Share

anjing yang setia

Penulis: Pusparani Surya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-17 11:34:20

"Lalu sekarang kamu tinggal di mana, Nak?" Bu Dina menatap sendu Bima yang baru selesai menceritakan apa yang terjadi padanya. Laki-laki itu menangis di pangkuan wanita sepuh yang penuh kasih sayang merawatnya hingga dewasa. Louis dibawa oleh pengurus panti yang lain, hingga Bima bisa dengan leluasa menceritakan kisah hidupnya selama ini. 

"Tinggallah disini kembali. Ini adalah rumahmu. Uangmu yang sudah membuat tempat tinggal kita senyaman sekarang, biar ibu yang akan mengurus Louis, seperti ibu membesarkan papanya dulu," lanjut bu Dina mengusap lembut wajah Bima.

 Wajah tampan itu kini terlihat tak bersemangat, padahal setiap menghubungi bu Dina, Bima selalu terlihat bahagia selama empat tahun tinggal di negeri orang. Negara yang mempertemukan dia dengan belahan jiwanya, namun di sana pula kisah indah mereka direnggut secara paksa oleh keegoisan segelintir manusia. 

"Dirga tinggal di kecamatan sebelah, Bu. Kata pak Tri, ada seseorang yang dipanggilnya Tuan Besar menyiapkan rumah untuk Dirga tinggali bersama dengan Louis," jelas Bima yang kini sudah kembali tegar setelah mengatakan semua kegalauan hatinya. Bu Dina benar-benar tempatnya kembali. Tempat mengadu hingga sesak yang sedari dia diusir oleh Edward menghimpit dada, kini sedikit lapang meski tak bisa mengalihkan kesedihannya terpisah dari Louisa. 

"Tuan Besar?" 

"Iya." 

"Memangnya kamu datang sama siapa ke mari, Dirga?" tanya bu Dina yang mengira Bima datang hanya berdua si kecil Louis saja. 

"Dirga datang bersama pengasuh dan orang yang diminta bekerja pada Bima, Bu." 

"Lalu, dimana mereka sekarang?" tanya bu Dina melihat ke bagian depan panti, hanya ada anak-anak di sana, ada yang sedang bermain juga menyelesaikan tugas mereka. 

"Dirga suruh mereka ke supermarket untuk membeli keperluan di panti, Bu," jawab Bima yang dibalas anggukan bu Dina. 

"Lalu sekarang rencana kamu apa, Dirga?" 

Bima menghempas punggungnya ke sandaran sofa, "Dirga untuk sekarang hanya ingin fokus membesarkan Louis saja dulu, Bu. Nanti, setelah dia agak besar, Dirga akan mengajak Louis untuk menemui Louisa." 

Bu Dina mengangguk, untuk sekarang ini memang hanya itu yang harus dilakukan Bima. 

"Tetap semangat, Nak. Ibu akan mendukung apa pun yang kamu lakukan. Ibu yakin, sekarang ini pasti istrimu pun tengah kebingungan dengan tidak adanya kalian bersamanya. Ibu sungguh tak habis pikir dengan cara mertuamu memisahkan seorang ibu dari bayinya yang baru saja dilahirkan."

Bima kembali murung, bayangan Louisa kembali melintas dalam benaknya. Andai saja dia tak mempercayai perkataan Edward yang mengatakan Louisa dibawa ke rumah sakit berbeda dengan rencananya dan Louisa akan melahirkan, tentunya semua kelicikan Edward tak akan sampai terwujud dalam memisahkan mereka berdua. 

Sementara yang menjadi bahan percakapan Bima dengan bu Dina, masih belum membuka matanya setelah hampir dua hari pasca operasi. Hal itu membuat Sarah Wei--ibu Louisa--khawatir. 

"Kenapa anak saya belum sadar juga, Dokter?" tanya Sarah pada dokter yang baru memeriksa Louisa. 

Dokter itu sedikit salah tingkah, lelaki paruh baya yang memakai jas putih itu membuang tatap sebelum menjawab pertanyaan keluarga pasiennya. 

"Mungkin efek obat bius belum habis, Nyonya. Tapi kondisi Nona Louisa stabil, saya rasa tidak lama lagi beliau akan sadar," jawab sang dokter dibarengi senyum canggung. 

"Bagaimana bisa seperti itu, Dokter? Setahu saya setelah operasi caesar tidak akan membuat ibu melahirkan sampai tidak sadar sampai lebih dari 24 jam. Lagi pula, harusnya tidak dibius total kan? Atau ada masalah hingga Louisa harus mendapat penanganan yang berbeda dari biasanya? Lalu, di mana cucu saya? Dari kemarin saya bahkan tidak diizinkan untuk melihat bayi itu." Sarah menatap tajam, hingga sang dokter kembali salah tingkah. 

"Untuk itu, nyonya bisa menanyakan pada suami anda, Nyonya. Saya permisi dulu," balas dokter itu berniat meninggalkan Sarah. 

