Velove masuk ke dalam kamarnya dengan langkah gontai mengingat apa yang di katakan sang Momy tadi.
Saat sampai di kamarnya, dia melihat jarinya yang tersemat cincin yang di berikan Sofiah tadi kepadanya. "Jual ginjal? Astaga.... ini kenapa malah bikin aku takut? Bukan apa apa malah udah horor begini!" dumel Velove dalam hati. Dia membersihkan wajahnya sesaat setelah dia berganti pakaian. Merebahkan dirinya dan berguling guling tak jelas di ranjangnya. Velove sudah membayangkan bagaimana jadinya dia yang akan menikah sebentar lagi. "Gila nggak sih ini, balik ke indo malah langsung di suruh nikah. Mana jodohnya om om mesum lagi." Velove terus mengomel dalam hati sampai pada akhirnya dia terpejam karena hari sudah semakin larut. # Di sisi lain, Altares hanya mampir sebentar di rumah kedua orang tuanya. "Nggak nginep aja Al?" "Nggak ma, lain kali. Besok aku ada kerjaan pagi." Sofiah mengangguk mengerti. Altares sama seperti Marko sang papa yang gila kerja. Jadi dia melepaskan Altares untuk langsung kembali pulang ke rumahnya sendiri. Altares memang sudah mempunyai rumah sendiri selama hampir beberapa tahun ini. Awalnya Sofiah keberatan tapi perlahan Sofiah mengerti. Jarak rumah Altares dengan perusahaan lebih dekat dari pada berangkat dari rumahnya. # Dalam perjalan pulang, Altares menghubungi asistennya yang juga sahabatnya. Dia menanyakan keberadaan Carlos saat ini. Dan ternyata Carlos sedang berada di club malam langganan mereka. Altares menyusul Carlos kesana dan langsung tahu jika Carlos ada di ruang VVIP saat ini. "Tumben nyari malam malam, ada kerjaan?" Altares menggeleng, dia duduk di sebelah Carlos. Carlos yang mengetahui jika Altares menyusul nya kesana sudah mengusir beberapa wanita yang menemaninya sejak tadi. "Urus berkas pernikahan ku untuk Minggu depan." Byur..... Uhukkk... Carlos tersedak minumannya karena kaget dengan perkataan Altares. "Serius?" Altares mengangguk, sedangkan Carlos menatap Altares tak percaya. "Siapa wanita yang tak beruntung nikah sama si kulkas ini?" Bugh... Carlos meringis, karena pukulan Altares kepadanya. Tapi kemudian dia tertawa renyah. "Baiklah, aku akan mengurusnya. Apalagi? Ada yang lain yang kamu butuhkan?" " Weding organizer. Carikan yang paling bagus dan mahal. " Carlos mencatat semua kemauan bosnya sekaligus sahabatnya ini. Mereka berdua melanjutkan obrolan tentang pekerjaan disana. Tapi tiba tiba saja pintu ruangan itu terbuka dan masuklah satu orang wanita yang sangat Carlos kenal. Dia melirik Altares yang sedang menikmati minuman nya dengan tenang. Wanita itu duduk di dekat Altares dan dengan berani ingin memegang paha Altares. " Argh..... " Wanita itu meringis kesakitan saat Altares menahan pergelangan tangannya dan bahkan terdengar retakan dari tulang miliknya. "Lancang, berani banget tangan kotormu menyentuhku!! " Carlos diam tak ingin ikut campur meskipun dia juga mengenal wanita itu. Carlos juga sudah mengingatkan Viona untuk tak mengganggu Altares tapi ternyata Viona tak mengindahkan peringatannya. "Al, lepas!! " rintih Viona pelan Viona merasa sangat kesakitan saat ini, apalagi tangan Altares yang besar terus menekan pergelangan tangannya. " Jangan lancang menyentuh ku bitch!!" Setelah mengatakan itu Altares mendorong tubuh Viona keras sampai wanita itu tersungkur ke lantai. "Carlos, blacklist dia dari mana pun. Jangan biarkan wanita ini berkeliaran di dekatku!!" Setelah mengatakan itu Altares pergi dari sana. Viona yang mendapat hukuman seperti itu ingin mengejar Altares untuk meminta maaf tapi anak buah Carlos sudah menghadangnya terlebih dahulu. Mereka bahkan mencekal lengan Viona dengan keras. Pergelangan Viona sudah terlihat membengkak saat ini. "Aku sudah peringatkan kamu untuk tak bersikap seenak mu hanya karena kamu salah satu kesayangan club ini. Tapi kamu tak lupa bukan siapa