Home / Romansa / JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN / Masalah Perselingkuhan

Share

Masalah Perselingkuhan

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2024-05-27 23:32:54

Entahlah, pertemuan dengan Ratih membuatku tak nyaman.

Dan itu bertambah saat aku mendapati dapur yang masih berantakan begitu tiba di rumah.

Aku berdecak kesal karena biasanya Miyem selalu membereskan dapur setelah memasak.

“Miyem!” panggilku sambil mengarah ke balik pintu yang menghubungkan dapur bersih dengan dapur kotor. Namun, ART-ku itu tidak kunjung menyahut.

“Miyem?!” panggilku lagi. Kali ini dengan nada yang sedikit jengkel. Aku berdecak heran. Kuputuskan untuk mengecek keberadaannya. Ternyata dia tidak ada di dapur kotor.

Aku lalu mendapati kantung belanjaannya dari pasar yang masih tergeletak di lantai.

“Astaga…” desisku sambil geleng-geleng kepala. Sayuran-sayuran ini kalau tidak langsung dicuci dan dimasukkan ke kulkas pasti akan layu. Heran, tidak biasanya Miyem lalai seperti ini.

Aku berkacak pinggang dan memperhatikan keadaan sekitar.

Lalu, mataku tertuju ke arah kamar Miyem. Jangan-jangan dia sakit? Aku pun jadi cemas.

Namun saat aku hendak melangkah ke kamar Miyem, aku mendengar suara aneh dari arah gudang.

“Ah, Om…”

Dahiku mengerut dalam sambil melangkah perlahan ke gudang.

“Om, enak banget. Terus Om…”

Napasku tercekat. Aku yakin benar itu suara Miyem. Tapi kenapa dia mendesah seperti itu, di gudang pula?

Langkahku semakin dekat dan melalui celah pintu gudang yang sedikit terbuka, aku menyaksikan tubuh Miyem yang tanpa busana bergoyang-goyang seirama.

Jantungku berdegup-degup tidak karuan. Astaga, Miyem!

Sambil menahan napas, aku menyipitkan mata, berusaha menangkap sosok pria yang menghentak ART-ku dari belakang.

Dan kini jantungku terasa mau copot begitu tahu siapa pria yang bermain gila dengan Miyem.Kepalaku mendadak pusing sementara desahan Miyem semakin menggila dari dalam sana. 

“Ssst! Jangan, keras-keras. Nanti ada yang denger. Gawat kan kalau sampai ketahuan.” Pria itu menghentikan gerakan pinggulnya. Rautnya nampak cemas.

Miyem lantas mengerang kesal. “Tenang, Om. Jam segini Nyonya belum pulang. Ayo, Om, lanjut.”

“Beneran? Baiklah, kalau gitu.”

Pria itu menampar bokong Miyem dan lenguhan mereka kembali bersahutan.

Aku bergidik jijik menyaksikan semua ini. Miyem, ART-ku yang baru berumur dua puluh tahun, bercinta dengan Rudi, tetangga depan rumahku yang notabene adalah pria setengah baya berkepala lima!

Yang aku tahu, Risa–istrinya Rudi–beberapa bulan lalu memang terkena serangan jantung ringan. Dan sejak saat itu kondisi kesehatannya menurun.

Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan bagi Rudi untuk berselingkuh, apalagi dengan Miyem, ART-ku!

Kedua tanganku mengepal erat dan napasku pun memburu. Rasanya kepalaku mengepul panas karena dipenuhi amarah. Aku punya trauma tersendiri dengan yang namanya perselingkuhan.

Perlahan, aku mengambil ponsel yang ada di saku celana.

Aku harus memberi pelajaran pada mereka berdua! Dari celah pintu, aku mulai membidik adegan perselingkuhan ini dengan ponselku.

“Om, Miyem mau sampe…” desahnya.

“Aku juga. Kita bareng ya, Om?”

Dengan napas berat, Rudi mempercepat goyangan pinggulnya.

Aku menelan ludah dalam-dalam. Entah kenapa bulu-bulu di tengkukku terasa meremang sementara jantungku jadi berdegup cepat menyaksikan semua ini.

Mata Miyem mulai terpejam. Sepertinya dia akan mencapai puncaknya.

Aku marah melihat kelakuan bejat mereka!

Tapi, di sisi lain, aku merasa iri.

Miyem bisa merasakan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan bersama suamiku sendiri.

