"Abizar!" Teriakan seseorang dari bawah berhasil meloloskan Alesha dari pelukan laki-laki berdada bidang itu.Tentu saja hal itu membuat Abizar segera menekan tombol lampu, seketika kamar kembali terang benderang."Siapa yang datang jam segini?" pikir Abizar.Sementara suara bel pintu terus terdengar."Kamu mau ke mana?" tanya Alesha saat Abizar membuka pintu kamar."Tentu saja aku harus ke bawah," ucap laki-laki itu tampan itu dan segera meninggalkan Alesha.Hal itu membuat Alesha dengan cepat mengikuti langkah Abizar, perempuan berjilbab itu merasa penasaran akan tamu di malam-malam begini. Apalagi Ummi dan Abi pun sedang ke rumah sakit untuk menengok Nisya yang tengah di rawat inap.Abizar tiba di pintu utama, laki-laki berkaos putih itu segera memutar kunci untuk membuka pintu, tetapi saat pintu berhasil dibuka tiba-tiba saja sebuah pukulan mendarat di wajah Abizar begitu saja dengan keras.Alesha yang melihat kejadian itu pun begitu terkejut."Aku sudah bilang jangan macam-macam
Subuh ini tak seperti biasanya, rumah begitu sepi karena Ummi dan Abi menginap di rumah sakit, membantu Arum untuk menjaga Nisya.Alesha pun, masih tertidur pulas, hingga membuat Abizar membangunkan sang istri agar tak telat shalat Subuh."Sha, bangunlah, aku harus segera ke masjid. Kamu juga tolong bangunkan Zahrah, ya," pinta Abizar.Alesha hanya diam, ia masih tertidur membelakangi Abizar.Abizar yang telah memakai peci hitam itu, segera menyentuh bahu sang istri, membuat Alesha berbalik dan menatap dengan sayu."Iya, nanti aku akan bangunkan Zahrah," ucapnya lirih.Abizar yang melihat wajah pucat sang istri, segera meletakkan telapak tangan di keningnya. Benar saja, suhu tubuhnya tinggi."Kamu sakit?" tanya Abziar.Alesha menggeleng. "Hanya sedikit pusing.""Jelas-jelas kamu demam, kenapa semalam tak membangunkan aku?" tanya Abizar lagi."Aku tak ingin mengganggu waktu istirahatmu," jawab Alesha yang kini menarik selimut lebih ke atas hingga menutup dadanya."Aku akan panggil Zahr
"Apa? Aku hamil?!" Kyoona menatap tak percaya akan apa yang ia dengar saat ini, tubuhnya seketika lemas.Sementara dokter itu memandang bingung pada pasiennya."Gak mungkin, aku ingin kandungan ini digugurkan saja," lanjut Kyoona sambil meremas jari jemarinya."Maaf, Mba, saya gak bisa melakukan praktek seperti itu, saran saya coba bicarakan pada keluarga atau pun suami Anda," ucap sang dokter."Suami? Masalahnya aku gak punya suami," jawab Kyoona jujur."Kalau begitu coba bicarakan pada kekasih Anda, mungkin dia mau bertanggung jawab, jangan menambah dosa lagi dengan menggugurkan janin tak bersalah," nasihat sang dokter.Kyoona merasa hidupnya hancur. Ya, ini adalah kesalahannya sendiri, sekarang ia telah sukses menghancurkan masa depannya. Sementara Kyoona tahu betul Excel tak akan mungkin mau bertanggungjawab akan kehamilannya. Laki-laki itu hanya bucin pada Alesha. Haruskah Kyoona mengemis bantuan pada Alesha saat ini.Namun, hatinya menolak. Kyoona masih ingat benar bagaimana Ale
"Ketika yang halal begitu indah, mengapa kamu tertarik pada yang haram?"Layla MumtazahMembuatmu HamilSuhu tubuh Alesha kini telah turun, Abizar sama sekali tak meninggalkan perempuan itu seharian ini. Apalagi Ummi yang pulang sebentar untuk mengambil baju ganti untuk Nisya, meminta anaknya untuk merawat sang istri. Jika setelah meminum obat dari dokter keluarga, suhu tubuh Alesha tak kunjung turun ummi meminta Abizar membawa sang menantu ke rumah sakit.Pasalnya Nisya harus dirawat di rumah sakit karena demam berdarah, trombositnya turun drastis dari yang seharusnya 150.000 bahkan lebih, kini tinggal 75.000.Ummi takut jika Alesha juga demam karena demam berdarah, tetapi kemungkinan besar Nisya digigit nyamuk saat ia berada di sekolahnya.***"Zahrah belum pulang?" tanya Alesha yang kini duduk bersandar di tempat tidur."Belum, mungkin ia pulang sore karena tadi dia sempat bilang ada tambahan pelajaran di sekolah," jawab Abizar sambil menyuapi bubur ke Alesha.Sejujurnya Alesha tak
