Share

BERPURA-PURA

Penulis: teh sit
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-20 13:59:48

Langkahnya gontai, menelusuri lorong jalan yang sepi, suara koper terdengar nyaring, dia.. Alleta, seorang gadis yang baru saja di usir dari rumahnya.

"Ibu, bagaimana bisa, aku hidup tanpa dirimu."

"Ayah sudah berubah, bu, dia tidak sayang denganku lagi, tolong bawa aku dari sini bu, peluk aku."

Suara pilu, terdengar dari mulut Alleta, dia benar-benar terluka atas perlakuan sang ayah.

Alleta bingung, dia harus pergi kemana.

Setelah melamun cukup lama di sisi jalan sepi itu..

"Sierra, aku bisa kerumah dia," batin Alleta.

Alleta bergegas menuju ke rumah sang sahabat, karena itu satu-satunya harapan terakhir dia.

Alleta mengetuk pintu rumah Sierra, tapi Sierra tak kunjung membukanya.

"Mungkin Sierra sudah tidur," batin Alleta.

Alleta putus asa, dia bingung harus pergi kemana, karena rumah Kayla cukup jauh dari sana, apa lagi hari sudah malam.

Namun.. Saat Alleta akan meninggalkan kediaman Sierra, tiba-tiba pintu rumah terbuka.

"Ya, siapa?" tanya Sierra, sembari mengucek matanya, karena terbangun dari tidurnya.

Alleta membalikan tubuhnya, dia menatap kearah Sierra dengan tatapan sendu.

"Alleta, kamu kenapa malam-malam kesini?" tanya Sierra cemas, dia langsung mendekati Alleta.

Tapi, Alleta diam.. Dia tidak bicara sepatah kata pun, kemudian Alleta memeluk Sierra, tangisannya terdengar nyaring di telinga Sierra.

"Yasudah, ayo masuk, diluar dingin," ajak Sierra, dia sudah menduga kalo kedatangan Alleta ada sebabnya.

Sierra membawa koper Alleta, lalu dia menyuruh Alleta duduk di ruang tamu.

"Mau minum apa, biar aku buatkan?" tanya Sierra.

Alleta menggeleng, lalu dia memegang tangan Sierra.

"Kamu duduk saja disini, temani aku," pinta Alleta, dengan suara yang lemah.

Sierra menarik napas, lalu dia duduk di sebelah Alleta.

"Sebenarnya ada apa, kenapa malam-malam seperti ini kamu membawa koper?" tanya Sierra,

"Wajahmu, lenganmu, kakimu, penuh dengan luka, siapa yang berbuat jahat?" lanjut Sierra, dia menatap tubuh sang sahabat yang sudah banyak bekas pukulan.

"Ibu dan adik tiriku, mereka memukul aku karena katanya, aku sudah membuat mereka malu, aku anak tidak tahu diri, makanya tidak layak tinggal bersama mereka," jawab Alleta, dia menyusut air matanya.

  "Kita lapor polisi aja, ya. Supaya mereka sadar akan kesalahannya," kata Sierra.

Alleta menggeleng, "Aku nggak apa-apa, Ra. Kamu tenang saja, kalau aku melaporkan mereka, mereka akan membalikan fakta atau membuat drama. Aku sudah muak!"

Sierra langsung memeluk sang sahabat, dia tahu bagaimana perasaan Alleta saat ini.

"Aku akan jadi orang terdepan yang membela kamu," ucap Sierra,

"Maaf, aku tidak bisa mencegah ini semua," lanjut Sierra.

Alleta menggeleng, dia memeluk erat Alleta, suaranya terisak menahan air matanya, agar tidak jatuh.

"Sekarang waktunya tidur, sudah malam," kata Sierra,

"Kita tidur bareng," lanjut Sierra tersenyum.

Alleta mengangguk pelan, dia mengikuti langkah Sierra.

"Koper taruh saja disana, besok kita bereskan bajumu kedalam lemari," ucap Sierra.

 "Ra, makasih udah nolongin aku," kata Alleta.

"Aku akan selalu menolong kamu atau pun Kayla, karena kalian keluarga aku," jawab Sierra tersenyum.

Setelah mereka membahas sesuatu, akhirnya keduanya tertidur sangat pulas malam ini.