Tanganku gemetar menyaksikan mereka akan mencapai puncak. Lalu tanpa kuduga ponselku berdering kencang. Muncul nomor yang tidak dikenal di layar.

Sontak aku memekik dan ponselku meluncur ke lantai.

Sial! Aku kepergok mengintip mereka! Tapi tunggu, kenapa aku mesti panik? Seharusnya mereka berdualah yang panik!

Maka, secepat kilat aku mengayun kaki kananku dan mendobrak pintu gudang agar membuka lebar. Kami bertiga pun saling berteriak kencang.

Miyem dan Rudi panik akan kehadiranku sementara aku panik karena melihat milik Rudi yang menggantung.

Ya, akhirnya, terjadi perang dunia ketiga di rumahku. Aku memberi tahu Risa, wanita malang itu, soal perselingkuhan suaminya saat itu juga. Risa datang ke rumahku dan melabrak habis-habisan suaminya serta Miyem.

Terus terang, aku merasa bersalah karena bagaimana pun juga Miyem adalah tanggung jawabku. Aku minta maaf pada Risa dan memulangkan Miyem di hari itu ke kampung halaman dengan bis–tentu saja aku memberinya uang pesangon.

Malamnya, aku memberi tahu Pras soal kehebohan yang terjadi tadi siang, sampai-sampai aku telat menjemput kedua putraku.

“Gila kan? Siapa yang sangka Rudi bermain api dengan ART kita, Mas?!” Aku melempar kedua tangan ke atas dengan geram.

“Yah, namanya juga lelaki, Ndin,” jawab Pras sambil memperhatikan ponselnya.

“Maksud Mas, kalau laki-laki wajar selingkuh?” tanyaku sewot dari depan meja rias.

“Bu--bukan begitu. Laki-laki itu kan butuh menyalurkan nafsunya dan kalau enggak salah istrinya itu sedang sakit kan?”

“Astaga, Mas! Tapi bukan berarti si Rudi itu harus selingkuh!”

“Ya, ya, aku tahu tindakan Rudi itu salah. Tapi sudahlah, toh itu bukan urusan kita.”

Aku naik ke atas ranjang. “Iya, tapi Miyem bekas ART kita, Mas.”

“Miyem sudah kamu pecat. Beres.” Lantas, Pras tiba-tiba memiringkan posisi badannya, menatapku. “Ndin, apa yang bakal kamu lakukan kalau aku selingkuh?”

“Cerai,” jawabku cepat. “Dan apa yang akan Mas lakukan kalau aku selingkuh?” tanyaku penasaran.

Pras mengetuk-ngetukkan ujung ponselnya di dagu sambil berpikir. “Hm, kurasa aku akan membunuhmu.”

“A-apa?”

Seketika tawa Pras pecah. “Astaga, kamu nampak ketakutan, Ndin! Aku hanya bercanda.”

Aku mendengus kesal sambil mengerucutkan bibirku. “Bercandaanmu itu enggak lucu, Mas!”

Pras kemudian berbaring dan menatap langit-langit. “Yah, yang pasti aku enggak akan membiarkanmu mengkhianatiku. Aku enggak akan melepasmu, Ndin. Kamu akan jadi milikku selamanya. Apapun yang terjadi.”

Pram tersenyum.

Tapi, mengapa aku tak merasa ada ketulusan di sana?

***

Setelah kejadian itu, tiga minggu berlalu dengan cepat.

Rumah depan kami masih kosong dengan plang yang bertuliskan ‘rumah dijual’ masih menggantung di gerbang rumah.

Risa menjual rumah miliknya.

Ya, selama ini Rudi memang menumpang hidup dengan Risa.

Pria brengsek itu mendapatkan jabatan sebagai direktur di perusahaan tekstil juga karena perusahaan itu milik keluarganya Risa.

Pernikahan dua puluh lima tahun mereka pun kandas dan Risa memilih pergi ke Amerika menyusul kedua anak mereka.

Kupikir kehidupan Risa dan Rudi sempurna, tapi nyatanya tidak.

'Sama seperti hidupku.' Aku menghela napas pelan setelah memandangi rumah itu dan tragedinya.

Lalu aku menutup pagar rumahku dan bersiap untuk melanjutkan aktivitas setelah mengantar kedua putraku ke sekolah.

Hap!

Aku mengangkat keranjang kotor pakaian anggota rumah ini dan membawanya ke mesin cuci.

