เข้าสู่ระบบVelove bangun saat jam alarmnya berbunyi berkali kali. Tapi bukannya lekas bangun, Velove kembali melanjutkan tidurnya. Karena kesal alarmnya terus berbunyi akhirnya Velove melempar jam itu ke sembarang arah.
Dug ... "Eh....." Mata Velove terbuka sempurna saat mendengar suara kesakitan. Dia lalu bangun dari tidurnya dan melotot lebar saat melihat siapa yang sudah ada di dalam kamarnya. "Kamuuu?" Velove syok, lalu tersadar jika saat ini dia sedang memakai gaun tidur yang tipis. Velove dengan cepat menarik selimutnya dan menutup tubuhnya sehingga yang terlihat hanya kepalanya saja. "Kamu ngapain masuk ke kamarku?" teriak Velove keras. Altares tak menghiraukan perkataan Velove karena kepalanya masih berdenyut akibat terkena jam alarma Velove tadi. Velove yang menyadari itu meringis kecil sekaligus takut. Dia takut jika Altares akan marah kepadanya bahkan membalas apa yang dia lakukan meskipun itu tak sengaja. "Lupa, kalau kita mau pergi?" Velove mengerutkan keningnya bingung, tapi saat dia ingat jika dia janjian dengan Altares, dia menggaruk pelipisnya pelan. Tanpa menjawab perkataan Altares, Velove berlari masuk ke dalam kamar mandi dengan cepat. Sedangkan Altares hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tinggal Velove saat ini. Altares berkeliling melihat isi kamar Velove yang dominan warna cerah khas seorang perempuan. Dan tiba saat Altares melihat sebuah foto masa kecil Velove. Senyum samar terbit di bibir Altares saat ini. "Dia memang lucu." Setelah puas melihat isi kamar Velove, Altares memutuskan untuk keluar dari kamar Velove. Dia menghampiri Nesa dan juga Mahen yang sedang berada di meja makan. "Velove dimana? Nggak ikut turun?" "Mandi mom." Nesa mengangguk mengerti, Nesa juga mengerti sifat Altares yang jarang bicara banyak di depan orang lain. "Anak itu benar benar, padahal dia perempuan. Harusnya sudah bangun sejak pagi." gerutu Mahen sedikit kesal. " Nggak apa apa Dad, lagian Al cari istri bukan cari pembantu. " Jleb..... Kalimat Altares menusuk jantung Mahen, bukan berarti dia tersinggung tapi yang di katakan Altares benar. Nesa sudah cekikikan di sebelah Mahen karena Altares membela Velove saat ini. Dan hampir setengah jam berlalu, Velove baru terlihat turun ke bawah. Ingin rasanya Mahen menjitak kepala putrinya itu yang sudah membuat Altares menunggu selama itu. "Besok nggak usah bangun aja." Uhukkk.... "Mati dong Dad!!!" protes Velove yang baru saja tersedak sarapannya. Mahen tak menjawab lagi. Karena Altares hanya diam dan menikmati sarapannya saat ini. Velove melirik Altares yang bersikap dingin di depan kedua orang tuanya dan itu membuat Velove penasaran dengan sifat asli laki laki itu. # Selesai sarapan, Altares dan Velove pergi melihat beberapa gaun pengantin yang di rekomendasikan oleh Sofiah di butik langganannya. Saat sampai di butik itu Velove bahkan hanya diam saja karena bingung dengan apa yang akan di lakukannya. Baju yang dia coba sekali pakai langsung pas dengan ukurannya. "Kok bisa tahu ukurannya?" gumam Velove pelan. Tapi Altares yang ada di sebelahnya mendengar celotehan Velove sejak tadi. "Aku yang mengukurnya, bahkan ukuran bagian dalam pun aku juga sudah tahu." Blush ..... Wajah Velove langsung memerah karena malu, terlebih Altares mengatakan itu di depan pegawai butik tempat mereka mencoba gaun pengantin. "Dasar om om mesum!!" Tanpa mengatakan apa apa, Velove masuk kembali ke dalam tempat ganti pakaian dan saat sudah selesai dia meninggalkan Altares di dalam butik. "Gila gila, belum apa apa mesumnya nggak ketolong gitu. Terus gimana nanti kalau udah nikah. Dia kebelet kawin apa ya!!" Altares masuk ke dalam mobil dan mengungkung tubuh Velove mepet ke pintu mobil. "Eh, Ngapain kamu?" Altares tak menjawab, tapi dia memindai