Bab 3
Aparteme
"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Nau
"Biar kami jalani saja dulu, Pa. Kami perlu waktu untuk adaptasi. Bagas juga berencana untuk membawa Naura untuk tinggal di apartemen. Kami ingin belajar mandiri. Lagian, jarak apartemen dengan kantor dan kampus Naura kan tidak terlalu ja
"Kamu yakin mau tinggal di apartemen? Apa tidak sebaiknya tinggal sama Mama Papa dulu? Naura itu masih manja banget lho," ujar Mama Na
"Udah, Ma. Biarin saja mereka tinggal di apartemen. Benar kata Bagas. Biar mereka belajar mandiri. Papa mendukung keputusan kamu, Gas. Cuma pesan Papa, tolong, jaga putri Papa baik-baik! Bimbing dia agar bisa menjadi istri yang ba
"Tentu,Pa," jawab Bagas sembari tersen
*******
Sore itu juga mereka langsung berangkat menuju apartemen dengan diantar kedua orang tua mere
"Wah, apartemennya bagus sekali. Kamu pinter milihnya. Tidak terlalu besar, tapi tidak kecil juga. Cocok untuk pasangan pengantin ba
"Iya, Ma. Saya sengaja memilih apartemen yang tidak terlalu luas. Jadi mudah membersihkann
Setelah mereka berbincang cukup lama, akhirnya para orangtua pamit pula
"Naura, mama pulang dulu. Jaga diri baik-baik. Nurut sama suami. Jangan bandel.
"Iya,
"Naura sayang,Bunda pulang dulu ya! Kalo ada apa-apa, jangan sungkan telpon Bunda. Bagas, titip menantu bunda. Jangan dibikin nang
"Bagas, Papa titip Naura
"Iya, Pa. Saya akan menjaganya dengan ba
Mereka saling berpeluk
Setelah para orangtua pulang, Naura dan Bagas duduk di depan TV.
"Kak Bagas, kenapa buru-buru ngajak gue tinggal disini, sih? Kan gue masih pengen nginep di rumah Mama atau Bunda gi
"Kalo kita nginep disana, yang ada kita dipaksa tidur satu kamar. Kamu mau tidur bareng bagi? Kalo gue mah o
"Iya, ya. Bener juga. Gue juga ogah tidur sekamar dengan kak Bagas. Bikin alergi saja. Trus gue tidur dima
"Tuh, kamar kamu yang itu. Kamar gue yang sana. Dah, sana masuk kamar. Beresin sendiri barang elo. Gue mau tid
"Kak Bagas, gue boleh tanya g
"Tanya apa
"Eeeee, itu. Tentang ...eeeee
"Mo tanya apa sih? A e a e. Gak jelas bang
"Itu, mau tanya tentang kak Kirana. Memangnya dia gak ada hubungi kakak gitu?" tanya Naura hati-h
Bagas terdiam. Jujur, hatinya masih sakit menerima kenyataan ini. Seharusnya hari ini dia sedang berbahagia karena menikah dengan gadis yang dia cint
Tapi kenyataannya, gadis itu pergi tanpa sebab. Tanpa memberi kabar. Dia tidak tahu apa kesalahannya. Kenapa Kirana begitu tega melakukan semua
"Maafin gue ya, Kak. Gue gak bermaksud menyinggung perasaan kakak," ujar Naura yang merasa tidak e
"Gue juga gak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalo memang gue melakukan kesalahan, seharusnya dia ngomong. Tidak seperti ini. Tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Sudahlah, tidak usah dibahas. Gue mau tidur," ujar Bagas sembari beranjak ke kamarn
Naura yang merasa tidak enak pun, akhirnya masuk ke kamarnya ju
*********
Pagi ini Naura memulai hari pertamanya sebagai istri. Setelah bangun tidur, dia bergegas menuju dapur dan membuka kulka
"Di kulkas cuma ada telur doang. Bikin omelet dan sandwich ja deh. Ada roti juga di meja makan," katanya pada diri send
Tidak lama kemudian semua sudah siap. Dia juga menyeduh secangkir kopi hitam untuk suaminya dan teh hangat untuk dirinya send
"Wuih, nyonya Bagas jam segini sudah sibuk ja nih. Bikin apaan?" tanya Bagas yang tiba-tiba munc
"Iiiiih… Kak Bagas! Bikin kaget saja. Di kulkas cuma ada telur doang. Jadi gue cuma bikin omelet sama sandwich. Tuh, dah tak bikinin kopi juga. Yuk sarapan!" ajak Na