Sampai saat ini aku memang belum memiliki ART lagi. Pras sudah mendesakku untuk mencari pengganti Miyem. Dia tidak ingin aku kecapekan. Tapi aku masih trauma dengan kejadian itu.

Kali ini aku mau lebih selektif mencari ART baru. Tapi ya itu, sampai sekarang aku belum menemukan ART yang terpercaya.

Namun, tidak jadi masalah sih. Sebenarnya dari dulu aku terbiasa mandiri, mengerjakan tugas rumah sendiri. Jadi, menyapu, mengepel dan lain sebagainya bukan masalah besar bagiku. Tanganku juga tidak anti dengan deterjen. Tapi sejak menikah dengan Pras, dia memang tidak membiarkanku melakukannya.

Aku malah senang tidak ada ART karena aku bisa menenggelamkan diri dengan berbagai pekerjaan rumah tangga. Kadang capek sih, tapi kunikmati saja. Toh, nanti juga aku akan dapat pengganti Miyem.

Air di mesin cuci itu berputar, menggiling pakaian hingga bersih. Lantas, aku kembali ke dapur. Setelah menggelung rambutku yang panjang, aku menenteng kantong plastik hitam berisi sampah.

Udara di luar yang cukup terik membuatku menjatuhkan pilihan pada kaos coklat muda yang tipis yang melekat ketat di tubuhku, serta celana pendek hitam yang memamerkan kakiku yang jenjang.

Toh, tidak ada yang melihatku berpakaian minim seperti ini. Area komplek perumahanku memang sepi kalau siang-siang begini.

Aku menutup kembali bak sampah dan saat memutar tubuh, aku menyadari ada mobil SUV hitam yang terparkir di depan rumah kosong itu.

Hm, apa ada calon pembeli yang datang melihat?

Saat aku sedang berpikir, gerbang pintu rumah itu bergeser. Seorang yang berpakaian formal keluar sambil membawa semacam map, diikuti oleh seorang pria jangkung yang menawan.

Deg!

Entah bagaimana, pandangan kami beradu–aku dan pria menawan itu–yang seketika menyebabkan degup jantungku jadi bertalu cepat.

'Oh, sial! Mana pakaianku minim seperti ini lagi?!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Rahasia Selamanya (END)

    “Mas Pras?!”“Ratih?!” Pras melonjak kaget ketika melihat sosok Ratih yang muncul dari balik pundaknya. “Se-sedang apa kamu di sini?!”Pandangan Ratih melirik sekilas ke arah Andini serta Andreas yang tertawan di tengah pondok. Matanya terbelalak kaget. Apalagi Ratih bisa mencium bau bensin yang menyengat.“Mas, jangan bertindak gila. Ayo, kita pulang sekarang,” Ratih bergerak mendekat, memandang Pras dengan memohon. Kedua tangan dingin wanita itu meraih tangan Pras.Namun Pras langsung menepisnya. “Pulang? Sudah kubilang, aku akan menghabisi mereka dulu, Tih. Setelah itu, baru kita bisa berbahagia.”“Tidak, Mas,” sergah Ratih cepat, menghalau gerakan tangan Pras yang hendak menyalakan korek. “A-Aku enggak ingin memiliki suami seorang pembunuh. Lagian, kita juga salah.”“Halah, persetan! Jangan ikut campur urusanku atau aku akan membunuhmu juga,” Pras memicingkan matanya yang sontak membuat Ratih bergidik ngeri.“Aku mencintaimu, Mas…sungguh…jadi, tolong jangan lakukan ini. Lepaskan me

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Terperangkap

    Telinga Andreas berdengung begitu keras saat dia kembali mendapatkan kesadarannya. Penglihatannya yang kabur kini berangsur pulih.“A-Andini?” Pria itu menoleh dan mendapati Andini yang tergolek lemah di sampingnya. Andreas berusaha menggerak-gerakkan bagian-bagian tubuhnya yang terikat erat. “Andini?” bisiknya lagi.Kedua kelopak mata wanita itu perlahan membuka. Ada sedikit kelegaan di hati Andreas melihat Andini yang menggeliat pelan.“Andreas!” Wanita itu terkesiap lemah. “Syukurlah…kamu masih hidup. Dia akan membunuh kita…”“Tidak. Kita akan keluar dari sini,” Andreas berusaha meyakinkan Andini, walau dia sendiri sebenarnya sangsi.Mata Andreas menjelajahi pondok tempat mereka disekap. Dari jendela itu, terlihat hari sudah malam. Embusan angin kencang membawa dedaunan yang jatuh menghantam permukaan jendela.Tubuh Andreas terikat erat di kursi kayu. Usahanya melonggarkan ikatan di kaki dan kedua tangannya sepertinya gagal.Di dekatnya tidak ada alat-alat tajam yang bisa dia raih.

