Share

Cemburu

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2021-10-08 19:49:56

Bab 4

Cemburu

Tiba-tiba, ada yang menyapa Naura. 

"Naura!" 

"Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar.

"Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman.

"Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas. 

"Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka.

"Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya. 

"Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi.

"Bukan, Kak! Itu …."

"Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.

********

"Maaf, Kak!" ujar Naura saat sudah di mobil.

"Jadi, elo sudah punya pacar?" tanya Bagas.

"Bukan, Kak! Nico itu hanya teman kuliah gue!"

"Sepertinya dia suka sama lo! Ya, kan?"

Naura tak menjawab. 

"Gue gak akan menghalangi lo dekat dengan siapapun, cuma pesan gue, jangan sampai orang tua kita tahu."

Naura menunduk terdiam. 

***********

Satu Minggu telah berlalu.

Hubungan mereka masih seperti sebelumnya.

"Kak, mulai besok, gue bawa mobil sendiri, ya!" ujar Nura saat makan malam.

"Memangnya kenapa? Biasanya, bareng gue!"

"Gue gak mau ngrepotin Kak Bagas terus-terusan!"

"Terserah lo, deh! Yang penting, hati-hati dan jangan keluyuran!"

"Siap, Bos! He …."

"Gue serius. Lo udah jadi tanggung jawab gue. Jadi, kalo ada apa-apa sama lo, pasti gue yang disalahin."

"Iya, iya! Bawel!" jawab  Naura sambil ngedumel.

"Apa kamu bilang?"

"He … gak kok! Ayo, lanjut makannya!"

*********

"Ra, lo bawa mobil, gak?* tanya Prilly.

"Bawa. Kenapa?" tanya Naura.

"Makan di tempat biasa, yuk! Udah lama kita gak hang out bareng!" ujar Prilly.

"Ayo!" Mereka segera berangkat. 

Tiba di lokasi,mereka memilih di pojokan. Lebih privasi. Prilly sibuk memilih menu.

"Mbak, saya pesan chicken steak, jus alpukat, sama spaghetti. Kamu apa, Ra?" tanya Prilly. 

"Samain aja."

"Oke. Masing-masing dua porsi ya,Mbak!"

"Baik,Mbak. Silahkan ditunggu!"

"Ra, gue boleh tanya gak?"

"Tanya apaan? Biasanya lo kalo mau tanya,langsung jeplak saja."

"Sialan lo! Gini! Duh, gimana ya tanyanya!" ujar Prilly sambil garuk-garuk kepala.

"Mau tanya apa, sih? Kok kelihatannya serius banget."

"Gue … mau tanya soal … soal … kak Bagas."

"Ngapain kak Bagas?"

"Belakangan ini kan, lo sering diantar jemput sama kak Bagas. Trus, si Nico cerita, katanya kapan hari pernah ketemu lo jalan sama kak Bagas. Gue mau tanya. Lo ada hubungan apa sama kak Bagas? Secara, biasanya lo itu anti banget sama dia."

Naura terdiam, lalu menunduk. Dia bingung. 

"Kenapa, Ra? Gue salah ngomong, ya?"

Naura mengangkat kepalanya.

"Gak kok. Lo gak salah. Mungkin, memang sudah saatnya lo tahu."

Lalu, Naura menceritakan semuanya. Dari rencana pernikahan Bagas, sang calon mempelai perempuan yang menghilang, hingga dia yang tiba-tiba menjadi pengantin pengganti. 

"Ya Tuhan, Ra! Kenapa gak pernah cerita, sih? Lo anggap gue apa?" ujar Prilly marah. 

"Maaf, Pril! Gue bingung mau mulai dari mana!" jawab Naura sambil menunduk.

"Trus, hubungan lo gimana sama kak Bagas?"

"Gimana apanya? Ya, gak gimana-gimana. Biasa aja."

"Lo udah ngapain aja sama dia? Jangan-jangan, lo sudah …," ujar Prilly menggantung sambil memainkan alisnya.

"Udah apaan? Jangan mikir yang aneh-aneh, deh! Kami gak ngapa-ngapain! Orang tidurnya aja pisah!" jawab Naura sewot.

"Yach … kok pisah! Kan gue kecewa jadinya! Sayang, dong, cowok cakep gitu dianggurin!"

"Sialan lo! Emang lo pikir gue cewek apaan?"

"Ha … ha… ha…." Prilly tertawa terbahak melihat muka temannya yang sudah memerah.

"Seru amat! Lagi cerita apaan, sih! Mau dong, gue diceritain!" ujar Nico yang tiba-tiba nongol.