"Tunggu, Dokter! Apa hubungannya dengan suami saya?" tanya Sarah yang kini mulai mencium sesuatu yang mencurigakan. 

"Maaf, saya hanya bisa mengatakan anda sebaiknya menanyakan itu pada Tuan Edward, Nyonya." Dokter itu pun langsung meninggalkan Sarah yang berdecak kesal. 

"Edward, apa yang sudah kamu lakukan tanpa sepengetahuanku?" lirih Sarah, ditatapnya wajah Louisa yang nampak nyaman dalam tidurnya. 

Hingga suara ketukan pintu disusul pintu yang terbuka membuat Sarah menoleh. Max, orang kepercayaan suaminya berdiri di ambang pintu sambil mengangguk hormat padanya. 

"Salam, Nyonya, apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya Max yang kini menundukkan pandangan dari beradu tatap dengan istri majikannya itu. 

"Max, apa kamu tau sesuatu tentang menantu dan cucuku?" tanya Sarah berjalan mendekat, Max mematung, dia tak segera menjawab pertanyaan sang nyonya. 

"Kamu dengar aku, Max?! Kemana Bima? Kenapa sampai hari ini aku tidak melihatnya? Sangat tidak mungkin dia tidak tau kalau istrinya melahirkan. Apa yang sudah dilakukan Edward pada Bima?!" cecar Sarah tepat di hadapan Max. 

Edward mengatakan padanya kalau Bima tengah pergi ke luar kota untuk melakukan pekerjaan, tapi hingga saat ini ponsel Bima bahkan tak bisa dihubungi. Saat Louisa mengeluh kalau perutnya sakit dan ada pendarahan, saat itu pun Bima sudah tidak bisa dihubungi, hingga Louisa pergi ke rumah sakit yang sudah direncanakan Louisa akan melahirkan di sana bersamanya. 

"Katakan, Max!" pekik Sarah mengguncang lengan Max yang bahkan tak menatapnya sama sekali. 

"Kau benar-benar seperti anjing, Max! Kau memang seperti itu. Kamu akan setia pada Tuanmu yang memberikan tulang, tapi aku juga sudah memberikan kamu tulang. Bahkan lebih dari itu!" desis Sarah dengan tertahan di akhir kalimat. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    kedatangan Max

    "Apa tadi calon suami Mbak Mela?" tanya Bima begitu Mela selesai menerima telepon. "Maaf, tadi saya sempat mendengar percakapan Mbak," sambung Bima setengah tak enak hati karena telah diam-diam mencuri dengar. "Nggak apa-apa, Pak." Mela tersenyum sipu, "iya, barusan calon suami saya yang nelpon. Dia akan datang besok. Tadi meyakinkan saya agar tidak terlambat untuk menjemputnya di bandara," jelasnya dengan rona bahagia yang terpancar jelas di wajah. Bima mengangguk, "namanya … Max?" tanya Bima mulai mencari tahu. Berharap apa yang sempat terlintas dalam benaknya benar, kalau Max yang dia kenal adalah benar calon suami Mela. "Iya, Pak. Namanya Max. Maxim nama lengkapnya," balas Mela tanpa curiga kalau Bima tengah mencari tahu sesuatu. "Seorang ... pengawal?" Bima melanjutkan tanya dengan jantung berdebar. Kembali berharap Mela akan menjawabnya iya lagi Bima semakin merangkai harap kalau kali ini jawaban Mela pun iya. "Benar, Pak. Mantan pengawal tepatnya. Dia katanya du

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    pertemuan tak terduga

    "Mbah Tri!" pekik Louis saat sudah sampai di toko, bocah itu berlari memasuki toko dengan gerakan yang sangat cepat. Bima hanya menghela napas panjang, dia sudah bosan mengingatkan Louis agar tidak berlari, jawaban iya yang dikatakan Louis, hanya isapan jempol saja. Bima segera menyusul Louis masuk ke toko, di mana sekarang anaknya itu sudah berada di hadapan Pak Tri yang berdiri menyamakan tinggi keduanya sambil berbincang. "Mau diantar sekarang, Mas?" tanya Pak Tri, setiap hari dia yang mengantar Louis ke sekolah, tapi karena hari ini ada acara di sekolah, jadi Bima yang akan mengantar Louis. "Iya, Pak. Tadi Louis minta ketemu mbah tersayangnya dulu," sahut Bima seraya mengulum senyum. Kedekatan Louis dengan Pak Tri sudah seperti lem dan perangko, tak bisa dipisahkan. "Mbah Tri ikut aja, liat Ouis nyanyi nanti," kata Louis memegangi tangan Pak Tri. "Kan Mbah harus jaga toko. Louis sama papa aja, ya?! Nanti Mbah liat dari video aja." Pak Tri mengusap kepala Louis dengan

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    apa kau mengingatnya?

