Home / Romansa / JODOH DEPAN RUMAH / Hari Pernikahan

Share

Hari Pernikahan

Author: Rara Qumaira
last update Last Updated: 2021-10-08 19:48:37

Bab 2

Hari Pernikahan

"Apa? Gak. Naura gak mau, Ma. Masak, Naura disuruh nikah sama si tukang rese itu sih. Gak. Gak mau."

"Naura sayang. Tolonglah! Apa kamu tidak kasihan melihat Tante Salma sedih? Kalau acara pernikahan ini sampai gagal, mereka pasti malu."

"Naura sayang. Mau ya, nikah sama Bagas? Tolong Tante!" ucap Tante Salma sambil terisak. 

Duh, aku ikut sedih jadinya. Sebenarnya tidak tega melihat Tante Salma seperti itu, tapi masak harus dengan menikah sama Bagas sih.

"Naura, bagaimana? Mau ya nikah sama Bagas?" ucap tante Salma sambil terus terisak. 

"Tante, sudah jangan nangis lagi. Iya,Naura mau kok nikah sama Bagas."

"Terimakasih, sayang. Terimakasih," ucap Tante Salma dengan terharu sembari memeluk Naura. 

*********

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah…."

"Alhamdulillahirobbilalamin…."

Tak terasa air mataku menetes. Hari ini, aku resmi menjadi nyonya Bagas. 

Setelah akad selesai, Mama dan tante Salma menuntunku ke depan untuk duduk di samping Bagas. Mama menyenggol lenganku memberikan kode. Aku yang gak mengerti apa-apa malah bingung.

"Cium tangan suamimu!" bisik tante Salma. 

Setelah itu, Bagas ganti mencium keningku. Aku melirik para orangtua. Mereka tersenyum bahagia. 

Berbeda dengan Bagas. Ekspresi wajahnya sedingin es. Entah bagaimana nasib pernikahan kami. Pernikahan terpaksa dan tanpa cinta. 

**********

Alhamdulillah rangkaian acara pernikahan kami sudah selesai. Rasanya capek sekali berdiri seharian menyalami ratusan undangan.

Pesta ini ternyata benar-benar meriah. Setelah acara selesai, kami menginap di hotel semalam sebelum besok pulang ke rumah.

"Bagas, antar Naura ke kamar! Dia pasti capek sekali. Sayang, kamu istirahat disini dulu ya," ujar tante Salma.

"Iya, Tante," jawabku.

"Lho, kok masih panggil tante sih? Panggil bunda dong, seperti Bagas. Kan, sekarang kamu menantu Bunda. Sudah jadi anak bunda."

Iya, bun."

"Ya udah, selamat istirahat sayang."

 Aku dan Bagas berjalan beriringan menuju kamar hotel. Kami berjalan dalam diam. Kami tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aku bingung, takut, dan cemas. Entah apa yang akan terjadi nanti di dalam kamar. 

********

"Kenapa bengong disitu? Cepat masuk."

"Iya, ini juga mau masuk. Bawel,"gerutu Naura. 

Setelah masuk ke dalam kamar hotel, Bagas segera melepas jasnya dan masuk ke kamar mandi. 

Mumpung Bagus sedang mandi, Naura segera melepas gaunnya dan mengganti dengan piyama. Untung saja tidak ada drama resleting nyangkut, jadi dia bisa ganti dengan aman. 

Saat Naura duduk di meja rias menghapus make up, Bagas keluar kamar mandi Hanya dengan handuk di pinggang. Tanpa sengaja Naura melihat pemandangan roti sobek itu.

"Aaaaaaa……….. Kak Bagas jorok! Kenapa gak pake baju sekalian di kamar mandi sih?" teriak Naura sembari menutup mukanya demgan kedua tangannya.

"Berisik. Jangan teriak-teriak. Ntar dikirain gue ngapa-ngapain elu lagi."

"Habisnya, kak Bagas keluar kamar mandi cuma pake handuk doang. Cepetan pake baju sana."

"Kenapa memangnya? Suka-suka gue dong. Lagian, kita kan sudah sah menjadi suami istri. Jadi gak papa dong. Lagian elu tadi juga lihatin tubuh gue. Apa jangan-jangan kamu mau lihat yang lain?" 

ujar Bagas sembari mendekati Naura. 

Tubuh mereka semakin dekat dan berimpit. Naura menjadi ketakutan dan panik. 