seluruh wajah Velove yang baru saja memerah karena ulahnya. Velove yang di pandangi dari dekat mulai merasa tak karuan. Kedua tangannya meremas gaun miliknya. "Al, kamu mau ngapain?" tanya Velove gugup. "Mau cium kamu boleh?" Mata Velove melotot kaget, di tambah saat ini wajah Altares sangat dekat dengan nya. Reflek Velove memejamkan matanya saat wajah Altares mendekat ke arahnya. Altares langsung tersenyum karena melihat respon Velove seperti itu. "Ngapain tutup mata?" goda Altares usil. Spontan Velove membuka matanya cepat lalu memalingkan wajahnya karena melihat Altares melihatnya dengan wajah yang usil. Velove menggigit bibir bawahnya karena menahan malu. Apalagi dia yang seperti lebih menginginkan ciuman itu di banding dengan Altares. Tapi Altares bersikap biasa saja saat ini. Mereka pergi ke toko perhiasan dan memilih cincin yang di mau oleh Velove meskipun dia menjadi pendiam gara gara masalah tadi. # Tak terasa seminggu berlalu, pernikahan Velove dan Altares pun di laksanakan dengan private. Hanya beberapa keluarga inti saja yang hadir. Tapi Velove merasa lelah karena sejak pagi dia sudah di sibukkan dengan persiapan pernikahan. "Uhhh, gaunnya sudah banget sih ini di lepas." Velove mencoba melepas gaun pengantinnya tak kunjung bisa. Sampai ada satu tangan yang tiba tiba membantu nya melepas resleting gaun itu. Velove memejamkan matanya saat tak sengaja jari Altares mengenai kulitnya. Dan saat di rasa gaun itu sudah terlepas dengan cepat Velove lari masuk ke dalam kamar mandi. Karena Velove melihat jika Altares ingin mencium pundaknya. "Aduh, habis sudah aku malam ini."! to be continuedAltares membelalakkan matanya, saat melihat Velove melompat dari mobil miliknya. Velove terlempar dari dalam mobil dan beruntung jatuh di semak semak yang tak jauh dari dia melompat tadi. Duar..... Terjadi benturan keras dari mobil Velove yang ternyata langsung menabrak pembatas jalan. Altares dan anak buah Carlos langsung berhenti. Dengan jantung yang berdegup kencang Altares mencari keberadaan istrinya.. "Uh ... sakit banget badanku." Velove mencoba bangun tapi tak bisa karena kakinya ada yang terluka dan kemungkinan juga retak. Altares yang melihat Velove berusaha bangun segera mempercepat langkahnya. Saat dia sudah dekat, Altares langsung memeluknya erat. "Sayang, kamu nggak apa apa kan?" Altares langsung melihat Velove tapi matanya membelalak saat melihat semua luka di sekujur tubuh Velove. Sayatan duri duri dari semak semak dan juga beberapa lebam yang Velove dapat membuat Altares meradang. "Tuan muda ...." panggil Anak buah Carlos. "Aku mau pelakuny
Altares saat ini sedang bersama Carlos membahas masalah pekerjaan yang sedikit tertunda. Dan dia harus segera menyelesaikan nya sebelum pernikahan Carlos dan Leticia. "Al, tadi aku dapat info katanya Velove habis di labrak sama cewek." Carlos tiba tiba masuk ke ruangan Altares sambil memberitahu info itu. Dia juga membawa beberapa berkas di tangannya. Altares menghentikan kegiatannya lalu melihat Carlos. "Siapa lagi? Heran banget, banyak cewek yang ngajakin musuhan Velove." Carlos mengangkat kedua bahunya tak tahu karena memang sejak menikah dengan nya selalu saja ada cewek cewek lain yang ingin bermasalah dengan Velove. "Nanti aku teflon dia buat mastiin. Sekarang kerja dulu. Harus segera selesai. Nanti malam mau pergi ke pelelangan." Carlos mengangguk, dia juga segera menyelesaikan beberapa berkas yang butuh di seleksi. # Velove yang masih di kantin memilih menunggu Leticia yang sedang ada kelas. Tak ada yang aneh dan tak ada yang mencurigakan. Tapi perasaan
