Flower dan Martin berjalan kembali ke sofa, ia mengajak tos minum Flower. Dia membakar rokok untuk Flower dan untuknya sendiri, wanita berlesung pipi satu di sudut bibir kanannya itu tergugu. Pria berambut panjang sebahu itu meraih tangan dan memberikan rokok ke tangannya, spontan membuatnya terkejut."Eh, kenapa jadi dia yang servis aku? Barang bagus!" ia tersenyum lebar menghisap rokoknya, Martin tersenyum simpul. "Wah, kalau kamu yang servis aku berarti aku dong yang ngetips kamu." candanya, ia melirik ke arah Martin. Martin tertawa terbahak-bahak mendengarnya, membuat semua yang ada di room menoleh ke arahnya dan tersenyum lebar. "Emang gak boleh?" ia menatap dengan mata berbinar-binar, Flower nyengir kuda."Boleh sih, tapi ya mana tahu minta tips juga ya kan ..." ia menaikkan sebelah alis kanannya. "Gak, gak salah lagi maksudnya. Ya gak lah, Ada-ada saja. Gemesin banget sih kamu." ia mencubit pelan hidung mancungnya, mereka berdua pun tersenyum
Ting!Mereka semua berhamburan keluar lift langsung melangkahkan kakinya ke loker. Mereka langsung menghitung uang tips yang mereka dapat dengan raut wajah sumringah. Mereka duduk di sofa loker membuka dompet dan langsung menghitung uang tipsnya. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas, enam belas, tujuh belas, delapan belas, jadi sejuta delapan ratus alhamdulillah." Flower merapihkan lembaran kertas berwarna merah dan biru itu. "Lumayan dapet sejuta alhamdulillah rejeki anak soleh!" Ani mengipas-ngipaskan lembaran kertas merah ke wajahnya sambil tersenyum lebar, semua yang di loker tersenyum lebar melihat kelakuannya. "Cucok ah! Aku cuma lima ratus tapi ya alhamdulillah sih secara ya kan tamu baru terus tamunya gak pada rese." Murti tersenyum lebar. "Emberan cyin, tamuku juga baik aku dapet lima ratus juga alhamdulillah." Leny tersenyum lebar.
"Mau pada dateng jam sepuluh, kerja dong! Kan sudah direserve kita cong rejeki jangan ditolak ya kan lumayan kan tipsnya gope, duduk manis." timpalnya dengan raut wajah senang dan mata yang berbinar-binar."Emberan cyin, cemungud ya." ia Menggoyang-goyangkan pelan kepalanya sambil bersenandung. "Haus euy!" ia beranjak dari singgasana peraduan dan duduk di kursi, diraihnya botol pocari sweat dituang ke gelas.Glek! Glek! Glek! "Calon gak tidur nih.""Sama lah." "Aku makan setengah saja masih kenceng apalagi satu makanya kusimpan yang setengahnya lagi buat suamiku, dirimu neken satu kan?" Murti melirik ke arah Flower."Ho'oh." Flower mengerucutkan bibir mungilnya. "Untung barangnya bagus coba kalau dapat yang jelek, kelar hidup!" Murti memberi kode gorok leher, mereka berdua cengar-cengir.Jam di ruang tengah berdentang sembilan kali sempat membuat Murti kaget dia celingak-celinguk mencari sumber suara itu dengan raut wajah bingung.