đź’—đź’—Arum menyentuh lembut tangan Nisya, ia selama ini selalu berusaha menjaga sang putri dengan begitu baik, tetapi tetap saja tidak bisa mengalahkan takdir yang telah tertulis."Rum, kamu sudah makan?" tanya Ummi yang baru kembali dari rumah sambil meletakkan tas di bawah.Arum menggeleng."Makanlah bersama Ansyar di luar, Ummi dan Abi akan menjaga Nisya," titah Ummi.Arum mengangguk, walau sebenarnya ia tak napsu makan, tetapi ia harus tetap makan untuk mengisi tenaga dan tak ikut sakit."Sayang, Ummi keluar dulu, ya," izinnya pada Nisya yang tak tidur.Nisya mengangguk.Arum lalu keluar dari kamar, di luar sudah ada Ansyar dan Abi yang tengah duduk di kursi tunggu."Bi, ayo makan!" ajak Arum pada Ansyar."Makanlah sendiri, aku sedang tak lapar," ucapnya cuek."Ummi yang memintaku untuk makan bersamamu, agar kita tak ikut tumbang akhirnya," jelas Arum.Ansyar hanya diam. Abi menyentuh bahu putranya itu dan berkata, "Makanlah dengan Arum, Abi dan Ummi akan menjaga Nisya."Mendengar
"Jika melakukan kesalahan jangan mencoba menutup dengan kesalahan berikutnya, tetapi belajarlah bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya."Layla Mumtazah***"Tunggu dulu, aku hamil," ucap Kyoona dengan cepat.Alesha terdiam mendengar suara Kyoona, hatinya hancur seketika."Tolong aku, aku tak tahu harus melakukan apa saat ini? Excel tak mau bertanggung jawab, ia ingin aku menggugurkan kandungan ini," jelas Kyoona sambil menangis.Alesha masih terdiam mendengar semua itu, tetapi air matanya mengalir membasahi pipi.Abizar yang melihat hal itu menatap bingung sang istri. "Berikan padaku," pinta Abziar sambil mengulurkan tangannya.Alesha menggeleng."Berikan," pinta Abziar lagi.Dengan pelan Alesha menyerahkan ponsel itu pada sang suami, Abziar lalu meletakkan alat komunikasi itu pada telinganya."Bantu aku untuk meminta pertanggungjawaban Excel, aku mohon Alesha, aku tak tahu lagi harus melakukan apa. Apakah aku harus bunuh diri saja?""Kamu hamil dengan mantan kekasih
"Ketika amarah mengacaukan segalanya, maka beristighfarlah kembali mengingat Allah, tujuan sebenarnya kita di dunia ini itu untuk apa?"Layla Mumtazah***Alesha segera keluar dari mobil walau kepalanya masih terasa sedikit pusing, tak lama Abizar menyusul keluar dari mobil juga."Kamu yakin Kyoona di sini?" tanya Abziar.Alesha mengangguk yakin.Keduanya berjalan berdampingan begitu dekat, hingga hanya terlihat sedikit celah di antara mereka saat ini. Naik beberapa tangga untuk sampai ke tempat yang mereka tuju.Alesha mengedarkan pandangan saat berdiri di depan ruang IGD, ia melihat ke arah kanan dan benar saja ada Andre di sana. Perempuan itu segera menuju ke arah kakak laki-laki Kyoona, sementara Abizar mengikuti sang istri dari belakang."Kak, bagaimana Kyoona?" tanya Alesha saat telah berdiri di belakang Andre.Pemuda tinggi itu membalikkan badan dan melihat ke arah Alesha, ia sedikit terkejut dengan penampilan Alesha yang saat ini menutup aurat, sungguh sangat berbeda dari sebe
"Aku menginginkanmu dan itu membuatku menggila."Layla Mumtazah***Andre segera keluar dari kamar rawat di mana Kyoona telah dipindahkan dari ruang IGD. Ia meninggalkan Excel dan Kyoona untuk saling berbicara sementara Alesha duduk sendiri di kursi tunggu, menunggu Abizar yang tengah shalat Asyar saat ini.Excel menatap tubuh Kyoona yang terbaring di atas tempat tidur, perempuan berambut panjang itu menoleh dan menatap wajah pria yang begitu ia cintai, hingga membuatnya begitu tergila-gila."Kamu datang untukku?" ucap Kyoona, senyum mengembang di bibirnya.Excel menatap tak suka pada Kyoona. "Apakah kamu harus membuat kehebohan seperti ini?" tanya Excel saat telah berdiri di samping tempat tidur itu."Ada apa dengan wajahmu?" Kyoona melihat wajah Excel yang terluka, ia segera duduk di atas tempat tidur."Tanyakan saja pada kakakmu itu." Dengkusnya."Aku tak bermaksud seperti itu, aku hanya tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain mengakhiri hidup ini.""Aku tak peduli soal hid