Bab 2
Hari Pernikahan
"Apa? Gak. Naura gak mau, Ma. Masak, Naura disuruh nikah sama si tukang rese itu sih. Gak. Gak mau."
"Naura sayang. Tolonglah! Apa kamu tidak kasihan melihat Tante Salma sedih? Kalau acara pernikahan ini sampai gagal, mereka pasti malu."
"Naura sayang. Mau ya, nikah sama Bagas? Tolong Tante!" ucap Tante Salma sambil terisak.
Duh, aku ikut sedih jadinya. Sebenarnya tidak tega melihat Tante Salma seperti itu, tapi masak harus dengan menikah sama Bagas sih.
"Naura, bagaimana? Mau ya nikah sama Bagas?" ucap tante Salma sambil terus terisak.
"Tante, sudah jangan nangis lagi. Iya,Naura mau kok nikah sama Bagas."
"Terimakasih, sayang. Terimakasih," ucap Tante Salma dengan terharu sembari memeluk Naura.
*********
"Bagaimana saksi? Sah?"
"Sah…."
"Alhamdulillahirobbilalamin…."
Tak terasa air mataku menetes. Hari ini, aku resmi menjadi nyonya Bagas.
Setelah akad selesai, Mama dan tante Salma menuntunku ke depan untuk duduk di samping Bagas. Mama menyenggol lenganku memberikan kode. Aku yang gak mengerti apa-apa malah bingung.
"Cium tangan suamimu!" bisik tante Salma.
Setelah itu, Bagas ganti mencium keningku. Aku melirik para orangtua. Mereka tersenyum bahagia.
Berbeda dengan Bagas. Ekspresi wajahnya sedingin es. Entah bagaimana nasib pernikahan kami. Pernikahan terpaksa dan tanpa cinta.
**********
Alhamdulillah rangkaian acara pernikahan kami sudah selesai. Rasanya capek sekali berdiri seharian menyalami ratusan undangan.
Pesta ini ternyata benar-benar meriah. Setelah acara selesai, kami menginap di hotel semalam sebelum besok pulang ke rumah.
"Bagas, antar Naura ke kamar! Dia pasti capek sekali. Sayang, kamu istirahat disini dulu ya," ujar tante Salma.
"Iya, Tante," jawabku.
"Lho, kok masih panggil tante sih? Panggil bunda dong, seperti Bagas. Kan, sekarang kamu menantu Bunda. Sudah jadi anak bunda."
Iya, bun."
"Ya udah, selamat istirahat sayang."
Aku dan Bagas berjalan beriringan menuju kamar hotel. Kami berjalan dalam diam. Kami tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aku bingung, takut, dan cemas. Entah apa yang akan terjadi nanti di dalam kamar.
********
"Kenapa bengong disitu? Cepat masuk."
"Iya, ini juga mau masuk. Bawel,"gerutu Naura.
Setelah masuk ke dalam kamar hotel, Bagas segera melepas jasnya dan masuk ke kamar mandi.
Mumpung Bagus sedang mandi, Naura segera melepas gaunnya dan mengganti dengan piyama. Untung saja tidak ada drama resleting nyangkut, jadi dia bisa ganti dengan aman.
Saat Naura duduk di meja rias menghapus make up, Bagas keluar kamar mandi Hanya dengan handuk di pinggang. Tanpa sengaja Naura melihat pemandangan roti sobek itu.
"Aaaaaaa……….. Kak Bagas jorok! Kenapa gak pake baju sekalian di kamar mandi sih?" teriak Naura sembari menutup mukanya demgan kedua tangannya.
"Berisik. Jangan teriak-teriak. Ntar dikirain gue ngapa-ngapain elu lagi."
"Habisnya, kak Bagas keluar kamar mandi cuma pake handuk doang. Cepetan pake baju sana."