"Nic, lo disini juga? Sama siapa?" tany Naura gugup.

"Gue tadi tanya Prilly kalian dimana. Katanya disini. Ya udah, gue susulin. Bolehkan, gue gabung makan siang?" 

"Boleh kok. Silahkan!" jawab Naura.

Mereka makan siang sambil berbincang ringan.

"Habis makan siang kalian mau kemana?" tanya Nico.

"Gue mau pulang saja. Kalo Lo, Pril?" tanya Naura kepada Prilly.

"Gue juga pulang aja deh!"

"Yach, kok pulang! Gak pengen jalan dulu kemana gitu? Gue traktir, deh!" tawar Nico.

"Wah, kalo traktiran gue mau banget. Gimana, Ra?" tanya Prilly. 

"Duh, gimana ya…." Naura tampak sedang berpikir.

"Ayolah, Ra! Dah lama kita gak hangout bareng!" rayu Prilly.

Ya udah. Tapi, jangan lama-lama, ya!"

"Sip!"

Mereka bertiga segera kembali ke mobil dan meluncur ke pusat perbelanjaan. Mereka berbelanja sambil bercanda. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh.

Setelah lelah berkeliling, mereka beristirahat di cafe sambil menikmati minuman segar.

Tanpa sengaja, mata Naura menangkap sosok yang sangat familiar sedang makan dengan seorang wanita. 

Kak Bagas. Naura merasa terbakar. Dia memang belum mencintai Bagas, tapi, melihat pria itu bersama wanita lain, dia juga tak rela. 

"Lo kenapa, Ra?" tegur Nico sambil celingukan mengikuti arah pandang Naura.

"Gue gak papa. Maaf, Nic! Gue pulang sekarang! Ayo, Pril!" ajak Naura sembari menarik tangan Prilly.

"Nic, makasih traktirannya! Kita pulang duluan!" ujar Prilly sambil berteriak. 

Nico hanya melambaikan tangannya. Dia bingung dengan perubahan sikap Naura. 

*********

Sesampainya di rumah, Naura segera membersihkan diri, lalu beristirahat. Hatinya masih sakit mengingat kejadian tadi.

Apa gue udah jatuh cinta sama kak Bagas? Gak itu gak mungkin. Ini pasti hanya perasaan gak nyaman saja. Naura bermonolog dalam hati, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. 

Pukul 17.00 WIB, Naura baru terbangun. Dia segera membersihkan diri, lalu bersiap  masak untuk makan malam. Tak lama kemudian, Bagas telah sampai di rumah. 

"Sepulang kuliah tadi lo kemana?" tanya Bagas.

"Gak kemana-mana," jawab Naura singkat.

"Yakin?" tanya Bagas memastikan.

"Iya. Memangnya gue harus kemana?" tanya Naura balik.

"Gak. Gue ke dalam dulu. Mau mandi." Bagas segera masuk ke kamarnya. Dia terlihat marah. 

Kenapa dia mesti bohong? Kenapa gak jujur aja. Toh, gue udah ngijinin dia dekat dengan Nico. Sial, kenapa hati gue jadi gak tenang? Masak gue bisa jatuh cinta sama dia secepat ini.  Gak mungkin. Ini gak mungkin. Batin Bagas. 

Bagas mengacak rambutnya frustasi. Dia segera mandi, dan kembali ke meja makan. 

"Kakak tadi makan siang dimana?" tanya Naura.

"Di cafe Cantika sama klien. Ada apa?"

"Gak papa."

Bagas terdiam. Melihat raut wajah Naura, dia berpikir, apa mungkin Naura tadi melihatnya?

"Ya udah, Kak. Gue capek. Mau ke dalam dulu." Naura segera masuk ke kamarnya. Hatinya benar-benar sedang kacau. 

Tok … tok … tok ….

"Ra, gue masuk, ya!" ujar Bagas.

Setelah mendapat sahutan dari yang bersangkutan, Bagas segera masuk.

"Lo gak papa? Kelihatanya lemes gitu?" tanya Bagas sembari meraba kening Naura.

"Gue gak papa, Kak. Cuma butuh istirahat saja!" jawab Naura. 

"Ya, sudah. Selamat istirahat. Jangan main ponse terus! Selamat malam!" ujar Bagas sembari membetulkan selimut Naura. Tak lupa, sebelum keluar dari kamar, dia mencium kening istrinya.

Naura yang tak siap,terkesiap kaget. Tubuhnya menegang, hingga Bagas menghilang di balik pintu. 