Velove terus menggerutu karena Altares tak melepaskannya sampai dia harus menyerah karena kelakukan suaminya itu. "Uh.... pinggangku!!" keluh Velove. Dia sejak tadi duduk tak jenak di kantin karena merasa jika pinggangnya sangat sakit. Leticia yang baru datang ke kampus melihat Velove bingung. "Kenapa pinggang?" Velove yang mendengar pertanyaan Leticia hanya melirik sahabatnya itu sekilas. Leticia bahkan sudah membawa nampan makanan ke meja Velove. Belum lagi beberapa makanan lain yang baru di antar. Velove melihat semua itu merasa aneh. "Kamu ngapain pesan makanan segitu banyak?" Leticia yang ingin makan pun langsung berhenti. "Nggak kenapa Napa, tadinya mau tanya kamu dulu tapi nggak jadi pas lihat wajah kamu keruh gitu. Dan ini manis manis makanannya. Katanya bisa balikin mood aja." Velove menelisik wajah Leticia yang makan dengan santai. Tak biasanya Leticia menyukai makanan manis. "Kamu nggak hamil kan?" tanya Velove polos. Uhuk..... Leticia te
Velove benar benar marah pada Altares. Dia tak mengijinkan Altares masuk ke dalam kamar mereka. "Sayang, kok di kunci? Kamu serius suruh aku tidur di luar?" Altares berusaha masuk ke dalam kamar mereka tapi tetap saja tidak bisa. Altares mengacak rambutnya kasar, dia merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa dia keceplosan masalah seperti itu. Apalagi selama menikah yang baru beberapa waktu ini banyak sekali wanita yang mengganggunya. Velove di dalam kamar sudah memukul bantal tidurnya berkali kali untuk menyalurkan kemarahannya pada Altares. "Bisa bisanya dia bilang seperti itu? Awas aja kalau dia sampai melakukannya dengan wanita lain. Aku kebiri itu terong Belanda nya!!" Altares yang sedang menunggu di depan kamarnya tiba tiba merinding. Bulu kuduknya tiba tiba berdiri semua. "Kok serem tiba tiba?" gumam Altares. Altares yang tak di bukakan pintu oleh Velove akhirnya pergi ke ruang kerjanya yang ada di sebelah kamar mereka. Disana juga tersedia tempat ist
Yudis dan istrinya panik, tapi berbeda dengan Sarah yang tak terima dengan apa yang terjadi. Bisa bisanya Leticia malah mendapatkan calon suami yang sempurna dan selalu mendapatkan semua yang dia mau. Sedangkan dia tak bisa mendapatkan itu. "Jangan merasa kalian lebih kaya jadi kalian bisa seenaknya. Lagian tiba tiba banget kalau Leticia mau nikah, bukannya kemarin usah tunangan terus putus. Atau jangan jangan kamu hamil duluan? Wah, dan kalau iya, kamu jadi cowok bego banget mau nikah sama cewek bekas kayak dia!" Plak.... Plak... Dua tamparan mendarat langsung di pipi Sarah. Membuat Sarah langsung tersungkur di lantai. Sejak tadi Velove masih diam, tapi karena Sarah terus mengoceh akhirnya dia turun tangan. "Nggak sopan banget ngatain orang hamil duluan." ucap Velove santai. Marko dan Sofiah sempat melongo tapi kemudian tersenyum gemas. Mereka kira sejak tadi Velove akan diam saja. Tapi ternyata langsung ambil tindakan saat Sarah terus bicara yang tak baik pada Leti
Malam ini, keluarga Altares tiba di kediaman Leticia. Hanya pertemuan dua keluarga tanpa melibatkan banyak orang. Carlos sejak tadi duduk gelisah karena gugup. Dan ingin rasanya dia kabur dari sana. Altares yang melihat itu ingin sekali memukul Carlos. "Carlos, diam lah. Kenapa kamu malah gugup begitu?" tegur Altares lirih. Carlos mengambil napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Carlos melihat ke semua orang yang ada disana. Dia yang biasanya datar dan dingin sekarang malah terlihat gugup hanya karena akan melakukan pembicaraan dua arah dengan orang tua Leticia. Leticia keluar bersama mamanya dan juga papanya. Carlos semaput tertegun dengan yang dia lihat. Altares yang melihat Carlos seperti orang bodoh gemas sekali. "Carlos, bisa tidak bersikap biasa saja. Kenapa malah melongo seperti itu? Kamu tuh bikin malu!" bisik Altares. Carlos juga tak sadar kenapa bisa dia seperti itu padahal biasanya dia bersikap cool dan datar. Entah kenapa dia gugup dan hampir saja m







