Share

Apartemen

Penulis: Rara Qumaira
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-08 19:49:10

Bab 3

Aparteme

"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Nau

"Biar kami jalani saja dulu, Pa. Kami perlu waktu untuk adaptasi. Bagas juga berencana untuk membawa Naura untuk tinggal di apartemen. Kami ingin belajar mandiri. Lagian, jarak apartemen dengan kantor dan kampus Naura kan tidak terlalu ja

"Kamu yakin mau tinggal di apartemen? Apa tidak sebaiknya tinggal sama Mama Papa dulu? Naura itu masih manja banget lho," ujar Mama Na

"Udah, Ma. Biarin saja mereka tinggal di apartemen. Benar kata Bagas. Biar mereka belajar mandiri. Papa mendukung keputusan kamu, Gas. Cuma pesan Papa, tolong, jaga putri Papa baik-baik! Bimbing dia agar bisa menjadi istri yang ba

"Tentu,Pa," jawab Bagas sembari tersen

*******

Sore itu juga mereka langsung berangkat menuju apartemen dengan diantar kedua orang tua mere

"Wah, apartemennya bagus sekali. Kamu pinter milihnya. Tidak terlalu besar, tapi tidak kecil juga. Cocok untuk pasangan pengantin ba

"Iya, Ma. Saya sengaja memilih apartemen yang tidak terlalu luas. Jadi mudah membersihkann

Setelah mereka berbincang cukup lama, akhirnya para orangtua pamit pula

"Naura, mama pulang dulu. Jaga diri baik-baik. Nurut sama suami. Jangan bandel.

"Iya, 

"Naura sayang,Bunda pulang dulu ya! Kalo ada apa-apa, jangan sungkan telpon Bunda. Bagas, titip menantu bunda. Jangan dibikin nang

"Bagas, Papa titip Naura 

"Iya, Pa. Saya akan menjaganya dengan ba

Mereka saling berpeluk

Setelah para orangtua pulang, Naura dan Bagas duduk di depan TV.

"Kak Bagas, kenapa buru-buru ngajak gue tinggal disini, sih? Kan gue masih pengen nginep di rumah Mama atau Bunda gi

"Kalo kita nginep disana, yang ada kita dipaksa tidur satu kamar. Kamu mau tidur bareng bagi? Kalo gue mah o

"Iya, ya. Bener juga. Gue juga ogah tidur sekamar dengan kak Bagas. Bikin alergi saja. Trus gue tidur dima

"Tuh, kamar kamu yang itu. Kamar gue yang sana. Dah, sana masuk kamar. Beresin sendiri barang elo. Gue mau tid

"Kak Bagas, gue boleh tanya g

"Tanya apa

"Eeeee, itu. Tentang ...eeeee

"Mo tanya apa sih? A e a e. Gak jelas bang

"Itu, mau tanya tentang kak Kirana. Memangnya dia gak ada hubungi kakak gitu?" tanya Naura hati-h

Bagas terdiam. Jujur, hatinya masih sakit menerima kenyataan ini. Seharusnya hari ini dia sedang berbahagia karena menikah dengan gadis yang dia cint

Tapi kenyataannya, gadis itu pergi tanpa sebab. Tanpa memberi kabar. Dia tidak tahu apa kesalahannya. Kenapa Kirana begitu tega melakukan semua 

"Maafin gue ya, Kak. Gue gak bermaksud menyinggung perasaan kakak," ujar Naura yang merasa tidak e

"Gue juga gak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalo memang gue melakukan kesalahan, seharusnya dia ngomong. Tidak seperti ini. Tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Sudahlah, tidak usah dibahas. Gue  mau tidur," ujar Bagas sembari beranjak ke kamarn

Naura yang merasa tidak enak pun, akhirnya masuk ke kamarnya ju

*********

Pagi ini Naura memulai hari pertamanya sebagai istri. Setelah bangun tidur, dia bergegas menuju dapur dan membuka kulka

"Di kulkas cuma ada telur doang. Bikin omelet dan sandwich ja deh. Ada roti juga di meja makan," katanya pada diri send

 Tidak lama kemudian semua sudah siap. Dia juga menyeduh secangkir kopi hitam untuk suaminya dan teh hangat untuk dirinya send

"Wuih, nyonya Bagas jam segini sudah sibuk ja nih. Bikin apaan?" tanya Bagas yang tiba-tiba munc

"Iiiiih… Kak Bagas! Bikin kaget saja. Di kulkas cuma ada telur doang. Jadi gue cuma bikin omelet sama sandwich. Tuh, dah tak bikinin kopi juga. Yuk sarapan!" ajak Na

"Kamu gak masuk kuliah?" mereka sarapan sambil berbinc

"Masuklah. Habis ini siap-siap. Kan, kemarin gak ada izin cuti. Orang dadak

"Ya udah, ntar gue anterin. Gue cuti 3 ha

"Iya, Kak. Hari ini cuma ada satu mata kuliah ja kok. Pulangnya dijemput gak? Nanti sekalian mampir belanja, ya! Di kulkas g ada apa-a

