaki seumurannya itu, menghampirinya dengan tersenyum.Inah yang mendapati tuan mudanya mendekat, memilih pergi ke dapur—takut mengganggu."Aku disuruh Ayah nganter Mbak ke butik langganan jam empat sore buat fitting baju pengantin

  • Istri yang Terabaikan   Paksaan Menikah

    Tubuh Siran menggigil, demamnya semakin parah. Namun, rasa sakit di tubuhnya tidak sebanding dengan penderitaan yang sedang ia jalani.Berada di rumah megah tanpa satu pun orang yang ia kenal membuatnya ingin menangis. Ia berusaha keras menahan air mata agar tidak jatuh.Sebentar lagi, ia harus mengubur mimpinya. Ia akan menikah dengan pria tua—sesuatu yang tak pernah dibayangkannya. Siran tak pernah menyangka nasibnya akan semenyedihkan ini.Namun, suka tidak suka, Siran harus berkorban. Ia baru saja mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi. Ia tak sanggup membayangkan kedua orang tuanya masuk penjara, atau hidup luntang-lantung di jalanan setelah aset mereka diambil oleh Adiputra.Seburuk apa pun perlakuan Wina terhadapnya, Siran tetap menyayangi kedua orang tuanya.Ia mencoba memahami keadaan. Mungkin karena itulah ayahnya tidak menolongnya. Tapi sekeras apa pun ia mencoba mengerti, rasa sakit karena dijual dan harus menanggung kesalahan yang bukan perbuatannya tetap menggor

  • Istri yang Terabaikan   Di Jual Sebagai Pertanggungjawaban

    "Terus bagaimana ini? Kalian pikir saya tidak tahu bahwa kalian memeras cucu saya untuk membiayai hidup kalian selama ini hanya karena cucu saya mencintai putri kalian?" Suara berat dari lelaki berumur delapan puluh tahun terdengar tegas, membuat suasana terasa mencekam.Agung dan Wina terus tertunduk saat mereka dihakimi, tak berani melawan, karena siapa pun tahu, Adiputra adalah orang yang memiliki kuasa, orang yang paling kaya di daerah mereka sekaligus orang yang sangat kejam. Punya banyak perusahaan, pengusaha tambang dan kelapa sawit yang tanahnya berhektare-hektare, bahkan nama perusahaannya terkenal sampai mancanegara.Adiputra menarik senyum sinis."Bahkan hampir 8 miliar selama 7 bulan bekerja! Dengan rincian biaya yang dibuat tak masuk akal, yang sebenarnya digunakan untuk biaya membeli tas, mobil, sepatu merek terkenal, biaya jalan-jalan ke luar negeri, dan biaya foya-foya. Kalian pikir saya tidak tahu?" kata Adiputra lagi sambil menyerahkan kertas catatan berisi hasil t

  • Istri yang Terabaikan   Permata yang Terabaikan

    "Kenapa bukan kamu aja yang mati!”Teriaknya semakin kencang, tidak peduli dengan para pelayat yang menatap iba pada seorang gadis yang sedari tadi terduduk diam dengan tangis tanpa suara. Siran duduk membisu. Ibunya menyalahkannya atas kematian kembarannya, Sinar.Ibunya mendorong bahu Siran yang diam."Ini semua gara-gara kamu! Seharusnya kamu yang mati, bukan anakku!" teriak Wina kejam. Wanita ini bahkan mendorong Siran hingga terjengkang."Mah... jangan begini. Apa kata orang yang dengar nantinya?" Agung, sang suami, masih berusaha menenangkan istrinya.Siran meringis. Luka di telapak tangannya terasa semakin perih saat tanah basah masuk ke dalam lukanya hingga kembali berdarah."Maaf, maafkan Siran.""Berhenti meminta maaf! Dasar anak sial!"Siran membeku. Bahkan ibunya sama sekali tidak khawatir dengan luka-luka di tubuhnya.Lagi-lagi, Siran hanya bisa meminta maaf. Ia tahu sang ibu sangat membencinya sedari dulu. Bagai permata dan batu kerikil, Siran bagi ibunya hanyalah batu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status