Naura meraba keningnya. Dia tersenyum manis. Senyum yang teramat manis.

Bab 4

Cemburu

Tiba-tiba, ada yang menyapa Naura. 

"Naura!" 

"Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar.

"Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman.

"Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas. 

"Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka.

"Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya. 

"Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi.

"Bukan, Kak! Itu …."

"Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.

********

"Maaf, Kak!" ujar Naura saat sudah di mobil.

"Jadi, elo sudah punya pacar?" tanya Bagas.

"Bukan, Kak! Nico itu hanya teman kuliah gue!"

"Sepertinya dia suka sama lo! Ya, kan?"

Naura tak menjawab. 

"Gue gak akan menghalangi lo dekat dengan siapapun, cuma pesan gue, jangan sampai orang tua kita tahu."

Naura menunduk terdiam. 

***********

Satu Minggu telah berlalu.

Hubungan mereka masih seperti sebelumnya.

"Kak, mulai besok, gue bawa mobil sendiri, ya!" ujar Nura saat makan malam.

"Memangnya kenapa? Biasanya, bareng gue!"

"Gue gak mau ngrepotin Kak Bagas terus-terusan!"

"Terserah lo, deh! Yang penting, hati-hati dan jangan keluyuran!"

"Siap, Bos! He …."

"Gue serius. Lo udah jadi tanggung jawab gue. Jadi, kalo ada apa-apa sama lo, pasti gue yang disalahin."

"Iya, iya! Bawel!" jawab  Naura sambil ngedumel.

"Apa kamu bilang?"

"He … gak kok! Ayo, lanjut makannya!"

*********

"Ra, lo bawa mobil, gak?* tanya Prilly.

"Bawa. Kenapa?" tanya Naura.

"Makan di tempat biasa, yuk! Udah lama kita gak hang out bareng!" ujar Prilly.

"Ayo!" Mereka segera berangkat. 

Tiba di lokasi,mereka memilih di pojokan. Lebih privasi. Prilly sibuk memilih menu.

"Mbak, saya pesan chicken steak, jus alpukat, sama spaghetti. Kamu apa, Ra?" tanya Prilly. 

"Samain aja."

"Oke. Masing-masing dua porsi ya,Mbak!"

"Baik,Mbak. Silahkan ditunggu!"

"Ra, gue boleh tanya gak?"

"Tanya apaan? Biasanya lo kalo mau tanya,langsung jeplak saja."

"Sialan lo! Gini! Duh, gimana ya tanyanya!" ujar Prilly sambil garuk-garuk kepala.

"Mau tanya apa, sih? Kok kelihatannya serius banget."

"Gue … mau tanya soal … soal … kak Bagas."

"Ngapain kak Bagas?"

"Belakangan ini kan, lo sering diantar jemput sama kak Bagas. Trus, si Nico cerita, katanya kapan hari pernah ketemu lo jalan sama kak Bagas. Gue mau tanya. Lo ada hubungan apa sama kak Bagas? Secara, biasanya lo itu anti banget sama dia."

Naura terdiam, lalu menunduk. Dia bingung. 

"Kenapa, Ra? Gue salah ngomong, ya?"

Naura mengangkat kepalanya.

"Gak kok. Lo gak salah. Mungkin, memang sudah saatnya lo tahu."

Lalu, Naura menceritakan semuanya. Dari rencana pernikahan Bagas, sang calon mempelai perempuan yang menghilang, hingga dia yang tiba-tiba menjadi pengantin pengganti. 

"Ya Tuhan, Ra! Kenapa gak pernah cerita, sih? Lo anggap gue apa?" ujar Prilly marah. 

"Maaf, Pril! Gue bingung mau mulai dari mana!" jawab Naura sambil menunduk.

"Trus, hubungan lo gimana sama kak Bagas?"

"Gimana apanya? Ya, gak gimana-gimana. Biasa aja."

"Lo udah ngapain aja sama dia? Jangan-jangan, lo sudah …," ujar Prilly menggantung sambil memainkan alisnya.

"Udah apaan? Jangan mikir yang aneh-aneh, deh! Kami gak ngapa-ngapain! Orang tidurnya aja pisah!" jawab Naura sewot.

"Yach … kok pisah! Kan gue kecewa jadinya! Sayang, dong, cowok cakep gitu dianggurin!"

"Sialan lo! Emang lo pikir gue cewek apaan?"

"Ha … ha… ha…." Prilly tertawa terbahak melihat muka temannya yang sudah memerah.

