Bab 4
Cemburu
Tiba-tiba, ada yang menyapa Naura.
"Naura!"
"Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar.
"Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman.
"Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas.
"Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka.
"Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya.
"Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi.
"Bukan, Kak! Itu …."
"Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.
********
"Maaf, Kak!" ujar Naura saat sudah di mobil.
"Jadi, elo sudah punya pacar?" tanya Bagas.
"Bukan, Kak! Nico itu hanya teman kuliah gue!"
"Sepertinya dia suka sama lo! Ya, kan?"
Naura tak menjawab.
"Gue gak akan menghalangi lo dekat dengan siapapun, cuma pesan gue, jangan sampai orang tua kita tahu."
Naura menunduk terdiam.
***********
Satu Minggu telah berlalu.
Hubungan mereka masih seperti sebelumnya.
"Kak, mulai besok, gue bawa mobil sendiri, ya!" ujar Nura saat makan malam.
"Memangnya kenapa? Biasanya, bareng gue!"
"Gue gak mau ngrepotin Kak Bagas terus-terusan!"
"Terserah lo, deh! Yang penting, hati-hati dan jangan keluyuran!"
"Siap, Bos! He …."
"Gue serius. Lo udah jadi tanggung jawab gue. Jadi, kalo ada apa-apa sama lo, pasti gue yang disalahin."
"Iya, iya! Bawel!" jawab Naura sambil ngedumel.
"Apa kamu bilang?"
"He … gak kok! Ayo, lanjut makannya!"
*********
"Ra, lo bawa mobil, gak?* tanya Prilly.
"Bawa. Kenapa?" tanya Naura.
"Makan di tempat biasa, yuk! Udah lama kita gak hang out bareng!" ujar Prilly.
"Ayo!" Mereka segera berangkat.
Tiba di lokasi,mereka memilih di pojokan. Lebih privasi. Prilly sibuk memilih menu.
"Mbak, saya pesan chicken steak, jus alpukat, sama spaghetti. Kamu apa, Ra?" tanya Prilly.
"Samain aja."
"Oke. Masing-masing dua porsi ya,Mbak!"
"Baik,Mbak. Silahkan ditunggu!"
"Ra, gue boleh tanya gak?"
"Tanya apaan? Biasanya lo kalo mau tanya,langsung jeplak saja."
"Sialan lo! Gini! Duh, gimana ya tanyanya!" ujar Prilly sambil garuk-garuk kepala.
"Mau tanya apa, sih? Kok kelihatannya serius banget."
"Gue … mau tanya soal … soal … kak Bagas."
"Ngapain kak Bagas?"
"Belakangan ini kan, lo sering diantar jemput sama kak Bagas. Trus, si Nico cerita, katanya kapan hari pernah ketemu lo jalan sama kak Bagas. Gue mau tanya. Lo ada hubungan apa sama kak Bagas? Secara, biasanya lo itu anti banget sama dia."
Naura terdiam, lalu menunduk. Dia bingung.
"Kenapa, Ra? Gue salah ngomong, ya?"
Naura mengangkat kepalanya.
"Gak kok. Lo gak salah. Mungkin, memang sudah saatnya lo tahu."
Lalu, Naura menceritakan semuanya. Dari rencana pernikahan Bagas, sang calon mempelai perempuan yang menghilang, hingga dia yang tiba-tiba menjadi pengantin pengganti.
"Ya Tuhan, Ra! Kenapa gak pernah cerita, sih? Lo anggap gue apa?" ujar Prilly marah.
"Maaf, Pril! Gue bingung mau mulai dari mana!" jawab Naura sambil menunduk.
"Trus, hubungan lo gimana sama kak Bagas?"
"Gimana apanya? Ya, gak gimana-gimana. Biasa aja."
"Lo udah ngapain aja sama dia? Jangan-jangan, lo sudah …," ujar Prilly menggantung sambil memainkan alisnya.
"Udah apaan? Jangan mikir yang aneh-aneh, deh! Kami gak ngapa-ngapain! Orang tidurnya aja pisah!" jawab Naura sewot.
"Yach … kok pisah! Kan gue kecewa jadinya! Sayang, dong, cowok cakep gitu dianggurin!"