"Kamu gak masuk kuliah?" mereka sarapan sambil berbinc
"Masuklah. Habis ini siap-siap. Kan, kemarin gak ada izin cuti. Orang dadak
"Ya udah, ntar gue anterin. Gue cuti 3 ha
"Iya, Kak. Hari ini cuma ada satu mata kuliah ja kok. Pulangnya dijemput gak? Nanti sekalian mampir belanja, ya! Di kulkas g ada apa-a
"Emang elu bisa mas
"Bisalah. Enak saja. Mama pasti ngomel-ngomel kalo anak gadisnya gak mau bantuin di dapur. Kata mama, nanti kalo gue sudah nikah, gue harus bisa memanjakan suami dengan masakan gue. Biar makin lengk
"Bener tuh. Oke ntar pulang gue jemput sekalian belan
"S
**********
"Naura…! Sini!" teriak Prilly, sahabat dekat Naur
"Tumben gak bawa mobil sendiri. Siapa tadi yang nganterin? Jangan bilang gebetan elo ya! Kasin ntar si Nico patah hati lagi," imbuh
Naura hanya bisa nyen
"Itu tadi dianterin kak Bagas. Mobil gue masih di bengkel. Iya,di bengkel," ujar Naura. Dia tidak tahu harus mulai dari mana untuk menceritakan tentang pernikahann
"Ih … kok kak Bagasnya gak diajak turun, sih! Kan, gue mau mengagumi ketampanannya!" ujar Pril
"Idih … lebay!" cibir Na
"Halo, Cantik! Wuih, dah nongkrong ja nih! Ntar pulang kuliah jalan yuk! Ada pembukaan kafe baru di simpang lima," ujar Nico yang tiba-tiba nong
"Wah,boleh juga tuh. Daripada bete di rumah. Bagaimana, Ra?" tanya Pri
"Aduh, sori banget ya. Gue gak bisa. Ntar gue dijemput kak Bag
"Tumben elu mau-mau saja diantar jemput sama tuh orang. Biasanya paling ogah secara dia kan jahilnya 11 12 sama kak Marchel,"ujar Prilly curi
Prilly memang sahabat dekat Naura sejak SMA. Jadi, dia tau banyak tentang keluarga
"He……..," Naura hanya bisa nyengir k
"Elu beneran gak bisa, Ra? Yach, gue kecewa dong," ujar N
"He……. sori ya, Nic! Mungkin lain kal
"Oke deh. Ya udah,yuk, masuk kelas! Tuh, pak Adnan sudah data
Mereka bertiga bergegas masuk ke
**********
"Udah? Itu doang belanjanya?" tanya Bagas. Sekarang mereka sedang belanja di mall dekat aparteme
"Iya, gue rasa udah cuk
"Elu gak pengen beli apa-apa? Baju, tas, sepa
"Emang kak Bagas mau beli
"Ya elah, Ra! Kan elu dah jadi istri gue. Jadi tanggung jawab gue. Ya pasti gue nafkahin lah. Meskipun gue belum bisa kasih nafkah batin, paling gak gue kasih elu nafkah lahir du
"Ish, kak Bagas. Apaan sih," ujar Nau
Wajahnya merah merona mendengar Bagas membahas masalah nafkah bat
"Ngapain wajahnya malu-malu gitu? Mau, ya?" goda Bagas sambil menaikturunkan ali
"Mana ada? Situ kali yang ngarep? Secara, setiap hari kan lihat kecantikan dan keanggunan gue," jawab Naura pongah untuk menutupi kegugupan
Bagas tertawa terbahak. Melihat itu, Naura memajukan bibirnya. Cember
"Udah selesai belum ketawanya? Kalo udah, ayo pulang! Gue cap
"Beneran gak pengen beli apa-a
"Gak. Udah, itu a
"Ya udah. Yuk, makan siang di food court ja sekalian! Keburu lap
"Ayokl
Tiba-tiba, ada yang menyapa Naur
"Naura!" a. ah!"er."ja."pa?"ek!"ut.nya.s. in. ra. lu."in?"tu?"up."n. ***las.ng."i."ico.uda.nya.ga. as."lly.ol. ura.ly.ya. gir.nya.a. ***ip."ja."et."ak?"pa."ri."an."ang.ura.ul. iri.iri.s. ***ga. ya. nak.itu.ai. ati.et." …."an?"ak?"ur."na?"gah."tu." an. ik."ya."is."Ma.""ng. ya."ru."ka.*****yum.ik."ura.uh."ra.n. Cemberut.
"Udah selesai belum ketawanya? Kalo udah, ayo pulang! Gue capek!"
"Beneran gak pengen beli apa-apa?"
"Gak. Udah, itu aja."
"Ya udah. Yuk, makan siang di food court ja sekalian! Keburu laper."
"Ayoklah!"
Tiba-tiba, ada yang menyapa Naura.
"Naura!"