"Kenapa memangnya? Suka-suka gue dong. Lagian, kita kan sudah sah menjadi suami istri. Jadi gak papa dong. Lagian elu tadi juga lihatin tubuh gue. Apa jangan-jangan kamu mau lihat yang lain?"
ujar Bagas sembari mendekati Naura.
Tubuh mereka semakin dekat dan berimpit. Naura menjadi ketakutan dan panik.
"Awas aja kalo macam-macam. Gue aduin ke ayah dan bunda."
"Aduin aja. Siapa takut."
"Ih…., Kak Bagas nyebelin!" ujar Naura sembari berlari ke kamar mandi. Bagas hanya tertawa kecil melihat kelakuan Naura.
Cukup lama Naura bersembunyi dan mandi. Setelah Naura keluar kamar mandi, dia melihat Bagas sedang duduk di tempat tidur sembari bermain ponsel.
Dia kebingungan. Badannya lelah sekali dan ingin segera tidur. Tetapi Disana ada Bagas.
"Ngapain bengong disitu? Hobi banget bengong. Cepat kesini. Memangnya kamu tidak capek berdiri terus?"
"Kak, gue capek banget. Pengen tidur."
"Pengen tidur ya tidur saja. Gitu aja kok repot."
"Tapi kak Bagas jangan disitu. Kak Bagas tidur di sofa saja."
"Ogah. Kamu saja sana tidur di sofa," ujar Bagas sembari membaringkan badannya.
Naura semakin kebingungan.
"Udah,cepetan tidur sini. Gue gak mungkin ngapa-ngapain elu. Anak kecil juga."
"Beneran ya. Awas macem-macem," ancam naura.
Akhirnya Naura membaringkan badannya di tempat tidur setelah sebelumnya menata guling sebagai pembatas. Tidak lama kemudian dia sudah terlelap.
*********
Naura terbangun dari tidurnya. Dia kaget setelah mendapati dirinya tidur di sebuah kamar hotel. Terdengar suara gemericik air di kamar mandi. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Setelah iangatannya pulih, Bagas tiba-tiba keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk lagi.
"Ih…. Kak Bagas! Udah dibilangin juga. Pake baju di kamar mandi sana!" teriak Naura sambil menutup mata dengan kedua tangannya.
"Kamu ngapain sih pagi-pagi berisik? Lagian ya, diluar sana banyak cewek-cewek tergila-gila sama tubuh gue yang atletis ini. Kenapa elu malah kelihatan jijik gitu sih?" protes Bagas.
Memang, Bagas memiliki fisik yang nyaris sempurna. Tubuh tinggi, badan atletis, kulit kuning bersih, dan mata elangnya benar-benar bisa memikat para kaum hawa.
"Pokoknya gue gak suka. Cepetan pake baju ke kamar mandi."
Akhirnya Bagas memilih mengalah dan kembali ke kamar mandi untuk berpakaian.
"Elu cepetan mandi sana. Habis sarapan kita langsung pulang," ucap Bagas.
Pukul 12.30 WIB, mereka sudah sampai di rumah. Lalu lintas yang padat membuat mereka terlambat sampai di rumah.
"Kita ke rumah mana dulu nih? " tanya Bagas.
"Ke rumah gue saja."
Bagas lalu membelokkan mobilnya masuk ke halaman rumah Naura. Terdengar suara yang cukup ramai dari dalam rumah.
"Assalamualaikum. Papa, Mama, Naura pulang," ujar Naura sembari nyelonong masuk ke dalam rumah diikuti oleh Bagas.
"Lho…., Ayah sama Bunda juga disini?"
Bagas dan Naura menyalami mereka semua. Memang, walaupun mereka orang berada, tetapi mereka tetap mengajarkan etika terhadap orangtua.
Masuk ke dalam rumah harus mengucapkan salam dan mencium tangan kedua orangtuanya.