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Jebakan Pras

    Andini mengerang pelan. Begitu kedua kelopak matanya membuka, perlahan dia mendapati penglihatannya kembali. Kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada ribuan paku yang memukul dari dalam.“Ugh…” Dia coba menggerak-gerakkan tubuhnya yang diikat dengan tali di atas kursi kayu. Namun, sekuat apapun usahanya, ikatan yang melilit di sekujur tubuhnya itu sangat kuat.Napas Andini terengah. Udara dingin masuk melalui celah-celah kayu. Dia memandangi sekitar, begitu senyap dengan perabotan-perabotan usang. Lampu bohlam kuning memendar, mengedarkan cahaya temaram.“Tolong! Tolong!” Andini berusaha berteriak, walau suara yang keluar dari mulutnya terdengar lemah. Seketika pintu dihadapannya berderit terbuka. Napas Andini tertahan. Jantungnya kembali berdebar kencang begitu sosok Pras muncul di depannya.Pras mengendus keras, sambil menyipitkan matanya ke arah Andini. Tawanya berderai, memantul ke setiap sudut ruangan di pondok kayu yang kecil ini.“Andini…” Pras berkacak pinggang, menatap bol

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Calon Pengantin yang Menghilang

    Andreas menyusuri selasar kamar hotel dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar pria itu gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya, lalu menuntunnya hingga ke tempat acara dan pada akhirnya hubungan mereka disahkan di mata negara.Membayangkannya saja sudah membuat perut Andreas bergejolak. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Andini akan berakhir manis seperti ini.Andreas menekan bel kamar Andini, setelah menghela napas pendek. Sesekali dia membenarkan posisi dasi kupu-kupunya serta jas yang dikenakannya.Namun, Andini belum juga membukakan pintu untuknya. Setelah menekan bel yang terakhir dan pintu tetap bergeming, tangan Andreas menarik turun gagang pintu kamar. Dahinya mengernyit karena ternyata kamar itu tidak terkunci.“Ndin?” Andreas mendorong pintu perlahan. “Sayang?” Andreas mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban.Dia lantas melempar pandangannya ke sekitar kamar. Mata Andreas pun tertuju ke ponsel Andini yang ada di

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Bayang-Bayang Pras

    “Argh…” Andini merintih begitu tubuhnya menghantam lantai kamarnya yang keras dan dingin. Napasnya menderu dengan kencang disertai dengan jantungnya yang berdetak begitu cepat.Andini beringsut, menyandarkan dirinya di pinggiran ranjang. Tangannya langsung meraba lehernya. “Astaga, semuanya terasa begitu nyata…” pikir Andini. Pras hadir dalam mimpinya, berusaha mencekiknya dan menyeretnya ke dalam neraka. Benar-benar mimpi yang buruk.Petir kembali menggelegar di luar sana. Andini bergidik dan seketika lampu kamarnya padam. Mimpi buruk itu belum sirna dari benaknya dan sekarang dia malah dikungkung kegelapan.Seketika, ketakutan merayapi dirinya. “Tidak,” Andini menggeleng. “Tidak mungkin pria itu muncul. Dia sudah mati. Lagian itu cuma mimpi.” Lantas, Andini mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Cepat-cepat dia menyalakan senter lalu bangkit. Dia melangkah sedikit tertatih, mengecek keadaan Eva yang tidur di boks bayi. Bayi itu terlelap dengan damai.Saat Andini menyibakkan t