"Awas aja kalo macam-macam. Gue aduin ke ayah dan bunda."

"Aduin aja. Siapa takut."

"Ih…., Kak Bagas nyebelin!" ujar Naura sembari berlari ke kamar mandi. Bagas hanya tertawa kecil melihat kelakuan Naura.

Cukup lama Naura bersembunyi dan mandi. Setelah Naura keluar kamar mandi, dia melihat Bagas sedang duduk di tempat tidur sembari bermain ponsel. 

Dia kebingungan. Badannya lelah sekali dan ingin segera tidur. Tetapi Disana ada Bagas. 

"Ngapain bengong disitu? Hobi banget bengong. Cepat kesini. Memangnya kamu tidak capek berdiri terus?"

"Kak, gue capek banget. Pengen tidur."

"Pengen tidur ya tidur saja. Gitu aja kok repot."

"Tapi kak Bagas jangan disitu. Kak Bagas tidur di sofa saja."

"Ogah. Kamu saja sana tidur di sofa," ujar Bagas sembari membaringkan badannya.

Naura semakin kebingungan.

"Udah,cepetan tidur sini. Gue gak mungkin ngapa-ngapain elu. Anak kecil juga."

"Beneran ya. Awas macem-macem," ancam naura. 

Akhirnya Naura membaringkan badannya di tempat tidur setelah sebelumnya menata guling sebagai pembatas. Tidak lama kemudian dia sudah terlelap. 

*********

Naura terbangun dari tidurnya. Dia kaget setelah mendapati dirinya tidur di sebuah kamar hotel. Terdengar suara gemericik air di kamar mandi. Dia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Setelah iangatannya pulih, Bagas tiba-tiba keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk lagi. 

"Ih…. Kak Bagas! Udah dibilangin juga. Pake baju di kamar mandi sana!" teriak Naura sambil menutup mata dengan kedua tangannya. 

"Kamu ngapain sih pagi-pagi berisik? Lagian ya, diluar sana banyak cewek-cewek tergila-gila sama tubuh gue yang atletis ini. Kenapa elu malah kelihatan jijik gitu sih?" protes Bagas.

Memang, Bagas memiliki fisik yang nyaris sempurna. Tubuh tinggi, badan atletis, kulit kuning bersih, dan mata elangnya benar-benar bisa memikat para kaum hawa. 

"Pokoknya gue gak suka. Cepetan pake baju ke kamar mandi."

Akhirnya Bagas memilih mengalah dan kembali ke kamar mandi untuk berpakaian. 

"Elu cepetan mandi sana. Habis sarapan kita langsung pulang," ucap Bagas.

Pukul 12.30 WIB, mereka sudah sampai di rumah. Lalu lintas yang padat membuat mereka terlambat sampai di rumah.

"Kita ke rumah mana dulu nih? " tanya Bagas.

"Ke rumah gue saja."

Bagas lalu membelokkan mobilnya masuk ke halaman rumah Naura. Terdengar suara yang cukup ramai dari dalam rumah.

"Assalamualaikum. Papa, Mama, Naura pulang," ujar Naura sembari nyelonong masuk ke dalam rumah diikuti oleh Bagas.

"Lho…., Ayah sama Bunda juga disini?"

Bagas dan Naura menyalami mereka semua. Memang, walaupun mereka orang berada, tetapi mereka tetap mengajarkan etika terhadap orangtua. 

Masuk ke dalam rumah harus mengucapkan salam dan mencium tangan kedua orangtuanya.

"Iya sayang. Ini Mamamu mengundang Bunda dan Ayah makan siang disini. Ini kan pertama kalinya kita berkumpul sebagai keluarga. Bukan begitu, Jeng Sinta?" ucap bunda Bagas.

"Betul, Jeng. Ayo, mumpung sudah ngumpul, kita langsung makan. Itu bik Siti juga selesai menyiapkan makanannya."

Akhirnya, mereka makan siang bersama-sama sambil bercengkrama.

"Bagas, rencananya kamu mau mengajak Naura bulan madu kemana?" tanya ayah Bagas. Naura dan Bagas langsung tersedak bersamaan.

"Duh… kalo jodoh ya begini ini! Tersedak ja sampai barengan." 

Mereka malah menanggapinya sambil tertawa. 

Setelah minum dan menenangkan diri, Bagas menjawab," Sepertinya belum bisa sekarang, Yah. Pernikahan ini kan mendadak. Lagian, Naura masih kuliah. sebentar lagi ujian. Biar dia konsentrasi dulu sama kuliahnya."

