Share

Persiapan Pernikahan

Penulis: DV Dandelion
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-14 11:42:30

Seminggu sudah berlalu sejak pertemuan dua keluarga yang tidak menghasilkan titik temu. Belinda dan Ardan mantap memilih jalan mereka sendiri. Tanpa restu Herman Tarigan. Tanpa dukungan harta keluarga besar calon mempelai laki-laki. Hanya cinta yang sama-sama mereka genggam dan keyakinan bahwa Allah akan memudahkan niat yang baik.

“Saya serius dengan Belinda, Om. Mohon restu kami untuk menggenapkan separuh agama. Insyaa Allah saya juga punya modal untuk memulai hidup baru dari hasil usaha saya sendiri,” pintu Ardan sungguh-sungguh.

“Kalau memang serius, jangan ditunda-tunda lagi,” ucap Juragan Manan suatu sore sambil menyeruput kopi. Nada bicaranya datar, tapi sorot matanya tegas.

Belinda yang duduk di sebelah Bahtiar langsung menunduk. Wajahnya memerah, matanya berkilat antara gugup dan bahagia.

Ardan yang duduk di seberang meja segera mengangguk mantap. “Kami juga maunya begitu, Om. Nikah di KUA, undang tetangga dan teman dekat, lalu makan-makan sederhana. Tidak perlu pesta mewah. Y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Rehat Sejenak

    Sebuah koper besar terbuka di atas tempat tidur. Ayu sibuk memasukkan pakaian hangat, kerudung, perlengkapan mandi, serta barang lainnya. Sesekali ia berhenti, senyum-senyum sendiri, lalu kembali melipat pakaian dengan rapi. Rasa penat beberapa hari terakhir seolah luruh, berganti dengan semangat baru menyambut perjalanan menuju Puncak, Bogor.[Aku ada ide! Gimana kalau kita jalan-jalan ke puncak? Aku punya villa di sana. Kita nginep sambil barbeque-an.]Itu bunyi pesan Sora beberapa hari lalu. Ayu awalnya kaget, tapi setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya itu bukanlah ide yang buruk.[Mau camping nggak, Teh? Aku kangen banget camping di gunung kayak waktu Pramuka SMA.][Boleh banget! Kita bangun tenda di lapangan sebelah villa aja. Biar nggak terlalu repot kalau butuh apa-apa.]Ayu membalas dengan emoji senyum disertai mata love. Pesan lanjutan dari Sora kembali masuk.[Kamu ajak Bang Tiar juga, ya. Suami juga ikut soalnya.]Ayu terpikir untuk mengajak Uri sekalian. Baginya, liburan

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Memecat Karyawan

    Ruang tamu malam itu terasa hampa. Ayu duduk di sofa dengan tangan bertaut. Wajahnya muram. Di hadapannya, Bahtiar baru saja menutup sambungan telepon dengan klien. Sejak tadi Ayu ragu membuka topik, tetapi beban pikirannya terlalu besar untuk ditahan sendirian.“Bang,” ucapnya pelan, “aku mau cerita, tapi bingung mulainya dari mana.”Bahtiar menoleh cepat, menatap istrinya penuh perhatian. “Ada apa, Sayang? Sini, sini ….”Ayu beringsut mendekat. Kepalanya rebah di paha Bahtiar dengan posisi tidur miring ke kanan. Lelaki itu lantas mengusap rambutnya dengan lembut.“Sebenarnya sedang ada masalah yang cukup serius di butik.” Ayu mengawali ceritanya.Bahtiar diam, menyimak kelanjutan ucapan sang istri. Ayu kemudian menjelaskan semuanya dari awal: perbedaan jumlah stok, diskusinya dengan Sora, hasil analisis Galuh tentang laporan keuangan, hingga Ayu yang memergoki tindakan curang karyawannya lewat CCTV.Ayu menutup ceritanya dengan pengakuan Siska, Mia, dan Wina. Tentang mengapa dan bag

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Mengumpulkan Bukti (2)