"Emang elu bisa mas

"Bisalah. Enak saja. Mama pasti ngomel-ngomel kalo anak gadisnya gak mau bantuin di dapur. Kata mama, nanti kalo gue sudah nikah, gue harus bisa memanjakan suami dengan masakan gue. Biar makin lengk

"Bener tuh. Oke ntar pulang gue jemput sekalian belan

"S

**********

"Naura…! Sini!" teriak Prilly, sahabat dekat Naur

"Tumben gak bawa mobil sendiri. Siapa tadi yang nganterin? Jangan bilang gebetan elo ya! Kasin ntar si Nico patah hati lagi," imbuh

Naura hanya bisa nyen

"Itu tadi dianterin kak Bagas. Mobil gue masih di bengkel. Iya,di bengkel," ujar Naura. Dia tidak tahu harus mulai dari mana untuk menceritakan tentang pernikahann

"Ih … kok kak Bagasnya gak diajak turun, sih! Kan, gue mau mengagumi ketampanannya!" ujar Pril

"Idih … lebay!" cibir Na

"Halo, Cantik! Wuih, dah nongkrong ja nih! Ntar pulang kuliah jalan yuk! Ada pembukaan kafe baru di simpang lima," ujar Nico yang tiba-tiba nong

"Wah,boleh juga tuh. Daripada bete di rumah. Bagaimana, Ra?" tanya Pri

"Aduh, sori banget ya. Gue gak bisa. Ntar gue dijemput kak Bag

"Tumben elu mau-mau saja diantar jemput sama tuh orang. Biasanya paling ogah secara dia kan jahilnya 11 12 sama kak Marchel,"ujar Prilly curi

Prilly memang sahabat dekat Naura sejak SMA. Jadi, dia tau banyak tentang keluarga

"He……..," Naura hanya bisa nyengir k

"Elu beneran gak bisa, Ra? Yach, gue kecewa dong," ujar N

"He……. sori ya, Nic! Mungkin lain kal

"Oke deh. Ya udah,yuk, masuk kelas! Tuh, pak Adnan sudah data

Mereka bertiga bergegas masuk ke

**********

"Udah? Itu doang belanjanya?" tanya Bagas. Sekarang mereka sedang belanja di mall dekat aparteme

"Iya, gue rasa udah cuk

"Elu gak pengen beli apa-apa? Baju, tas, sepa

"Emang kak Bagas mau beli

"Ya elah, Ra! Kan elu dah jadi istri gue. Jadi tanggung jawab gue. Ya pasti gue nafkahin lah. Meskipun gue belum bisa kasih nafkah batin, paling gak gue kasih elu nafkah lahir du

"Ish, kak Bagas. Apaan sih," ujar Nau

Wajahnya merah merona mendengar Bagas membahas masalah nafkah bat

"Ngapain wajahnya malu-malu gitu? Mau, ya?" goda Bagas sambil menaikturunkan ali

"Mana ada? Situ kali yang ngarep? Secara, setiap hari kan lihat kecantikan dan keanggunan gue," jawab Naura pongah untuk menutupi kegugupan

Bagas tertawa terbahak. Melihat itu, Naura memajukan bibirnya. Cember

"Udah selesai belum ketawanya? Kalo udah, ayo pulang! Gue cap

"Beneran gak pengen beli apa-a

"Gak. Udah, itu a

"Ya udah. Yuk, makan siang di food court ja sekalian! Keburu lap

"Ayokl

Tiba-tiba, ada yang menyapa Naur

"Naura!" a. ah!"er."ja."pa?"ek!"ut.nya.s. in. ra. lu."in?"tu?"up."n. ***las.ng."i."ico.uda.nya.ga. as."lly.ol. ura.ly.ya. gir.nya.a. ***ip."ja."et."ak?"pa."ri."an."ang.ura.ul. iri.iri.s. ***ga. ya. nak.itu.ai. ati.et." …."an?"ak?"ur."na?"gah."tu." an. ik."ya."is."Ma.""ng. ya."ru."ka.*****yum.ik."ura.uh."ra.n. Cemberut.

"Udah selesai belum ketawanya? Kalo udah, ayo pulang! Gue capek!"

"Beneran gak pengen beli apa-apa?"

"Gak. Udah, itu aja."

"Ya udah. Yuk, makan siang di food court ja sekalian! Keburu laper."

"Ayoklah!"

Tiba-tiba, ada yang menyapa Naura. 

"Naura!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
kepotong potong kata nya dan banyak typo y tor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 52 EKSTRA PART

    Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 50 PERTEMUAN PERTAMA

    Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald

  • JODOH DEPAN RUMAH   PERJUANGAN RONALD

    Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 48 MENGUNDURKAN DIRI

    BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 47 QUEEN CAKE 'N BAKERY

    BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 46 MENJADI SEKRETARIS RONALD

    Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status