"Baiklah kalo memang seperti itu. Tapi, Bunda minta, jangan menunda momongan ya! Bunda sudah kepengen menimang cucu." 

Mereka berdua hanya bisa nyengir bersamaan. 

"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya papa Naura.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 52 EKSTRA PART

    Bab 51EKSTRA PART"Sayang, besok aku izin keluar ya!" ujar Kirana kepada Ronald."Mau kemana?" tanya Ronald."Ke rumah sakit.""Kamu sakit?" tanya Ronald panik."Gak, Sayang! Jadi, ceritanya itu akhir-akhir ini kan Axel sering sakit, trus beberapa kali mimisan. Akhirnya, aku periksakan ke dokter. Nah, sama dokternya disuruh periksa ke lab. Takutnya, ada yang serius." Kirana memberi penjelasan."Kenapa gak pernah cerita? Itu periksa ke labnya kapan?""Sekitar … dua minggu sebelum pernikahan kita," ujar Kiran sambil mengingat-ingat."Sebelum kamu nemuin Papa dan nglamar aku.""Itu sudah lama sekali, lho!" protes Ronald."Iya sih. Kata petugas labnya, perkiraan dua minggu hasilnya keluar. Tapi kemarin itu ternyata lebih. Baru tiga hari yang lalu dikabari kalau hasilnya sudah keluar.""Trus, kenapa gak langsung diambil?" "Lha kita kan posisinya masih bulan madu. Aku gak mau merusak suasana. Kalau sekarang kan, kita sudah di rumah. Makanya mau tak ambil."Ronald menghela nafas panjang."

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 50 PERTEMUAN PERTAMA

    Bab 50PERTEMUAN PERTAMA“Oya, siapa nama anak kita?” tanya Ronald.” Axel Dharmendra Wibawa,” sahut Kirana.“Kamu tidak memasukkan namaku?” protes Ronald.“Aku gak yakin kamu mau mengakuinya, jadi aku memasukkan nama Papa.”“Setelah kita menikah, aku akan menggantinya menjadi Axel Dharmendra Baskoro,” ujar Ronald.“Terserah kamu sajalah.”“Oya, dia pulang sekolah jam berapa?” tanyanya.“Jam 14.00 WIB.”“Nanti aku ikut jemput, ya?” tanya Ronald.“Yakin?”“Iya, dong! Aku sudah tidak sabar!” ujar Ronald.“Dia pasti senang,” ujar Kirana.“Apa yang kamu katakan padanya saat dia menanyakan Papanya?” tanya Ronald penasaran.“Aku bilang sama dia kalau Papanya sedang bekerja di tempat yang jauh mencari uang yang banyak buat dia.”“Trus, dia jawab apa?”“Awalnya gak banyak protes, tapi akhir-akhir ini dia selalu bilang kalau dia tidak butuh uang yang banyak. Dia hanya ingin punya Papa seperti teman-temannya,” sahut Kirana. Dia tampak sedih mengingat pembicaraannya dengan Axel kala itu.Ronald

  • JODOH DEPAN RUMAH   PERJUANGAN RONALD

    Bab 49PERJUANGAN RONALD"Aku sudah meletakkan surat pengunduran diriku di meja Pak Ronald.""Kamu yakin? Aku bisa memindahkan kamu ke divisi lain kalau tidak suka disana.""Gak perlu, Pak! Saya ada alasan lain mengapa harus resign.""Baiklah, kalau memang itu keinginanmu. Aku tidak memaksa.""Ya sudah, Pak, saya pamit ya!" Usai Kirana meninggalkan kantor, tak lama kemudian Ronald datang. Dia sangat terkejut mendapati surat pengunduran diri Kirana. Dia lebih terkejut lagi mendapati hasil tes DNA delapan tahun yang lalu."Jadi, anak itu adalah anakku," ujar Ronald lirih. Ronald tampak syok. Bergegas dia melangkah ke ruangan Sakti."Apa Kirana tadi kesini?" tanya Ronald."Iya Pak, hanya mampir sebentar lalu pulang. Ada apa Pak?" tanya Sakti heran."Gak ada. Terimakasih," ujarnya, lalu meninggalkan ruangan Sakti. Sakti memandang kepergian Ronald dengan miris. Dia tahu, ada sesuatu antara Kirana dan Ronald. Sepertinya, dia harus bersiap patah hati. Ronald segera melajukan kendaraanny