"Sialan lo! Emang lo pikir gue cewek apaan?"
"Ha … ha… ha…." Prilly tertawa terbahak melihat muka temannya yang sudah memerah.
"Seru amat! Lagi cerita apaan, sih! Mau dong, gue diceritain!" ujar Nico yang tiba-tiba nongol.
"Nic, lo disini juga? Sama siapa?" tany Naura gugup.
"Gue tadi tanya Prilly kalian dimana. Katanya disini. Ya udah, gue susulin. Bolehkan, gue gabung makan siang?"
"Boleh kok. Silahkan!" jawab Naura.
Mereka makan siang sambil berbincang ringan.
"Habis makan siang kalian mau kemana?" tanya Nico.
"Gue mau pulang saja. Kalo Lo, Pril?" tanya Naura kepada Prilly.
"Gue juga pulang aja deh!"
"Yach, kok pulang! Gak pengen jalan dulu kemana gitu? Gue traktir, deh!" tawar Nico.
"Wah, kalo traktiran gue mau banget. Gimana, Ra?" tanya Prilly.
"Duh, gimana ya…." Naura tampak sedang berpikir.
"Ayolah, Ra! Dah lama kita gak hangout bareng!" rayu Prilly.
Ya udah. Tapi, jangan lama-lama, ya!"
"Sip!"
Mereka bertiga segera kembali ke mobil dan meluncur ke pusat perbelanjaan. Mereka berbelanja sambil bercanda. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh.
Setelah lelah berkeliling, mereka beristirahat di cafe sambil menikmati minuman segar.
Tanpa sengaja, mata Naura menangkap sosok yang sangat familiar sedang makan dengan seorang wanita.
Kak Bagas. Naura merasa terbakar. Dia memang belum mencintai Bagas, tapi, melihat pria itu bersama wanita lain, dia juga tak rela.
"Lo kenapa, Ra?" tegur Nico sambil celingukan mengikuti arah pandang Naura.
"Gue gak papa. Maaf, Nic! Gue pulang sekarang! Ayo, Pril!" ajak Naura sembari menarik tangan Prilly.
"Nic, makasih traktirannya! Kita pulang duluan!" ujar Prilly sambil berteriak.
Nico hanya melambaikan tangannya. Dia bingung dengan perubahan sikap Naura.
*********
Sesampainya di rumah, Naura segera membersihkan diri, lalu beristirahat. Hatinya masih sakit mengingat kejadian tadi.
Apa gue udah jatuh cinta sama kak Bagas? Gak itu gak mungkin. Ini pasti hanya perasaan gak nyaman saja. Naura bermonolog dalam hati, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.
Pukul 17.00 WIB, Naura baru terbangun. Dia segera membersihkan diri, lalu bersiap masak untuk makan malam. Tak lama kemudian, Bagas telah sampai di rumah.
"Sepulang kuliah tadi lo kemana?" tanya Bagas.
"Gak kemana-mana," jawab Naura singkat.
"Yakin?" tanya Bagas memastikan.
"Iya. Memangnya gue harus kemana?" tanya Naura balik.
"Gak. Gue ke dalam dulu. Mau mandi." Bagas segera masuk ke kamarnya. Dia terlihat marah.
Kenapa dia mesti bohong? Kenapa gak jujur aja. Toh, gue udah ngijinin dia dekat dengan Nico. Sial, kenapa hati gue jadi gak tenang? Masak gue bisa jatuh cinta sama dia secepat ini. Gak mungkin. Ini gak mungkin. Batin Bagas.
Bagas mengacak rambutnya frustasi. Dia segera mandi, dan kembali ke meja makan.
"Kakak tadi makan siang dimana?" tanya Naura.
"Di cafe Cantika sama klien. Ada apa?"
"Gak papa."
Bagas terdiam. Melihat raut wajah Naura, dia berpikir, apa mungkin Naura tadi melihatnya?
"Ya udah, Kak. Gue capek. Mau ke dalam dulu." Naura segera masuk ke kamarnya. Hatinya benar-benar sedang kacau.
Tok … tok … tok ….