***

Pagi hari datang, Sierra terbangun dari tidurnya lalu dia memasak untuk sarapan dirinya dengan Alleta.

"Ra, udah masak aja," ujar Alleta, yang masih memakai baju tidurnya.

"Hari ini kamu libur kerja, 'kan. Nikmati aja tidurnya," sahut Sierra tersenyum.

Karena Sierra cukup tahu bagaimana Alleta saat berada di rumahnya, tidak bisa tidur nyenyak.

"Udah biasa, bangun jam segini," ujar Alleta.

Saat keduanya sedang asik bicara, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.

"Aku aja yang buka," kata Alleta.

Alleta langsung bergegas kearah pintu, dia penasaran dengan orang yang bertamu pagi-pagi.

"Selamat pagi, saya ditugaskan untuk mengirim bunga, buat nona Sierra," ucapnya.

"Kalo boleh tahu, ini dari siapa, pak?" tanya Alleta bingung.

Pasalnya, Sierra tidak pernah cerita apa pun prihal laki-laki.

"Yasudah, saya akan kasih barang ini ke sahabat saya, terima kasih ya, pak," ucap Alleta.

Lalu, Alleta membawa barang itu ke dalam rumah.

"Ra, kenapa kamu nggak pernah cerita, kalo kamu punya kekasih selama ini," ujar Alleta.

Sierra hanya tertawa, karena ucapan sahabatnya tidak masuk akal.

"Pagi-pagi gini, jangan suka bercanda, aku tidak mempunyai kekasih," sahut Sierra tertawa.

"Lalu, kiriman bunga di pagi hari ini apa, kalo bukan dari kekasih kamu," kata Alleta,

"Orang asing tidak mungkin mau repot-repot," lanjut Alleta.

"Baca aja, siapa pengirim bunga itu," ucap Sierra.

Lalu, Alleta membaca si pengirim bunga itu, sontak saja dia kaget.

"Karel."

"Kalian pacaran?" tanya Alleta.

"Jangan ngaco, aku tidak mungkin mempunyai hubungan serius dengan laki-laki yang keluarganya tidak setuju," jawab Sierra.

"Lalu, bunga ini?" tanya Alleta lagi.

Sierra menghembuskan napas panjang, mau tidak mau, dia harus menjelaskannya kepada sahabatnya itu.

"Setiap pagi, Karel selalu mengirim bunga. Kadang dia yang kesini, terkadang kurir yang mengantarkannya," jawab Sierra.

"Karel belum tahu, kalo ibunya mengancam dan menghina kamu waktu itu?" tanya Alleta lagi.

"Tidak, dia tidak mengetahui itu," jawab Sierra.

"Kenapa ngak di ceritain aja sama Karel?" ujar Alleta.

"Aku tidak mau kalo Karel berantem dengan ibunya, karena aku yakin, kalo Karel akan membela aku," jawab Sierra.

Alleta cukup tahu, kalo Sierra memang mempunyai perasaan kepada Karel.

Alleta mengelus punggung Sierra, "Kamu yang sabar, ya."

"Aku nggak apa-apa, mungkin aku dengan Karel tidak di takdirkan bersama, meskipun kita mempunyai perasaan yang sama," ujar Sierra,

"Udah ah, jangan membahas itu, kita sarapan dulu, aku akan ke restoran," lanjut Sierra.

Alleta menyantap masakan Sierra yang tidak ada duanya, dia tidak mau terlalu membahas permasalahan dia dengan Karel.

Setelah menyelesaikan sarapannya, dan melakukan olahraga sebentar, Sierra langsung meninggalkan rumahnya.

"Semoga, Karel tidak datang ke restoran, aku benar-benar tidak bisa selalu bertemu dengan dia," batin Sierra.

Jarak rumah dengan restoran tidak terlalu jauh, akhirnya dia sampai ke restorannya.

"Selamat pagi bu Sierra," sapanya.

"Pagi, semangat bekerja untuk hari ini," ucap Sierra tersenyum manis.

Sierra tidak pernah membedakan karyawannya, dia menganggap mereka semua keluarga.

 "Selamat pagi, nona Sierra."

Sierra kaget, mendengar suara yang cukup dia kenal.

"Tuan Zane," ujar Sierra.

"Boleh saya duduk di depan nona?" tanya Zane.