"Seru amat! Lagi cerita apaan, sih! Mau dong, gue diceritain!" ujar Nico yang tiba-tiba nongol.

"Nic, lo disini juga? Sama siapa?" tany Naura gugup.

"Gue tadi tanya Prilly kalian dimana. Katanya disini. Ya udah, gue susulin. Bolehkan, gue gabung makan siang?" 

"Boleh kok. Silahkan!" jawab Naura.

Mereka makan siang sambil berbincang ringan.

"Habis makan siang kalian mau kemana?" tanya Nico.

"Gue mau pulang saja. Kalo Lo, Pril?" tanya Naura kepada Prilly.

"Gue juga pulang aja deh!"

"Yach, kok pulang! Gak pengen jalan dulu kemana gitu? Gue traktir, deh!" tawar Nico.

"Wah, kalo traktiran gue mau banget. Gimana, Ra?" tanya Prilly. 

"Duh, gimana ya…." Naura tampak sedang berpikir.

"Ayolah, Ra! Dah lama kita gak hangout bareng!" rayu Prilly.

Ya udah. Tapi, jangan lama-lama, ya!"

"Sip!"

Mereka bertiga segera kembali ke mobil dan meluncur ke pusat perbelanjaan. Mereka berbelanja sambil bercanda. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jauh.

Setelah lelah berkeliling, mereka beristirahat di cafe sambil menikmati minuman segar.

Tanpa sengaja, mata Naura menangkap sosok yang sangat familiar sedang makan dengan seorang wanita. 

Kak Bagas. Naura merasa terbakar. Dia memang belum mencintai Bagas, tapi, melihat pria itu bersama wanita lain, dia juga tak rela. 

"Lo kenapa, Ra?" tegur Nico sambil celingukan mengikuti arah pandang Naura.

"Gue gak papa. Maaf, Nic! Gue pulang sekarang! Ayo, Pril!" ajak Naura sembari menarik tangan Prilly.

"Nic, makasih traktirannya! Kita pulang duluan!" ujar Prilly sambil berteriak. 

Nico hanya melambaikan tangannya. Dia bingung dengan perubahan sikap Naura. 

*********

Sesampainya di rumah, Naura segera membersihkan diri, lalu beristirahat. Hatinya masih sakit mengingat kejadian tadi.

Apa gue udah jatuh cinta sama kak Bagas? Gak itu gak mungkin. Ini pasti hanya perasaan gak nyaman saja. Naura bermonolog dalam hati, hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. 

Pukul 17.00 WIB, Naura baru terbangun. Dia segera membersihkan diri, lalu bersiap  masak untuk makan malam. Tak lama kemudian, Bagas telah sampai di rumah. 

"Sepulang kuliah tadi lo kemana?" tanya Bagas.

"Gak kemana-mana," jawab Naura singkat.

"Yakin?" tanya Bagas memastikan.

"Iya. Memangnya gue harus kemana?" tanya Naura balik.

"Gak. Gue ke dalam dulu. Mau mandi." Bagas segera masuk ke kamarnya. Dia terlihat marah. 

Kenapa dia mesti bohong? Kenapa gak jujur aja. Toh, gue udah ngijinin dia dekat dengan Nico. Sial, kenapa hati gue jadi gak tenang? Masak gue bisa jatuh cinta sama dia secepat ini.  Gak mungkin. Ini gak mungkin. Batin Bagas. 

Bagas mengacak rambutnya frustasi. Dia segera mandi, dan kembali ke meja makan. 

"Kakak tadi makan siang dimana?" tanya Naura.

"Di cafe Cantika sama klien. Ada apa?"

"Gak papa."

Bagas terdiam. Melihat raut wajah Naura, dia berpikir, apa mungkin Naura tadi melihatnya?

"Ya udah, Kak. Gue capek. Mau ke dalam dulu." Naura segera masuk ke kamarnya. Hatinya benar-benar sedang kacau. 

Tok … tok … tok ….

"Ra, gue masuk, ya!" ujar Bagas.

Setelah mendapat sahutan dari yang bersangkutan, Bagas segera masuk.

"Lo gak papa? Kelihatanya lemes gitu?" tanya Bagas sembari meraba kening Naura.

"Gue gak papa, Kak. Cuma butuh istirahat saja!" jawab Naura. 

"Ya, sudah. Selamat istirahat. Jangan main ponse terus! Selamat malam!" ujar Bagas sembari membetulkan selimut Naura. Tak lupa, sebelum keluar dari kamar, dia mencium kening istrinya.