"Iya sayang. Ini Mamamu mengundang Bunda dan Ayah makan siang disini. Ini kan pertama kalinya kita berkumpul sebagai keluarga. Bukan begitu, Jeng Sinta?" ucap bunda Bagas.
"Betul, Jeng. Ayo, mumpung sudah ngumpul, kita langsung makan. Itu bik Siti juga selesai menyiapkan makanannya."
Akhirnya, mereka makan siang bersama-sama sambil bercengkrama.
"Bagas, rencananya kamu mau mengajak Naura bulan madu kemana?" tanya ayah Bagas. Naura dan Bagas langsung tersedak bersamaan.
"Duh… kalo jodoh ya begini ini! Tersedak ja sampai barengan."
Mereka malah menanggapinya sambil tertawa.
Setelah minum dan menenangkan diri, Bagas menjawab," Sepertinya belum bisa sekarang, Yah. Pernikahan ini kan mendadak. Lagian, Naura masih kuliah. sebentar lagi ujian. Biar dia konsentrasi dulu sama kuliahnya."
"Baiklah kalo memang seperti itu. Tapi, Bunda minta, jangan menunda momongan ya! Bunda sudah kepengen menimang cucu."
Mereka berdua hanya bisa nyengir bersamaan.
"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Naura.
Bab 3Aparteme"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Nau"Biar kami jalani saja dulu, Pa. Kami perlu waktu untuk adaptasi. Bagas juga berencana untuk membawa Naura untuk tinggal di apartemen. Kami ingin belajar mandiri. Lagian, jarak apartemen dengan kantor dan kampus Naura kan tidak terlalu ja"Kamu yakin mau tinggal di apartemen? Apa tidak sebaiknya tinggal sama Mama Papa dulu? Naura itu masih manja banget lho," ujar Mama Na"Udah, Ma. Biarin saja mereka tinggal di apartemen. Benar kata Bagas. Biar mereka belajar mandiri. Papa mendukung keputusan kamu, Gas. Cuma pesan Papa, tolong, jaga putri Papa baik-baik! Bimbing dia agar bisa menjadi istri yang ba"Tentu,Pa," jawab Bagas sembari tersen
Bab 4CemburuTiba-tiba, ada yang menyapa Naura."Naura!""Uhuk …." Naura tersedak. Suaranya terdengar familiar."Ini, minumlah!" Mereka berdua menyodorkan minuman."Terimakasih, Kak!" Naura menerima minuman dari Bagas."Siapa dia?" tanya Bagas menunjuk pria yang ikut duduk di meja mereka."Kenalkan, gue Nico. Teman dekat Naura," ujar Nico sambil mengulurkan tangannya."Teman dekat?" tanya Bagas sambil mengernyitkan dahi."Bukan, Kak! Itu ….""Ayo kita pulang!" ujar Bagas sembari menarik tangan Naura.&nbs
Bab 5Saling Membuka HatiTanpa terasa, pernikahan mereka sudah berjalan 3 bulan. Selama ini, mereka rutin setiap Minggu mengunjungi orang tua mereka. Mereka tidak pernah mengizinkan orang tua mereka mengunjungi apartemen. Takut ketahuan tidur terpisah. He……Ting... tong….Bel rumah berbunyi.Begitu pintu terbuka," Kejutan…."Naura hanya bisa melongo melihat siapa yang datang."Mama? Bunda?""Kenapa wajah kamu seperti itu? Sepertinya tidak senang melihat kami datang," tanya bunda Bagas."Bukan begitu, Bun. Naura hanya kaget saja. Ayo masuk, Bun, Ma!" ujar Naura."Bagas belum pulang?"&