"Makan dikit ah paksain bikin bubur saja." ia meraih bubur instan rasa soto, ia membuatnya sendiri dan duduk di meja makan.Dibukanya tudung saji, "Sepertinya ini makan siang anak-anak, kok masih pada utuh sih?" ia menyicipi air sayur sop ayamnya. "Enak!" ia menutup kembali tudung saji, ia mulai makan perlahan bubur instan soto yang sudah ia tambahkan banyak potongan cabai setan sehingga tercipta rasa pedes yang tiada tara. Dia makan sampai berkeringat dan bibir terasa panas sambil menonton tv."Ah kenyang alhamdulillah gak sanggup aku habisinnya." ia minum air hangat agar rasa pedas cepat hilang, buburnya habis setengah porsi. Flower menyimpan sisa buburnya dengan makan siang anaknya di balik tudung saji ia berjalan kembali ke kamar tidurnya, ia membuka gorden dan meraih bungkus rokok dan membakarnya, ia mulai menghisapnya sambil berdiri memandang ke luar jendela. "Hari ini panas sekali tapi hidupku terasa damai sudah seminggu ini tidak ada chat caci m
"Cantik, hidup mataku kalau pakai softlens warna biru." ia mengedip-mengedipkan genit matanya dan tersenyum tipis. "Dua lagi dek." ia melirik ke arahnya dan fokus make up lagi. "Baiklah, gak pake lama ya kak reserve nih aku jam sepuluh ayo Atta cepetan catokin rambut aku yang cantik seperti biasa." ia duduk di kursi sebrang untuk catok rambutnya, kak Yudi menganggukkan kepalanya. Diliriknya jam di dinding ia membuka ponselnya dan membalas chat dari sahabat-sahabatnya di grup ia buat di line khusus untuk dia dan sahabat-sahabatnya."Jam delapan, keburu lah sampai kerjaan. Kak Yudi dandaninnya cepat tapi hasilnya rapih dan bagus." ia melirik ke arahnya. "Ada apa guys aku sudah di salon kak Yudi nih kalian sudah ada yang di kantor? Tolong absenin aku dong!" balasnya di grup, ia menyisipkan stiker mata memelas."Aku sudah di loker nih lagi dandan nanti aku absenin!" Murti memberi stiker mengedipkan mata. "Aku lagi di jalan nih, nyetir dulu ya!" Ani kembali
Martin dan teman-temannya sudah asyik dengan dunianya sendiri, Flower dan sahabat-sahabatnya masih bernyanyi sampai mereka merasakan tangan kakinya dingin, hal itu tidak memakan waktu lama."Mules." ia berjalan cepat ke kamar mandi. "Yah, ada orang lagi." Flower berjalan cepat ke luar room dan berlari kecil ke lantai atas, lewat tangga langsung ke kamar mandi yang ada di dekat hall lc.Tok! Tok! Tok! Tok! "Siapa di dalam? Cepetan woy!" serunya dengan lantang, ia mondar-mandir dengan wajah meringis."Suara kak Flower tuh!" Nia mengerutkan dahinya. "Nia, bentar kak!" ia segera Menyudahinya dan membuka pintunya."Cepetan dek, mules ih!" ia langsung menerobos masuk dan menutup pintunya. "Etdah si kakak, di room berapa kak reserve ya kak?" ia sontak kaget, tersenyum lebar sambil bercermin merapihkan make up dan bajunya."Ho'
Waktu berjalan sangat cepat malam itu di room untuk sesaat Flower lupa dengan pria berkepala plontos yang menjadi kekasihnya, Andra. Dia terlalu menikmati waktu kebersamaan nya malam itu dengan pria Cina yang berambut panjang sebahu, Martin."Beb mau kuantar pulang?" tanya Martin. "Aku bawa mobil beb aku bisa pulang sendiri." sahut Flower, Martin angguk-angguk dan tersenyum simpul."Tadinya mau ajak jalan!" ucapnya sambil cengangas-cengenges. "Jalan? Mau jalan ke mana pagi-pagi buta begini?" batin Flower, ia mengerutkan dahi dan mengerlingkan matanya."Mau jalan ke mana beb?" Flower penasaran. "Laper gak? cari makan yuk!" ia mengalihkan pembicaraan."Memang bisa makan habis neken?" ia melirik ke arahnya, Martin anggukkan kepalanya. "Gak mungkin langsung kubilang ke hotel, apa-apaan lah aku nih! " batin Martin."Aku masi
"Kacamatanya keren nih beb, aku pakai ya." Flower membuka lalu memakainya sambil ngaca di kaca spion, Martin angguk-angguk."Tahu saja dia barang mahal." Martin tersenyum lebar. "Jangan lupa kirim nomer rekeningnya ya beb, hati-hati nanti nyetirnya ya sayang." ia membuka kunci pintu mobilnya. "Siap beb!" ia mengedipkan sebelah matanya lalu cipika-cipiki, Martin mencium keningnya dan tersenyum manis. Flower keluar dari mobilnya sambil tersenyum manis semanis-manisnya, melambaikan tangannya lalu berjalan ke arah mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Martin membunyikan klakson, tersenyum simpul dan berlalu pergi. "Bergaya bentar pake kacamata mahal ah, norak beud ya!" ia mengambil photo selfie dengan gaya alaynya, mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya sambil tersenyum lebar. "Cakep, kacamatanya yang cakep lol." ia menyalakan musik lalu melajuk