Naura yang tak siap,terkesiap kaget. Tubuhnya menegang, hingga Bagas menghilang di balik pintu. 

Naura meraba keningnya. Dia tersenyum manis. Senyum yang teramat manis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 52 EKSTRA PART

    Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 50 PERTEMUAN PERTAMA

    Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald

  • JODOH DEPAN RUMAH   PERJUANGAN RONALD

    Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 48 MENGUNDURKAN DIRI

    BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 47 QUEEN CAKE 'N BAKERY

    BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 46 MENJADI SEKRETARIS RONALD

    Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 45 SANG CEO

    Bab 45SANG CEOKirana melajukan mobilnya dengan kencang. Namun, dia tetap terhalang kemacetan panjang. Setelah menempuh perjalanan hampir empat puluh lima menit, akhirnya Kirana tiba di kantor. Kirana melirik jam di pergelangan tangannya. Dia sudah hampir terlambat. Setelah memarkirkan kendaraannya, Kirana melangkah terburu-buru ke ruangannya. Saking terburu-burunya, dia tidak memperhatikan langkahnya.Bruk.Tabrakan pun tak terelakkan.Berkas-berkas di tangan Kirana jatuh berhamburan."Maaf, Pak!" ujar Kirana sembari menunduk. Lalu, dia berjongkok mengambil berkas-berkas tersebut."Maaf, Pak, atas kecerobohan karyawan saya!" ujar Sakti merasa tak enak. Saat ini, Sakti sedang menemani sang CEO menuju ruangannya."Hm!" Sang CEO hanya berdehem, lalu melanjutkan langkahnya ke ruangannya."Kenapa terlambat? Kemarin kan aku sudah bilang harus tepat waktu?" omel Sakti sembari membantu Kirana mengumpulkan berkas-berkas yang berceceran."Maaf, Pak! Semalam Axel demam, jadi ….""Bagaimana ke

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 44 UNGKAPAN HATI SAKTI

    Bab 44UNGKAPAN HATI SAKTIPagi ini, lalu lintas cukup lancar. Taksi yang ditumpanginya melaju dengan tenang. Ronald memandang setiap sudut jalanan."Kota ini sudah banyak berubah," ujarnya dalam hati.Saat di lampu merah, sekilas dia melihat seorang wanita sedang menyetir seorang diri. Ronald memperhatikan wanita itu dengan seksama. Benar saja, wanita itu adalah Kirana. Sesaat kemudian,lampu hijau menyala."Ikuti mobil merah itu, Pak!" ujar Ronald kepada sopir taksinya. "Baik, Pak!" sahut sang sopir taksi. Sopir taksi tersebut berusaha mengikuti mobil Kirana. Dua puluh menit kemudian, mobil Kirana memasuki pelataran parkir sebuah perusahaan. "Stop, Pak!" ujar Ronald. Dia mengamati kantor tersebut dari dalam taksi. Setelah puas, dia meminta sopir taksi tersebut meninggalkan lokasi."Jalan, Pak! Kembali ke tujuan awal!" ujar Ronald. "Baik, Pak!" sahut sopir taksi tersebut. Ronald menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memejamkan matanya. Dia tersenyum tipis. Sekarang, dia tahu haru

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 43 DELAPAN TAHUN KEMUDIAN

    Bab 43❤️Delapan Tahun kemudian ❤️"Ma, aku gak mau masuk sekolah lagi!" ujar Axel sendu."Kenapa begitu, Sayang?" tanya Kirana. Dia tampak terkejut dengan pernyataan putra semata wayangnya."Teman-teman jahat, Ma!""Jahat bagaimana?""Mereka tidak mau berteman dengan aku. Mereka juga mengolok-olok aku, Ma!" ujar Axel lirih.Kirana terhenyak. Selalu begitu. Tak bisakah mereka membiarkan putranya bisa bersekolah dengan tenang? Yang melakukan kesalahan adalah orang tuanya. Jadi, biar orang tuanya yang menanggung. Jangan bebankan kepada anaknya. Anak yang masih polos dan tak tahu apa-apa. Sejak awal bersekolah, selalu masalah yang sama. Ini sekolah ketiga yang dia datangi. Di dua sekolah sebelumnya, Axel mengalami masalah yang sama. "Sayang … kita tidak mungkin pindah sekolah lagi. Apa semua teman kamu menjauhi kamu?" tanya Kirana.Axel menggeleng."Ada dua anak kembar yang berteman dengan aku. Tapi, teman-teman yang lain mencoba menghasutnya untuk menjauhi aku," ujar Axel lirih."Lalu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status