"Ra, gue masuk, ya!" ujar Bagas.
Setelah mendapat sahutan dari yang bersangkutan, Bagas segera masuk.
"Lo gak papa? Kelihatanya lemes gitu?" tanya Bagas sembari meraba kening Naura.
"Gue gak papa, Kak. Cuma butuh istirahat saja!" jawab Naura.
"Ya, sudah. Selamat istirahat. Jangan main ponse terus! Selamat malam!" ujar Bagas sembari membetulkan selimut Naura. Tak lupa, sebelum keluar dari kamar, dia mencium kening istrinya.
Naura yang tak siap,terkesiap kaget. Tubuhnya menegang, hingga Bagas menghilang di balik pintu.
Naura meraba keningnya. Dia tersenyum manis. Senyum yang teramat manis.
Bab 4
CemburuTiba-tiba, ada yang menyapa Naura.
"Naura!""Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar.
"Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman.
"Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas.
"Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka.
"Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya.
"Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi.
"Bukan, Kak! Itu …."
"Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.
********"Maaf, Kak!" ujar Naura saat sudah di mobil.
"Jadi, elo sudah punya pacar?" tanya Bagas.
"Bukan, Kak! Nico itu hanya teman kuliah gue!"
"Sepertinya dia suka sama lo! Ya, kan?"
Naura tak menjawab.
"Gue gak akan menghalangi lo dekat dengan siapapun, cuma pesan gue, jangan sampai orang tua kita tahu."Naura menunduk terdiam.
***********Satu Minggu telah berlalu.
Hubungan mereka masih seperti sebelumnya."Kak, mulai besok, gue bawa mobil sendiri, ya!" ujar Nura saat makan malam."Memangnya kenapa? Biasanya, bareng gue!"
"Gue gak mau ngrepotin Kak Bagas terus-terusan!"
"Terserah lo, deh! Yang penting, hati-hati dan jangan keluyuran!"
"Siap, Bos! He …."
"Gue serius. Lo udah jadi tanggung jawab gue. Jadi, kalo ada apa-apa sama lo, pasti gue yang disalahin."
"Iya, iya! Bawel!" jawab Naura sambil ngedumel.
"Apa kamu bilang?"
"He … gak kok! Ayo, lanjut makannya!"
*********
"Ra, lo bawa mobil, gak?* tanya Prilly."Bawa. Kenapa?" tanya Naura."Makan di tempat biasa, yuk! Udah lama kita gak hang out bareng!" ujar Prilly."Ayo!" Mereka segera berangkat.Tiba di lokasi,mereka memilih di pojokan. Lebih privasi. Prilly sibuk memilih menu.
"Mbak, saya pesan chicken steak, jus alpukat, sama spaghetti. Kamu apa, Ra?" tanya Prilly.
"Samain aja."
"Oke. Masing-masing dua porsi ya,Mbak!"
"Baik,Mbak. Silahkan ditunggu!"
"Ra, gue boleh tanya gak?"
"Tanya apaan? Biasanya lo kalo mau tanya,langsung jeplak saja."
"Sialan lo! Gini! Duh, gimana ya tanyanya!" ujar Prilly sambil garuk-garuk kepala.
"Mau tanya apa, sih? Kok kelihatannya serius banget."
"Gue … mau tanya soal … soal … kak Bagas."
"Ngapain kak Bagas?"
"Belakangan ini kan, lo sering diantar jemput sama kak Bagas. Trus, si Nico cerita, katanya kapan hari pernah ketemu lo jalan sama kak Bagas. Gue mau tanya. Lo ada hubungan apa sama kak Bagas? Secara, biasanya lo itu anti banget sama dia."
Naura terdiam, lalu menunduk. Dia bingung."Kenapa, Ra? Gue salah ngomong, ya?"
Naura mengangkat kepalanya.
"Gak kok. Lo gak salah. Mungkin, memang sudah saatnya lo tahu."Lalu, Naura menceritakan semuanya. Dari rencana pernikahan Bagas, sang calon mempelai perempuan yang menghilang, hingga dia yang tiba-tiba menjadi pengantin pengganti.