Altares sebenarnya?" Viona terus memberontak, dia berusaha melepaskan diri dari anak buah Carlos. Matanya melotot ke arah Carlos. "Kenapa kamu tak mau membantuku, kamu tahu aku cinta sama dia. Dan tak hanya datang untuk menggodanya!! " teriak Viona keras. Carlos tersenyum mengejek, dia ingin sekali menertawakan Viona saat ini. "Dia bos dan juga sahabatku, jelas aku lebih membelanya dari pada wanita seperti mu. Di luar sana bahkan banyak wanita yang berkata seperti itu pada Altares. Jadi nikmati saja hukumanmu saat ini. " Carlos memberi isyarat pada anak buahnya untuk membawa Viona pergi dari sana. Sedangkan Carlos sendiri memilih untuk pergi dari sana dan pulang ke apartemen. Mengingat Altares akan menikah seminggu lagi pasti dia akan disibukkan dengan persiapan itu. # Altares yang pulang dalam keadaan kesal pun mengemudikan mobilnya dengan cepat. Saat dia sampai di rumahnya terdengar suara ban mobil yang berdecit. Masuk ke dalam rumahnya dengan buru buru dan langsung ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya yang baru saja bersentuhan dengan Viona meskipun bukan dia yang memulai. Tapi Altares benar benar jijik dengan wanita wanita seperti itu. "Berengsek!" Malam itu terpaksa Altares mandi dengan air dingin untuk menghilangkan pikiran jahatnya. Ingin sekali rasanya Altares langsung menghabisi wanita seperti itu. Bayangan masa lalu muncul di benaknya yang membuat tubuhnya gemetar ketakutan. Bugh.... Bugh..... Berkali kali Altares meninju dinding di depannya untuk menghalau perasaan takut itu. Sampai hampir dua jam lamanya dia berdiam diri di kamar mandi sampai perasaan nya mulai tenang. Altares beranjak ke ranjang nya merebahkan badannya yang mulai lelah. Dan tak lama matanya terpejam entah di jam berapa Altares masuk ke dalam mimpi indahnya. to be continuedAltares memilih meninggalkan kamar mereka dan kembali bersama keluarganya di bawah. Sedangkan Velove dengan cepat membersihkan sisa riasan di wajahnya. Velove bernapas lega karena saat kembali ke kamar Altares sudah pergi dari sana. Velove naik ke atas ranjangnya dan tak lama matanya mulai terpejam dengan cepat. Velove langsung tertidur pulas. Altares yang sudah selesai mengobrol pun kembali ke dalam kamar. Dia melihat Velove yang sudah pulas dalam tidurnya. "Dia kebo banget!" Altares berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah berganti pakaian dia ikut naik ke atas ranjang. Meraih tubuh Velove lalu memeluknya sambil tertidur. Velove yang merasa nyaman dalam pelukan itu semakin mengeratkan pelukannya pada Altares yang dia pikir adalah guling miliknya. # Pagi menjelang..... "Kyaaa .....mpph....." Altares yang terkejut pun langsung membungkam mulut Velove yang saat terbangun sudah berteriak kencang. Mata Velove melotot saat sadar siapa yang ada disamp
Velove bangun saat jam alarmnya berbunyi berkali kali. Tapi bukannya lekas bangun, Velove kembali melanjutkan tidurnya. Karena kesal alarmnya terus berbunyi akhirnya Velove melempar jam itu ke sembarang arah. Dug ... "Eh....." Mata Velove terbuka sempurna saat mendengar suara kesakitan. Dia lalu bangun dari tidurnya dan melotot lebar saat melihat siapa yang sudah ada di dalam kamarnya. "Kamuuu?" Velove syok, lalu tersadar jika saat ini dia sedang memakai gaun tidur yang tipis. Velove dengan cepat menarik selimutnya dan menutup tubuhnya sehingga yang terlihat hanya kepalanya saja. "Kamu ngapain masuk ke kamarku?" teriak Velove keras. Altares tak menghiraukan perkataan Velove karena kepalanya masih berdenyut akibat terkena jam alarma Velove tadi. Velove yang menyadari itu meringis kecil sekaligus takut. Dia takut jika Altares akan marah kepadanya bahkan membalas apa yang dia lakukan meskipun itu tak sengaja. "Lupa, kalau kita mau pergi?" Velove mengerutk