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Menghitung Hari

    Senja perlahan menelan langit biru, menggantinya dengan semburat jingga yang menyerbak di atas sana. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu dahi Andini, menggerakkan helaian poninya.Sambil mendesah pelan, Andini menatap rumah tingkat dua di hadapannya. Rumah yang sudah ditempatinya selama sepuluh tahun, yang banyak memberinya kenangan indah maupun buruk.Truk pengangkut barang yang terakhir belum lama pergi. Sekarang giliran dirinya serta ketiga anaknya yang akan meninggalkan rumah ini.Pandangan Andini beralih ke spanduk yang terbentang di depan pagar rumahnya. Tulisan ‘Dikontrakan’ terpampang jelas.Akhirnya, Andini memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan mengontrak untuk sementara waktu, sebelum akhirnya pindah ke Bali tahun depan.Andreas tidak ingin menempati rumah yang dibeli oleh Pras, begitupula Andini. Lagi pula, itu adalah rumah anak-anaknya.“Yuk,” Andreas menepuk pundak Andini. “Sudah sore, kita masih harus merapikan barang-barang di rumah baru.”Andini mengangguk, mening

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ini Bukan Mimpi

    Ratih dihantam syok yang luar biasa sehingga membuat wanita itu pingsan selama beberapa saat.Seketika Ratih mengerang, membuka kedua kelopak matanya. Dadanya masih berdebar begitu melihat Pras yang ada di samping ranjang.“Ma-Mas Pras?” Dirinya masih belum bisa mencerna semua ini. Bagaimana bisa Pras hidup kembali? Jelas-jelas dia dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tempo lalu.“Akhirnya kamu sadar juga,” raut wajah Pras terlihat sedikit cemas. “Tenang, Tih. Aku bukan hantu.”Ratih beringsut, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. “Ta-tapi, bagaimana bisa? Mas Pras sudah mati…”Pras mendengus. “Kenyataannya aku masih hidup.”Ratih menjulurkan tangannya, meraba lengan Pras yang kini lebih berotot. “Astaga, jadi ini bukan mimpi?”Pras bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah jendela, memandangi langit biru yang membentang di luar.“Selama ini, aku memalsukan kematianku,” tandas Pras.“Tapi, untuk apa, Mas?” Ratih terdengar penasaran.Kedua tangan Pras tenggelam di saku

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Aku Kembali

    Tubuh Ratih seakan membeku. Degupan jantungnya kini berdebar begitu hebat.‘Tidak. Ini enggak mungkin! Mas Pras sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu!’ Pekik Ratih dalam hati.Namun, sebesar apapun usahanya untuk mengindahkan pikiran itu, tetap saja Pras berdiri di depannya, dengan tubuh yang jauh berbeda seperti sebelumnya.Otot-otot tangan Pras menonjol dengan dada yang lebar.“Hai, Ratih,” Suara itu jelas suara Pras. Dia tidak meragukannya sedikit pun! Mata Ratih mengerjap cepat, berharap semua ini mimpi.Namun, wangi aroma bunga yang menyebar di tokonya terasa begitu nyata. Bayangan Pras yang mendekat pun juga nyata.Tubuh Ratih gemetar hebat dan sentuhan tangan besar di bahunya semakin menekankan bahwa Pras belum mati. Tapi bagaimana mungkin?!“Ma-Mas Pras?” Suara Ratih terdengar parau kali ini. Bola mata Pras menatapnya tajam. “Kenapa kamu terlihat begitu ketakutan, hah? Aku bukan hantu.”“Ta-Tapi…bu-bukanya Mas…”“Tewas dalam kecelakaan pesawat itu?” Pras melanjutkan kalima

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Dari Hati ke Hati

    “Tinggalkan putraku,” ucap Brenda saat mereka duduk berhadapan di ruang tengah.Kedua bola mata Andini langsung membelalak lebar. “A-Apa?” Bibirnya bergetar dengan pernyataan Brenda yang bagai petir di siang bolong itu.Brenda menghela napas pelan, seiring dengan kedua bahunya yang merosot. “Itu mungkin ucapan dari orangtua yang egois,” tukas Brenda lagi. “Tapi aku bukan tipe orangtua yang egois, Andini.”Kedua alis Andini bertautan. Dia masih belum menangkap maksud ucapan Brenda.“Aku enggak mungkin menyuruh Andreas untuk meninggalkanmu. Aku tahu, dari tatapan dia melihat dirimu, Andreas pasti sangat mencintaimu,” pandangan Brenda beralih ke Andini yang masih nampak tegang.Brenda lantas menggeleng. “Tidak, aku enggak akan menyuruhmu untuk meninggalkan putraku. Dan soal perbincangan semalam…”“Maafkan aku,” sela Andini cepat. “Enggak seharusnya aku mencuri dengar percakapan kalian. Aku tahu aku kelewatan, Tante.”Brenda bersedekap. “Semalam kami agak dipengaruhi alkohol. Jadi, perasa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status