"Silahkan," jawab Sierra.

"Restoran milik anda nona?" tanya Zane.

"Kalo bukan milik saya, untuk apa saya berada disini pagi-pagi begini," jawab Sierra ketus.

Zane hanya tersenyum menyeringai.

 "Apa yang membuatmu tidak tertarik dengan pesona saya?" tanya Zane.

Sontak saja Sierra tertawa, "Nggak semua wanita, harus terpesona dengan pria seperti anda."

"Lagian, saya lihat-lihat, anda sudah sedikit tua," lanjut Sierra.

Mendengar hinaan Sierra, cukup membuat Zane kesal, tapi dia tahan rasa kesalnya.

"Karel, dia kesini," batin Sierra,

 "Bantu saya, saya akan melakukan apa pun untuk ada tuan," ucap Sierra.

Zane cukup bingung, dengan permintaan Sierra.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MISI RAHASIA

    "Alvaro, lihat RS itu!" Zane menunjuk kearah bangunan megah itu, kalau di lihat dari luar, itu hanya sebuah RS biasa, selain Zane, tidak ada yang tahu kalau di balik RS itu menyimpan sebuah rahasia yang cukup menegangkan. "RS itu, di sana tempat orang-orang gila menjual organ-organ dalam tubuh manusia!" "Merek menculik anak-anak, atau menipu orang dewasa dengan pekerjaan, lalu membawanya kesana!" Zane mengajak Alvaro masuk, karena Alvaro harus mengetahui dibalik RS itu ada apa. "Seperti RS biasa, banyak orang berlalu lalang di sini, dan juga banyak pasien yang berobat kesini." Tidak ada keanehan dalam pandangan Alvaro, sama persis seperti pandangan orang awam yang berobat ke RS itu. "Semua orang yang tidak tahu gelapnya RS ini memang akan mengatakan hal demikian! Mereka sering kali tidak sadar kalau sudah masuk kedalam RS ini, mereka akan kehilangan!" Dengan suara yang pelan, Zane menjelaskan hal dasar tentang RS itu. "Kehilangan? Maksud tuan?" tanya Alvaro, dia

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    KIRAIN MALING!

    "Semalam, gua pulang sama siapa?" tanya Sierra, yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia masih sangat ngantuk sekali. "Tidurlah lagi aja, Lo pasti masih ngantuk 'kan!" suruh Aletta. "Gua harus ke restoran Letta!" ujar Sierra. "Udah, Lo tidur aja dirumah, biar gua yang ke restoran," kata Aletta. "Lo yakin?" tanya Sierra, "Lo nggak sibuk?" "Enggak kok, aku lagi free," jawab Aletta tersenyum. "Yaudah, gua percaya sama Lo," kata Sierra. Aletta langsung pergi meninggalkan Sierra, sedang 'kan Sierra masuk kedalam kamarnya lagi, dia akan melanjutkan tidurnya, karena merasa masih mengantuk. Sedangkan Aletta baru saja sampai ke restoran, dia sudah melihat kalau restoran sudah ramai pengunjung, meskipun masih siang. "Selamat siang nona Aletta," sapanya, dengan nada sopan. "Selamat siang!" jawab Aletta, "Hari ini saya yang akan mengurus restoran, nona Sierra sedang sakit," sambung Aletta. "Baik nona Aletta!" Semua pegawai di sana, sudah tahu siapa Aletta dan juga Kayla, jadi saat

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MISI YANG GAGAL

    "Damn! Siapa yang sudah menggagalkan rencana kita!" "Ini diluar kendali kita, tuan!" kata Alvaro, menundukan kepalanya."Selama ini kita selalu berhasil melakukan transaksi dipelabuhan itu, tapi kenapa sekarang gagal!" Amarah Zane marah padam.Alvaro hanya terdiam, karena dia tahu kalau transaksi barang ilegal ini harus secepatnya dikirim, tapi seseorang sudah menggagalkannya."Cari tahu, siapa dibalik semua ini!" titah Zane."Baik tuan, saya akan mencari orang itu, dan akan membawanya kesini," jawab Alvaro."Pastikan bawa dia hidup-hidup, akan aku bunuh dengan cara mengerikan!" "Baik tuan!" jawab Alvaro.Setelah mengatakan itu, Zane langsung meninggalkan markas, dengan perasaan yang masih emosi."Sial, bajingan!" Zane memukul setir mobilnya. ***Sedangkan di sisi lain, Sierra kembali ke restorannya, meskipun hari sudah malam, tapi restorannya masih ramai.Sierra mengganti baju, lalu dia kembali keruangannya."Capek juga, ya!" batin Sierra, dia menghela napas berat."Selamat mala