"Ya Tuhan, Ra! Kenapa gak pernah cerita, sih? Lo anggap gue apa?" ujar Prilly marah."Maaf, Pril! Gue bingung mau mulai dari mana!" jawab Naura sambil menunduk.
"Trus, hubungan lo gimana sama kak Bagas?"
"Gimana apanya? Ya, gak gimana-gimana. Biasa aja."
"Lo udah ngapain aja sama dia? Jangan-jangan, lo sudah …," ujar Prilly menggantung sambil memainkan alisnya.
"Udah apaan? Jangan mikir yang aneh-aneh, deh! Kami gak ngapa-ngapain! Orang tidurnya aja pisah!" jawab Naura sewot."Yach … kok pisah! Kan gue kecewa jadinya! Sayang, dong, cowok cakep gitu dianggurin!"
"Sialan lo! Emang lo pikir gue cewek apaan?"
"Ha … ha… ha…." Prilly tertawa terbahak melihat muka temannya yang sudah memerah.
"Seru amat! Lagi cerita apaan, sih! Mau dong, gue diceritain!" ujar Nico yang tiba-tiba nongol.
"Nic, lo disini juga? Sama siapa?" tany Naura gugup.
"Gue tadi tanya Prilly kalian dimana. Katanya disini. Ya udah, gue susulin. Bolehkan, gue gabung makan siang?"
"Boleh kok. Silahkan!" jawab Naura.
Mereka makan siang sambil berbincang ringan.
"Habis makan siang kalian mau kemana?" tanya Nico."Gue mau pulang saja. Kalo Lo, Pril?" tanya Naura kepada Prilly."Gue juga pulang aja deh!"
"Yach, kok pulang! Gak pengen jalan dulu kemana gitu? Gue traktir, deh!" tawar Nico.
"Wah, kalo traktiran gue mau banget. Gimana, Ra?" tanya Prilly.
"Duh, gimana ya…." Naura tampak sedang berpikir.
"Ayolah, Ra! Dah lama kita gak hangout bareng!" rayu Prilly.Ya udah. Tapi, jangan lama-lama, ya!"
"Sip!"
Mereka bertiga segera kembali ke mobil dan meluncur ke pusat perbelanjaan. Mereka berbelanja sambil bercanda. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh.
Setelah lelah berkeliling, mereka beristirahat di cafe sambil menikmati minuman segar.
Tanpa sengaja, mata Naura menangkap sosok yang sangat familiar sedang makan dengan seorang wanita.
Kak Bagas. Naura merasa terbakar. Dia memang belum mencintai Bagas, tapi, melihat pria itu bersama wanita lain, dia juga tak rela.
"Lo kenapa, Ra?" tegur Nico sambil celingukan mengikuti arah pandang Naura.
"Gue gak papa. Maaf, Nic! Gue pulang sekarang! Ayo, Pril!" ajak Naura sembari menarik tangan Prilly.
"Nic, makasih traktirannya! Kita pulang duluan!" ujar Prilly sambil berteriak.
Nico hanya melambaikan tangannya. Dia bingung dengan perubahan sikap Naura. *********Sesampainya di rumah, Naura segera membersihkan diri, lalu beristirahat. Hatinya masih sakit mengingat kejadian tadi.
Apa gue udah jatuh cinta sama kak Bagas? Gak itu gak mungkin. Ini pasti hanya perasaan gak nyaman saja. Naura bermonolog dalam hati, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.
Pukul 17.00 WIB, Naura baru terbangun. Dia segera membersihkan diri, lalu bersiap masak untuk makan malam. Tak lama kemudian, Bagas telah sampai di rumah.
"Sepulang kuliah tadi lo kemana?" tanya Bagas.
"Gak kemana-mana," jawab Naura singkat.
"Yakin?" tanya Bagas memastikan.
"Iya. Memangnya gue harus kemana?" tanya Naura balik.
"Gak. Gue ke dalam dulu. Mau mandi." Bagas segera masuk ke kamarnya. Dia terlihat marah.
Kenapa dia mesti bohong? Kenapa gak jujur aja. Toh, gue udah ngijinin dia dekat dengan Nico. Sial, kenapa hati gue jadi gak tenang? Masak gue bisa jatuh cinta sama dia secepat ini. Gak mungkin. Ini gak mungkin. Batin Bagas.