Velove masuk ke dalam kamarnya dengan langkah gontai mengingat apa yang di katakan sang Momy tadi. Saat sampai di kamarnya, dia melihat jarinya yang tersemat cincin yang di berikan Sofiah tadi kepadanya. "Jual ginjal? Astaga.... ini kenapa malah bikin aku takut? Bukan apa apa malah udah horor begini!" dumel Velove dalam hati. Dia membersihkan wajahnya sesaat setelah dia berganti pakaian. Merebahkan dirinya dan berguling guling tak jelas di ranjangnya. Velove sudah membayangkan bagaimana jadinya dia yang akan menikah sebentar lagi. "Gila nggak sih ini, balik ke indo malah langsung di suruh nikah. Mana jodohnya om om mesum lagi." Velove terus mengomel dalam hati sampai pada akhirnya dia terpejam karena hari sudah semakin larut. # Di sisi lain, Altares hanya mampir sebentar di rumah kedua orang tuanya. "Nggak nginep aja Al?" "Nggak ma, lain kali. Besok aku ada kerjaan pagi." Sofiah mengangguk mengerti. Altares sama seperti Marko sang papa yang gila kerja. J
"Apa aku tak salah dengar?" "Nggak ada yang salah, dan itu persyaratan nya. Seminggu lagi atau sebulan lagi. Semua keputusan ada padamu." Velove langsung melongo mendengar syarat yang tak masuk akal menurutnya. Dua duanya jatuhnya akan sama. Sedangkan Altares diam menunggu jawaban Velove. Bagi Velove dua syarat itu hanya menguntungkan satu pihak yaitu Altares sedangkan dia tetap akan di rugikan. Altares tersenyum samar saat melihat wajah keruh Velove. Lebih tepatnya wajah Velove yang sedang berpikir keras saat ini. "Kalau gitu, aku juga punya syarat untuk kamu." Altares menaikkan sebelah alisnya mendengar Velove juga mengajukan syarat untuknya. "Tapi lepas dulu." "Kalau aku nggak mau?" tantang Altares. Velove memanyunkan bibirnya cemberut karena Altares terus saja menjawabnya. Belum lagi posisi yang seperti ini, Velove takut jika Daddy nya tiba tiba ada disana dan malah akan salah paham. Velove mulai memberontak karena Altares tak juga mau melepaskannya. Dan ka
Velove jelas malu setengah mati. Dia menutup pintu kamarnya dengan keras. Memukul kepalanya sendiri, bisa bisanya dia ketiduran dan lupa dengan acara perjodohan itu. "Ya Tuhan, malu banget aku. Dan tadi, laki laki itu?" "Ahhh, dia pasti yang mau di jodohin sama aku!!" Velove terus menggerutu tapi kemudian sebuah pikirkan terlintas dalam otaknya. "Bukannya itu bagus? Dia bisa ilfeel kan sama aku gara gara lihat hal tadi?" Velove tersenyum senang, lalu dia menuju kamar mandi dengan perasaan yang lebih tenang dan santai. Dia akan bersiap, tapi dia juga tak ingin membuat Daddy-nya mengamuk dan malah menghukumnya. # Sedangkan di ruang tamu, Nesa meminta maaf pada tamunya berkali kali karena ulah Velove barusan. "Nyonya Sofiah, maafkan putriku. Mungkin dia lupa jika malam ini adalah malam yang penting untuknya." Sofiah yang awalnya syok melihat penampilan Velove akhirnya tertawa. Dia merasa jika Velove itu sangat lucu dengan penampilan polosnya. "Tidak apa apa ny
"Appa? Dad? Yang bener aja. Aku baru masuk kuliah dan Daddy udah jodohin aku!!" pekik seorang gadis dengan keras. "Ya, dan nanti malam kita akan membicarakan masalah itu. Jadi jangan pergi kemana mana." Velove, memijat keningnya yang berdenyut. Bagiamana tidak. Baru saja dia kembali dari kampus tiba tiba di ajak bicara tentang masalah perjodohan. Astaga, jaman sekarang masih ada perjodohan seperti itu. "Dad, kenapa nggak rundingin dulu sama aku sih. Main di jodohin aja." dumel Velove lagi. " Lagian, kenapa nggak Daddy aja yang nikah lagi. Kenapa malah aku yang di jodohin! " Bugh..... " Aduh! " Velove meringis saat sebuah bantal melayang mengenai kepalanya dan pelakunya adalah sang Mommy. Mata Mommy nya sudah melotot ke arah Velove yang membuat Velove semakin cemberut saat ini. "Kalau bicara yang bener Velove, masak nyuruh Daddy kamu nikah lagi." omel Nesa. Mahen menghela napas berkali kali melihat tingkah laku putrinya ini. Tapi dia tak bisa membatalkan