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    BERLIAN

    Pagi-pagi sekali, Sierra sudah disibukan dengan pekerjaan rumah, dia membagi pekerjaan rumahnya dengan Aleta, agar cepat selesai.Aletta memasak, agar saat Sierra selesai membereskan rumah, dia bisa langsung makan."Sie, kalau capek, diem dulu aja, makan kue buatan gua dulu," kata Aletta."Tanggung Let, ini sebentar lagi selesai kok," jawab Sierra tersenyum."Yaudah deh, gua nggak bisa maksa," ujar Aletta, menggelengkan kepalanya.Keduanya melanjutkan pekerjaan masing-masing sampai selesai, lalu mereka makan. Karena kalau menunggu Kayla akan lama, Kayla izin pulang, karena ada kepentingan mendadak.Saat mereka sedang makan, bel rumah berbunyi."Nggak mungkin Kayla, dia 'kan kalau kesini suka langsung masuk aja," kata Sierra."Lo buka aja, siapa tahu ada tamu penting," ujar Aletta."Mengganggu waktu makan, aja!" kesal Sierra.Dengan terpaksa, Sierra membuka pintu rumah.. Saat dia membukanya, Sierra kaget dengan kedatangan seseorang yang cukup dia kenal."Sayang!" sapa Malaikha, dengan

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MISI YANG SAMA

    "Jadi, apa yang membuat Lo datang kesini dengan wajah yang masam?" tanya Sierra."Gua butuh bantuan Aletta!" jawab Kayla."Butuh bantuan apa, Kay?" tanya Aletta."Seseorang telah meretas data perusahaan gua, dan mungkin yang melakukannya orang perusahaan, sehingga gua kecolongan," kata Kayla kesal."Pantas saja datang dalam keadaan kesal," sahut Sierra."Kirim data-datanya, biar gua cari tahu," pinta Aletta."Gua udah kirim ke email Lo, lihat aja," kata Kayla."Oke, tunggu sebentar. Gua pasti akan menemukan orang yang Lo maksud," ujar Aletta.Aletta memang seorang hacker, identitasnya tersembunyi, tapi dialah yang selama ini menutupi identitas kedua sahabatnya yang asli, sehingga tidak ada satupun orang yang tahu siapa mereka. Karena Aletta benar-benar menyembunyikannya, siapapun tidak ada yang bisa menandingi kemampuan Aletta, dalam meretas identitas seseorang."Karyawan Lo yang menjual data perusahaan Lo, informasi lengkapnya udah gua kirim ke email Lo," kata Aletta.Hanya dalam wak

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MEMILIKI

    Sierra terdiam mematung, saat Zane mendekati wajah Sierra dengan sangat intens."Zane, apa-apaan sih!" Suara Sierra seperti terhenti, dia menelan ludahnya.Zane langsung mencium Sierra dengan sangat lembut, naluri nafsunya meningkat saat Sierra mengatakan kalau Zane tidak tampan.Sierra melotokan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang Zane lakukan itu, dia akan menolak. Tetapi tenaga Zane lebih kuat dari dirinya, sehingga Sierra hanya diam mematung."Itu hukuman untukmu!" kata Zane."Hukuman? Memangnya apa yang sudah aku lakukan?" tanya Sierra."Saya tahu kalau kamu mengatakan, saya itu tidak tampan!" jawab Zane.Sierra tertawa, mendengar alasan Zane."Kan memang standar ganteng itu beda-beda, kamu tidak bisa memaksa 'kan aku untuk melihat kamu tampan," ujar Sierra."Diamlah, jangan sampai saya bersikap yang lebih dari tadi," kata Zane."Aku tidak takut!" ancam Sierra,"Lagian kita tidak mempunyai hubungan apa-apa, kita hanya pacaran pura-pura, kamu harus ingat itu!" Sierra kemba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status