Bagas mengacak rambutnya frustasi. Dia segera mandi, dan kembali ke meja makan.
"Kakak tadi makan siang dimana?" tanya Naura.
"Di cafe Cantika sama klien. Ada apa?"
"Gak papa."
Bagas terdiam. Melihat raut wajah Naura, dia berpikir, apa mungkin Naura tadi melihatnya?"Ya udah, Kak. Gue capek. Mau ke dalam dulu." Naura segera masuk ke kamarnya. Hatinya benar-benar sedang kacau.
Tok … tok … tok …."Ra, gue masuk, ya!" ujar Bagas.Setelah mendapat sahutan dari yang bersangkutan, Bagas segera masuk."Lo gak papa? Kelihatanya lemes gitu?" tanya Bagas sembari meraba kening Naura."Gue gak papa, Kak. Cuma butuh istirahat saja!" jawab Naura."Ya, sudah. Selamat istirahat. Jangan main ponse terus! Selamat malam!" ujar Bagas sembari membetulkan selimut Naura. Tak lupa, sebelum keluar dari kamar, dia mencium kening istrinya.
Naura yang tak siap,terkesiap kaget. Tubuhnya menegang, hingga Bagas menghilang di balik pintu.Naura meraba keningnya. Dia tersenyum manis. Senyum yang teramat manis.
Bab 5Saling Membuka HatiTanpa terasa, pernikahan mereka sudah berjalan 3 bulan. Selama ini, mereka rutin setiap Minggu mengunjungi orang tua mereka. Mereka tidak pernah mengizinkan orang tua mereka mengunjungi apartemen. Takut ketahuan tidur terpisah. He……Ting... tong….Bel rumah berbunyi.Begitu pintu terbuka," Kejutan…."Naura hanya bisa melongo melihat siapa yang datang."Mama? Bunda?""Kenapa wajah kamu seperti itu? Sepertinya tidak senang melihat kami datang," tanya bunda Bagas."Bukan begitu, Bun. Naura hanya kaget saja. Ayo masuk, Bun, Ma!" ujar Naura."Bagas belum pulang?"&
Bab 6Tidur Sekamar"Bagaimana hubunganmu dengan Nico?" lanjut Bagas."Hubungan apaan? Gue sama Nico gak ada hubungan apa-apa.""Beneran? Sepertinya, dia suka sama lo.""Iya sih, memang benar dia suka sama gue, malah dia pernah nembak gue. Hanya saja, gue nganggap dia teman doang.""Kenapa?""Ya … gak papa. Kan, emang perasaan gak bisa dipaksain.""Dia ganteng, lho! Pasti banyak yang suka. Meskipun, masih gantengan gue jauh sih!"Naura tertawa terpingkal mendengar kepedean Bagas."Ha … ha … ha…. Ih … Kak Bagas! Orang lagi serius juga, bisa aja bercanda
Bab 7Naura Cemburu" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar."Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya."Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu."Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas."Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura."Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas."Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."Naura
Bab 8Bagas Sakit"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul."Emangnya lo siapa? Gak usah ikut campur!" ujar Nico ngegas."Lo belum tahu siapa gue? Dengarkan baik-baik. Gue suaminya Naura. Jadi, jangan pernah lo coba ganggu dia lagi! Ngerti lo!" ujar Bagas."Apa benar yang dia katakan, Ra?" tanya Nico kepada Naura."Udah dibilangin, masih saja ngeyel!" ejek Bagas."Gue tanya sama Naura, bukan sama lo!" ujar Nico sambil menunjuk muka Bagas."Apa lo pake nunjuk-nunjuk?" Bagas tersulut emosinya."Kur*ng aj*r!" teriak Nico.Bugh …. Nico menghantam wajah Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat meng