    "Dimana, Max? Bagaimana dengan Bima?" Max menerima panggilan Sarah, dia mengalihkan tatap ke arah unit apartemen Bima berada. "Di apartemen Tuan Muda, Nyonya. Besok, Tuan Muda akan kembali," jawab Max. "Lebih cepat dia pergi, lebih baik untuknya, Max. Edward berencana menemui dia kalau sampai besok sore kamu masih mengurus Bima," ujar Sarah yang sudah mengetahui rencana Edward. Max tak menjawab, dia tahu karena Edward sudah mengatakannya. "Bagaimana dengan Nona Louisa, Nyonya?" tanya Max, Sarah mengatakan padanya, setelah mendengar langsung talak yang diucapkan Bima, Louisa kembali terguncang. Louisa menjerit dan menangis tanpa bisa diajak berbicara dengan baik, dan setelah tenang justru memilih bungkam tak mengindahkan siapapun yang mengajaknya berbicara. Sarah sangat menyesal sudah menelpon Louisa, dengan maksud agar anaknya itu mendengar sendiri kata perpisahan yang dikatakan Bima. "Dia masih membisu, Max. Aku … takut," lirih Sarah. Max tak menanggapi, karena percuma

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    hanya tinggal kenangan

    "B-Bima? Tidak! Mom … Mommy?! Itu Bima! Itu suara Bima. Mom? Halo? Mommy!" Louisa histeris. Dia tak salah mengenali suara laki-laki yang baru terdengar jelas oleh indera pendengarannya. Namun sambungan telepon itu langsung terputus, dia pun mencoba menghubungi nomor Sarah dengan tangan bergetar. "Angkat, Mom. Kumohon," lirih Louisa dengan air mata yang berjejalan keluar dari pelupuknya. Pandangannya memburam oleh selaksa kesedihan yang kuat mendera jiwa. Hatinya kian hancur saat panggilannya tak mendapat tanggapan dari Sarah. "Mommy … Bima … bagaimana … bagaimana …." Louisa memaksakan diri melangkah, langkahnya terseok, dia kembali lemah setelah enam bulan lamanya berhasil menjadi kuat yang dipaksa keadaan. Kini jiwanya kembali rapuh, bahkan sangat rapuh setelah kembali mendengar suara si pemilik hati. "Bima, apa kamu ada di sini, Sayang?" Louisa akhirnya luruh, dia bersimpuh tepat di depan pintu kamar. Pelayan yang melihat Louisa tergugu dalam tangis dengan tangan memegang p

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    aku menceraikanmu

    Sarah memilih menunggu di luar, dia biarkan Bima ditemani Max karena tak sanggup untuk terus berkata bohong pada laki-laki yang kini wajahnya memar atas ulah pengawal suaminya. Ponsel Bima yang berada dalam genggamannya, membuat Sarah dengan leluasa terus memandangi wajah Louis. Sesekali dia mengusap pipi dari lelehan air mata pilu merindukan cucunya. Entah apa yang harus dilakukannya sekarang. Memberi tahu Louisa tentang kedatangan Bima? Atau membiarkan semuanya seperti saat ini, di mana Louisa sudah mulai terbiasa tanpa adanya Bima dan juga putranya. "Kamu tampan sekali, Nak," lirih Louisa mengusap layar ponsel. Hatinya teriris perih membayangkan Louis yang bertumbuh tanpa pernah dilihat oleh Ibunya. "Maafkan Nenek, Louis. Karena tak bisa melawan apa kehendak kakekmu, membuatmu harus berjauhan dengan mamamu. Tapi Nenek bahagia, kamu tumbuh dengan baik dalam asuhan papamu." Sarah menghela napas kasar, dia pun lantas mengambil gambar Louis dengan ponselnya, dia akan memperlihat

  • JANGAN PISAHKAN KAMI, DADDY    ini cucu, Mommy

    Bima melangkah perlahan, debaran jantung yang menggila membuatnya lemas membayangkan pertemuannya dengan Louisa. Dari dalam pos penjaga, seorang pengawal bisa dengan jelas melihat kedatangan Bima. Mata lelaki itu melebar melihat siapa yang datang mendekat ke arah gerbang. "Tuan Muda Bima," lirihnya tak percaya. Dia masih ingat bagaimana tujuh bulan lalu laki-laki yang pernah berstatus suami Nona mereka, diusir tanpa perasaan iba bersama bayinya. Dia segera mengangkat telepon, menghubungi Max untuk mengabari kalau Bima ada di depan kediaman majikan mereka. Max tak jauh beda, dia pun terkejut mendengar kabar tentang datangnya Bima yang tidak pernah terpikirkan olehnya. "Kamu yakin itu Tuan Muda Bima?" tanya Max membuat Edward menoleh padanya. "Ada apa, Max?" tanya Edward menatap tajam, telinganya jelas tak salah mendengar kalau Bima yang disebut namanya oleh Max. "Tuan, Tuan Muda Bima datang ke rumah," jawab Max tak menutupi kabar yang didengarnya, karena percuma dia berbohon

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status