Bab 6Tidur Sekamar"Bagaimana hubunganmu dengan Nico?" lanjut Bagas."Hubungan apaan? Gue sama Nico gak ada hubungan apa-apa.""Beneran? Sepertinya, dia suka sama lo.""Iya sih, memang benar dia suka sama gue, malah dia pernah nembak gue. Hanya saja, gue nganggap dia teman doang.""Kenapa?""Ya … gak papa. Kan, emang perasaan gak bisa dipaksain.""Dia ganteng, lho! Pasti banyak yang suka. Meskipun, masih gantengan gue jauh sih!"Naura tertawa terpingkal mendengar kepedean Bagas."Ha … ha … ha…. Ih … Kak Bagas! Orang lagi serius juga, bisa aja bercanda
Bab 7Naura Cemburu" Kak Bagas …!" panggil wanita itu seraya mencium pipi kanan dan kiri Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat menghindar."Kamu …." ucapan Bagas terputus saking terkejutnya."Iya … ini aku. Kakak apa kabar?" ujar wanita itu."Aku … baik. Sama siapa?" tanya Bagas."Sendiri aja. Kak Ronald masih di Aussie, ngurusin bisnisnya. Kakak sama siapa?"Bagas ingin menjawab, tapi didahului oleh Naura."Sayang … dia siapa?" tanya Naura sambil bergelayut manja di lengan Bagas."Ow … iya, Sayang! Kenalin! Ini Alice, adiknya Ronald, sahabat aku pas kuliah."Naura
Bab 8Bagas Sakit"Kalo cewek gak mau, ya jangan dipaksa!" sela Bagas yang tiba-tiba sudah muncul."Emangnya lo siapa? Gak usah ikut campur!" ujar Nico ngegas."Lo belum tahu siapa gue? Dengarkan baik-baik. Gue suaminya Naura. Jadi, jangan pernah lo coba ganggu dia lagi! Ngerti lo!" ujar Bagas."Apa benar yang dia katakan, Ra?" tanya Nico kepada Naura."Udah dibilangin, masih saja ngeyel!" ejek Bagas."Gue tanya sama Naura, bukan sama lo!" ujar Nico sambil menunjuk muka Bagas."Apa lo pake nunjuk-nunjuk?" Bagas tersulut emosinya."Kur*ng aj*r!" teriak Nico.Bugh …. Nico menghantam wajah Bagas.Bagas yang tak siap, tak sempat meng
Bab 9Bulan MaduPukul 08.00 WIB Naura terbangun. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Rasanya nyeri sekali. Tapi dia bahagia. Hari ini, dia sudah menjadi istri Bagas seutuhnya.Dia sadar, selama ini dia sudah mulai jatuh cinta pada sang suami. Cinta yang dia pendam sendiri, karena menunggu sang pujaan hati benar-benar siap membuka hati. Wajahnya merona saat ingat kejadian tadi."Masih sakit?" tanya Bagas lembut saat mendapati Naura keluar perlahan dari kamar mandi."Gak kok! Udah mendingan."Bagas menghampiri Naura, lalu membopongnya menuju tempat tidur."Istirahatlah! Kamu pasti capek!""Aku mau masak, Kak! Ini sudah siang!""Gak usah masak! Kita order saja! Satu lagi! Jangan panggil aku kak la
Bab 10Tamu Tak DiundangMereka tiba di Jakarta pukul 19.00 WIB. Mereka sepakat untuk pulang ke apartemen dahulu untuk berisitirahat. Besok mereka baru akan ke rumah orang tua mereka untuk mengantar oleh-oleh.Pagi ini, saat bangun tidur, Naura merasa mual hebat. Dia langsung berlari menuju kamar mandi.Bagas yang terkejut, langsung menyusulnya. Dia memijit lembut tengkuk Naura."Bagaimana, Sayang? Sudah enakan?" tanya Bagas.Naura hanya melambaikan tangannya dengan lemas. Setelah selesai, Bagas segera membopong tubuh istrinya ke tempat tidur. Setelah menidurkan istrinya, dia bergegas menuju dapur untuk membuat teh hangat."Diminum dulu, tehnya! Biar enakan! Habis ini kita ke dokter, ya! Wajah kamu pucat banget, gitu!" ucap Bagas.