    “Ada yang nggak beres dengan laporannya, Teh. Ini kayaknya bukan sekadar salah ketik!” ucap Galuh lirih, tapi penuh keyakinan.Galuh memutar layar laptop sedikit agar Ayu bisa melihat lebih jelas. Jari telunjuknya mengetuk angka-angka yang sudah ia sorot kuning, lalu berpindah ke kertas bukti pembayaran dari suplier.“Lihat! Di bulan Februari selisihnya masih sedikit, cuma tiga cardigan. Tapi makin ke sini, jumlahnya makin banyak. Kalau cuma salah ketik, seharusnya hanya satu-dua data yang berbeda.”Ayu menunduk, membaca angka yang ditunjuk Galuh. Memang ada ketidaksesuaian dan jumlahnya mengalami peningkatan.“Terus ….” Galuh beralih pada tabel pengeluaran bulanan. “Biar nggak keliatan janggal dan angka hitungan akhirnya tetap sama, mereka nambahin pengeluaran fiktif. Kayak di bulan Juni nih, tiba-tiba ada biaya servis AC. Padahal kan AC di butik Teteh baru ganti. Masih ada garansi toko kalau memang bermasalah.”Ayu terdiam. Ingatannya langsung melayang ke nota pembelian AC yang masi

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Mengumpulkan Bukti (1)

    Ponsel Ayu berdenting di meja kerja. Notifikasi WhatsApp dari nomor Pak Arman muncul.[Bu, data pemesanan dalam kurun waktu lima bulan terakhir sudah saya kirim via email. Silakan dicek.]Ayu bergegas membuka email melalui ponsel. Ada lampiran Excel dan beberapa foto nota pengiriman.Ia menyalakan lampu meja kerja, menata beberapa lembar catatan stock opname, lalu mulai menyalin angka-angka yang tertera di layar.Semakin jauh ia membandingkan, keningnya semakin berkerut. Dugaannya benar. Jumlah yang ia pesan dan barang yang dikirim supplier sudah sesuai. Namun, jumlah itu berbeda dengan angka yang tertulis di laporan keuangan butik.Tidak ada kekeliruan dari pihak suplier. Artinya, masalah bukan dari luar, melainkan di dalam butiknya sendiri.Ayu mencondongkan tubuh, menelusuri setiap baris catatan masuk yang dibuat karyawannya. Dari situ Ayu menyadari bahwa ada sekitar 50 potong cardigan yang hilang.Tak mau gegabah menyimpulkan, Ayu segera mengecek sisa stok di gudang. Menurut catat

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Tak Ingin Curiga

    Dugaan selisih stok barang di butik membuat Ayu benar-benar gusar. Ia sudah menyisir tumpukan berkas di meja kerja, tapi catatan restok dari suplier itu seperti menghilang tanpa jejak.Dari teras, suara tawa para karyawannya terdengar jelas. Mereka baru saja selesai menikmati siomay dan es teh, lalu masuk kembali ke dalam butik dengan langkah riang. Tak ada sedikit pun raut khawatir di wajah mereka. Seolah-olah mereka memang tidak tahu-menahu soal selisih stok.“Teh, kami lanjut ke gudang, ya. Sekalian mau hitung sisa stok sarimbit lebaran tahun lalu.” Salah satu karyawan berpamitan sambil menenteng buku catatan.Ayu mengangguk singkat, mencoba memasang ekspresi netral. Padahal hatinya kacau. Ia ingin sekali menanyakan soal cardigan rajut dan harga sablon plastik yang janggal itu. Namun, lidahnya seakan kelu. Ada ketakutan kalau pertanyaannya malah disalahartikan sebagai tuduhan.Ia menarik napas panjang lalu bersandar ke kursi. Matanya memandangi tumpukan baju baru yang nantinya akan

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Jujur kepada Ibu

    Ayu duduk di meja makan dengan tatapan kosong. Sendok di tangannya hanya mengaduk-aduk bubur ayam yang sebenarnya sudah mulai dingin. Sesekali ia menarik napas panjang, tapi tidak juga menyuap makanan itu ke mulut.Bahtiar, yang duduk di seberang meja, memperhatikan sambil menyeruput teh hangat. Awalnya ia diam, berharap Ayu membuka obrolan terlebih dahulu. Namun, setelah beberapa menit, wajah istrinya tetap serius seperti sedang memikirkan sesuatu. Akhirnya ia angkat bicara.“Ayu Andini yang paling cantik se-Banyusari … buburnya nanti pusing lho kalau kamu putar-putar terus,” guraunya.Ayu memutar bola mata karena mendengar candaan garing Bahtiar. Tapi akhirnya tersenyum kecil juga.“Lagi mikirin apa sih, Sayang?”Ayu akhirnya menaruh sendoknya lalu menopang dagu. “Sejujurnya aku masih kepikiran Teh Sora, Bang. Nggak nyangka aja dia lepas jilbab di acara semalam. Mana gaunnya seksi banget lagi.”Nada suaranya masih menyimpan ketidakpercayaan. Bahtiar menatapnya dengan sabar, lalu ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status