Bab 9Bulan MaduPukul 08.00 WIB Naura terbangun. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Rasanya nyeri sekali. Tapi dia bahagia. Hari ini, dia sudah menjadi istri Bagas seutuhnya.Dia sadar, selama ini dia sudah mulai jatuh cinta pada sang suami. Cinta yang dia pendam sendiri, karena menunggu sang pujaan hati benar-benar siap membuka hati. Wajahnya merona saat ingat kejadian tadi."Masih sakit?" tanya Bagas lembut saat mendapati Naura keluar perlahan dari kamar mandi."Gak kok! Udah mendingan."Bagas menghampiri Naura, lalu membopongnya menuju tempat tidur."Istirahatlah! Kamu pasti capek!""Aku mau masak, Kak! Ini sudah siang!""Gak usah masak! Kita order saja! Satu lagi! Jangan panggil aku kak la
Bab 10Tamu Tak DiundangMereka tiba di Jakarta pukul 19.00 WIB. Mereka sepakat untuk pulang ke apartemen dahulu untuk berisitirahat. Besok mereka baru akan ke rumah orang tua mereka untuk mengantar oleh-oleh.Pagi ini, saat bangun tidur, Naura merasa mual hebat. Dia langsung berlari menuju kamar mandi.Bagas yang terkejut, langsung menyusulnya. Dia memijit lembut tengkuk Naura."Bagaimana, Sayang? Sudah enakan?" tanya Bagas.Naura hanya melambaikan tangannya dengan lemas. Setelah selesai, Bagas segera membopong tubuh istrinya ke tempat tidur. Setelah menidurkan istrinya, dia bergegas menuju dapur untuk membuat teh hangat."Diminum dulu, tehnya! Biar enakan! Habis ini kita ke dokter, ya! Wajah kamu pucat banget, gitu!" ucap Bagas.
Bab 11Kirana KembaliTing … tong….Bel rumah berbunyi.Naura bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka, Naura tertegun melihat siapa yang datang."Siapa, Sayang?" tanya Bagas sembari berjalan ke depan. Dia pun tertegun. Suasana pun sesaat menjadi canggung. "Selamat pagi! Maaf mengganggu waktunya! Boleh saya masuk?" tanya Kirana.Ya, tamu mereka pagi ini adalah Kirana. Naura hanya mampu menatap wanita itu dengan pandangan yang entah. Sulit untuk diterjemahkan."Pergilah!" ujar Bagas."Kak, ijinkan aku menjelaskan semuanya! Setelah selesai, terserah bagaimana penilaianmu! Aku hanya ingin menjelaskan semuanya!" mohon Kirana."Tidak ada yang perlu dijelaskan! Pergilah! Aku tidak ingin melihat mukamu lagi!""Tolong, beri aku waktu sebentar saja! Aku mohon!""Pergi, kataku!" Bagas berteriak keras. Naura terkaget. Baru kali ini, dia melihat Bagas semarah itu. Selama ini, Bagas terlihat tenang, bahkan saat mereka terpaksa menikah, dia terlihat pasrah. "Baiklah, aku akan pergi! Aku harap
Bab 12Dalang Gagalnya Pernikahan Bagas-Kirana"Iya. Terpaksa. Aku tidak akan tenang kalau belum jelasin semua!"Bagas menghela napas. Melihat situasinya, Anita segera meminta izin untuk kembali ke kantor terlebih dahulu."Sepuluh menit! Aku beri kamu waktu sepuluh menit!""Sayang, maafkan aku! Aku ta—.""Jangan panggil sayang. Kau bukan siapa-siapa ku!" ujar Bagas dingin.Kirana menunduk. Matanya sudah mulai berkaca-kaca."Em … Kak … aku … minta maaf. Maaf … karena aku sudah melakukan kesalahan besar sama kamu. Aku melakukannya karena aku disuruh.""Siapa yang menyuruhmu?" tanya Bagas dingin.Kirana diam dan menunduk. Dia tidak berani mengangkat kepalanya."Kenapa diam saja? Siapa yang menyuruhmu?" bentak Bagas. "Kak Ronald," jawab Kirana lirih.Bagas mencelos. Semua ini, diluar perkiraannya. "Kenapa?" tanya Bags lirih."Dia ingin membalas sakit hatinya. Dulu, saat kamu menolak Alice, dia sempat depresi dan mencoba bunuh diri. Perlu waktu cukup lama untuk menyembuhkan adiknya. Bahk