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 48 MENGUNDURKAN DIRI

    BAB 48MENGUNDURKAN DIRI“Saya temannya Mama kamu,” sahut Bagas.“Oya? Wah ... kebetulan sekali! Apa kamu juga teman Papa aku?” tanya Axel polos.Bagas memandang Mama Kirana mencari jawaban.“Axel, ayo temannya diajak masuk!” ujar Mama Kirana.“Gak usah, Tante! Kami langsung pulang saja!” sahut Bagas.“Papa, kami mau kue!” rengek Kayla.“Mau kue yang mana? Sini, Oma ambilkan!”Mama Kirana menggiring Kayla dan Keysha ke bagian etalase kue.Sekarang, tinggal Bagas berdua dengan Axel.“Om, apa Om kenal dengan Papa aku?” tanya Axel lagi."Memangnya Mama kamu bilang apa?" tanya Bagas."Kata Mama, Papa sedang bekerja di tempat yang jauh. Kalau Om ketemu Papaku, tolong katakan padanya, aku gak minta uang yang banyak. Aku juga gak akan minta dibelikan mainan. Aku hanya ingin Papa pulang. Gak papa kita gak punya banyak uang, asalkan bisa selalu bersama," ujar Axel sendu."Bagas terharu mendengar ucapan Axel, lalu menghela napas panjang."Om memang kenal Papa kamu, tapi Om gak tahu dimana dia s

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 47 QUEEN CAKE 'N BAKERY

    BAB 47QUEEN CAKE ‘N BAKERY"Pa, bagaimana kalau kita antar Axel pulang dulu? Dia belum dijemput!" ujar Kayla kepada Papanya saat dijemput pulang sekolah. Tampak, di taman Axel sedang bermain sendirian ditemani sang wali kelas. "Iya, Pa! Kasihan dia nanti sendirian!" sahut Keysha."Memangnya Axel belum dijemput?" tanya Bagas."Belum!" sahut mereka serempak."Sebentar! Papa tanya wali kelas kalian dulu!"Bagas, Kayla, dan Keysha segera menghampiri wali kelas mereka. "Selamat siang, Bu!” sapa Bagas.“Selamat siang, Pak Bagas! Ada apa, ya?” tanya Bu Dyah, walikelas mereka.“Axel kok belum pulang? Memangnya, dia belum dijemput, Bu?" tanya Bagas."Belum, Pak! Barusan mamanya telfon, katanya jemputnya agak terlambat," sahut sang wali kelas. "Bagaimana kalau dia kami antar saja? Rumahnya mana?" Wali kelas tersebut menyebutkan sebuah alamat."Kami satu arah. Bagaimana, Bu?" "Apa tidak merepotkan, Pak?""Tidak, Bu. Lagipula, sepertinya anak-anak dekat dengan dia. Mereka gak tega meninggal

  • JODOH DEPAN RUMAH   BAB 46 MENJADI SEKRETARIS RONALD

    Bab 46MENJADI SEKRETARIS RONALD"Maaf, Pak! Saya pinjam Ibu Kirana sebentar. Ada keperluan mendesak," ujar Sakti.Ronald memandang Sakti dengan tajam. "Urusan apa? Bukankah ini masih jam kerja? Lagipula, wawancaranya belum selesai," sahut Ronald tak suka."Maaf, Pak! Ini masalah keluarga dan sangat penting. Mohon pengertiannya!" ujar Sakti sopan.Ronald menatap Sakti dan Kirana bergantian. Apa hubungan Sakti dengan Kirana? Batinnya.Kirana pun memandang Sakti dengan tanda tanya."Apa kamu keluarganya?" tanya Ronald lagi.Sakti tersenyum tipis."Bukan, Pak! Hanya saja, baru saja keluarganya menghubungi," sahut Sakti."Ya sudah! Bawa dia pergi!" ujar Ronald pasrah."Terimakasih, Pak! Ayo!" ajak Sakti kepada Kirana. Dengan penuh tanda tanya, Kirana mengikuti langkah Sakti. "Ada apa?" tanya Kirana saat mereka sudah di luar ruangan."Tadi Mama kamu nelfon. Sebenarnya, beliau sudah menghubungi kamu tapi gak bisa, jadi beliau menghubungi nomor kantor," ujar sakti."Ada apa Mama nelpon?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status