Bab 4CemburuTiba-tiba, ada yang menyapa Naura."Naura!""Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar."Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman."Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas."Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka."Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya."Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi."Bukan, Kak! Itu ….""Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.&nbs
Bab 5Saling Membuka HatiTanpa terasa, pernikahan mereka sudah berjalan 3 bulan. Selama ini, mereka rutin setiap Minggu mengunjungi orang tua mereka. Mereka tidak pernah mengizinkan orang tua mereka mengunjungi apartemen. Takut ketahuan tidur terpisah. He……Ting... tong….Bel rumah berbunyi.Begitu pintu terbuka," Kejutan…."Naura hanya bisa melongo melihat siapa yang datang."Mama? Bunda?""Kenapa wajah kamu seperti itu? Sepertinya tidak senang melihat kami datang," tanya bunda Bagas."Bukan begitu, Bun. Naura hanya kaget saja. Ayo masuk, Bun, Ma!" ujar Naura."Bagas belum pulang?"&
Bab 6Tidur Sekamar"Bagaimana hubunganmu dengan Nico?" lanjut Bagas."Hubungan apaan? Gue sama Nico gak ada hubungan apa-apa.""Beneran? Sepertinya, dia suka sama lo.""Iya sih, memang benar dia suka sama gue, malah dia pernah nembak gue. Hanya saja, gue nganggap dia teman doang.""Kenapa?""Ya … gak papa. Kan, emang perasaan gak bisa dipaksain.""Dia ganteng, lho! Pasti banyak yang suka. Meskipun, masih gantengan gue jauh sih!"Naura tertawa terpingkal mendengar kepedean Bagas."Ha … ha … ha…. Ih … Kak Bagas! Orang lagi serius juga, bisa aja bercanda
Bab 7Naura Cemburu" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar."Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya."Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu."Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas."Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura."Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas."Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."Naura
Bab 8Bagas Sakit"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul."Emangnya lo siapa? Gak usah ikut campur!" ujar Nico ngegas."Lo belum tahu siapa gue? Dengarkan baik-baik. Gue suaminya Naura. Jadi, jangan pernah lo coba ganggu dia lagi! Ngerti lo!" ujar Bagas."Apa benar yang dia katakan, Ra?" tanya Nico kepada Naura."Udah dibilangin, masih saja ngeyel!" ejek Bagas."Gue tanya sama Naura, bukan sama lo!" ujar Nico sambil menunjuk muka Bagas."Apa lo pake nunjuk-nunjuk?" Bagas tersulut emosinya."Kur*ng aj*r!" teriak Nico.Bugh …. Nico menghantam wajah Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat meng
Bab 9Bulan MaduPukul 08.00 WIB Naura terbangun. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Rasanya nyeri sekali. Tapi dia bahagia. Hari ini, dia sudah menjadi istri Bagas seutuhnya.Dia sadar, selama ini dia sudah mulai jatuh cinta pada sang suami. Cinta yang dia pendam sendiri, karena menunggu sang pujaan hati benar-benar siap membuka hati. Wajahnya merona saat ingat kejadian tadi."Masih sakit?" tanya Bagas lembut saat mendapati Naura keluar perlahan dari kamar mandi."Gak kok! Udah mendingan."Bagas menghampiri Naura, lalu membopongnya menuju tempat tidur."Istirahatlah! Kamu pasti capek!""Aku mau masak, Kak! Ini sudah siang!""Gak usah masak! Kita order saja! Satu lagi! Jangan panggil aku kak la
Bab 10Tamu Tak DiundangMereka tiba di Jakarta pukul 19.00 WIB. Mereka sepakat untuk pulang ke apartemen dahulu untuk berisitirahat. Besok mereka baru akan ke rumah orang tua mereka untuk mengantar oleh-oleh.Pagi ini, saat bangun tidur, Naura merasa mual hebat. Dia langsung berlari menuju kamar mandi.Bagas yang terkejut, langsung menyusulnya. Dia memijit lembut tengkuk Naura."Bagaimana, Sayang? Sudah enakan?" tanya Bagas.Naura hanya melambaikan tangannya dengan lemas. Setelah selesai, Bagas segera membopong tubuh istrinya ke tempat tidur. Setelah menidurkan istrinya, dia bergegas menuju dapur untuk membuat teh hangat."Diminum dulu, tehnya! Biar enakan! Habis ini kita ke dokter, ya! Wajah kamu pucat banget, gitu!" ucap Bagas.
Bab 11Kirana KembaliTing … tong….Bel rumah berbunyi.Naura bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka, Naura tertegun melihat siapa yang datang."Siapa, Sayang?" tanya Bagas sembari berjalan ke depan. Dia pun tertegun. Suasana pun sesaat menjadi canggung. "Selamat pagi! Maaf mengganggu waktunya! Boleh saya masuk?" tanya Kirana.Ya, tamu mereka pagi ini adalah Kirana. Naura hanya mampu menatap wanita itu dengan pandangan yang entah. Sulit untuk diterjemahkan."Pergilah!" ujar Bagas."Kak, ijinkan aku menjelaskan semuanya! Setelah selesai, terserah bagaimana penilaianmu! Aku hanya ingin menjelaskan semuanya!" mohon Kirana."Tidak ada yang perlu dijelaskan! Pergilah! Aku tidak ingin melihat mukamu lagi!""Tolong, beri aku waktu sebentar saja! Aku mohon!""Pergi, kataku!" Bagas berteriak keras. Naura terkaget. Baru kali ini, dia melihat Bagas semarah itu. Selama ini, Bagas terlihat tenang, bahkan saat mereka terpaksa menikah, dia terlihat pasrah. "Baiklah, aku akan pergi! Aku harap