Share

Bab 9 Akhirnya

Author: Shakeel
last update Last Updated: 2025-04-03 19:56:24
Yana yang baru saja sampai rumah langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ucapan Gilang membuat Yana kwatir. Entah mengapa, saat ini pikiran Yana menuju ke Amel. Yana meraih hp lalu mencoba menghubungi Amel, tapi nomer Amel tidak aktif.

"Amel kemana, apa benar Amel lagi berdua sama Ipul, tapi kalau iya kenapa tadi Supri bilang gitu, Supri bohong atau memang tidak tahu," gerutu Yana sendirian.

***

Amel mendengarkan semua penjelasan Ipul dengan serius, dia menangkap semua kata yang terucap dari mulut Ipul.

"Apa sudah jelas, Mel, atau mau ada yang kamu tanya lagi?" tanya Ipul mengakhiri penjelasan itu dan berharap Amel sudah mengerti.

"Sudah cukup," jawab Amel singkat.

Ipul merasa bingung dengan reaksi Amel, tapi Ipul kembali menanyakan kepada Amel, apakah Amel bersedia menjadi teman hidupnya. Amel masih saja terdiam mendengar pertanyaan ke dua dari Ipul.

"Ya sudah nggak usah di jawab sekarang, Mel, kita nikmatin cemilan lagi yuk," ajak Ipul mencairkan suasana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 10 Hampir ketahuan

    Eni yang sedang menikmati bakso, kaget dengan kehadiran Supri yang tiba-tiba duduk di depannya. "Ada apa, Pri?" tanya Eni dengan expresi kaget. "Mau makan baksolah, lihat kamu sendirian ya udah aku samperin, ganggu?" tanya Supri. "Oh nggak, ya udah duduk aja," jawab Eni. Supri pun memesan bakso dan menikmatinya dengan tenang, sesekali Supri dan Eni mengobrol santai. Ternyata itu memang bakso enak dan murah dekat dengan tempat kerja jadi mereka juga sering makan di sana. Supri dan Eni juga mengobrol tentang hubungan Ipul dan Amel, mereka juga sama-sama mengkhawatirkan hubungan Amel dan Ipul tapi mereka hanya bisa mendo'akan yang terbaik. *** Sementara Ipul merasa kenapa Amel lama sekali di kamar mandi. Ipul melangkah menuju toilet perempuan untuk mencari Amel. Karena kwatir dengan keadaan Amel, Ipul tidak melihat-lihat jalan, tiba-tiba dari arah depan ada seorang wanita yang sedang menelepon menabrak Ipul. "Maaf, saya buru-buru, kamu nggak apa-apa?" tanya wanita itu. "Saya

    Last Updated : 2025-04-07
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 11 Gelisah

    Saat ini Amel sedang berada di sebuah taman yang indah, penuh dengan bunga-bunga mekar yang banyak. "Indah sekali, taman apa ini," gumam Amel sambil terus berjalan, dia melihat sekelilingnya. Amel tersenyum bahahia, tapi tiba-tiba langkahnya berhenti, dia mematung melihat dua orang di depan sana sedang bermesraan. Ingin rasanya Amel menghampiri orang itu tapi kakinya terasa lemas, hingga akhirnya Amel hanya diam mematung menyaksikan pasangan itu berpelukan, hatinya terasa panas, dan sesak. "Tok.. Tok.. Tok.. Mel, buka pintunya, udah sore makan dulu yuk, dari tadi kamu nggak keluar kamar," Suara ketukan pintu dan panggilan itu membuat Amel terbangun. "Iya, Mah, sebentar, aku ketiduran," jawab Amel. "Mama tunggu ya," ucap Mama. Amel terbangun dengan keringatan mengingat kejadian tadi. "Ternyata cuma mimpi tapi mimpi tapi terasa nyata, tadi itu Ipul sama Santi atau cuma bayangan aja," ucap Amel sendirian. Di mimpi tadi yang Amel lihat adalah pacarnya sendiri Ipul, Amel

    Last Updated : 2025-04-09
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 12 Ketemu

    Ipul dari tadi hanya melihat handphonenya yang berbunyi. Tak ada sedikit niatpun untuk mengangkatnya karena Ipul tahu itu Santi."Mau apa lagi Santi ini, sudah di tolak masih saja berani-beraninya menghubungi," gerutu Ipul sendirian dengan nada kesal. Ipul merasa bingung sebenarnya apa yang Santi mau dari dirinya, bahkan sebelum Amel datang Santi selalu saja mengejar Ipul. Sudah puluhan kali Ipul menolak Santi tapi dia tidak juga mundur. ***Beberapa bulan sudah hubungan Ipul dan Amel berjalan. Mereka menjalani hubungan itu dengan biasa dan sampai saat ini belum ada yang tahu tentang hubungan mereka. Rencana yang sudah Santi buat dengan seseorang tidak menghasilkan apapun, Ipul tetap saja tidak dimiliki Santi. Tapi Santi tak pernah menyerah, bahkan pernah Santi berhasil mengajak Ipul makan bersama saat jam istirahat.***Sore itu, saat jam pulang kerja terlihat Ipul bersama Amel sedang di parkiran motor. Mereka terlihat seperti sedang ada masalah, Amel meninggalkan Ipul begitu saja.

    Last Updated : 2025-04-21
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 13 Renggang

    En, kita ke taman sini dulu ya, ada yang mau aku obrolin, kamu nggak buru-buru kan?" tanya Supri yang saat itu sudah berada di parkiran taman. "Nggak, Pri, emang mau ngobrol apa, soal Ipul sama Amel ya?" tebak Eni. Supri hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke taman dan Eni mengikutinya dari belakang. Supri memilih duduk di kursi yang dekat dengan pohon karena merasa sejuk. "Tunggu bentar di sini, jangan kemana-mana," pinta Supri kepada Eni lalu pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan Eni menjawab. *** Sementara Amel masih menikmati makanan yang dia pesan, rasanya masih betah Amel berada di sana. "Mel, sendirian?" sapa seseorang dari belakang Amel. "Bikin kaget aja, Lang, iya tadi ada Eni tapi sudah pulang duluan," jawab Amel menjelaskan. "Boleh aku duduk?" tanya Gilang. Amel mengangguk tanda setuju Gilang duduk di sana. Gilang ternyata juga sudah memesan makanan, tidak sengaja Gilang melihat Amel duduk sendirian. "Kamu kaya ada yang dipikirin, kenapa?" tanya Gilan

    Last Updated : 2025-04-23
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 14 Pantai

    Tempat Amel bekerja mengadakan acara jalan-jalan ke pantai. Hampir semua ikut acara itu, Ipul tidak mengikuti karena ada acara keluarga. "Mah, aku nanti pulang kerja ke rumah Eni. Aku berangkat bareng Eni, biar ada teman. Nggak apa-apa kan, Mah?" Tanya Amel yang sedang sarapan bersama Mama Dina. "Iya, Sayang. Penting kamu hati-hati dan jangan lupa kabarin mama terus," ucap Mama Dina. Amel mengangguk tersenyum lalu berpamitan kepada Mama Dina. Sesuai jadwal yang sudah diberikan, mereka semua berangkat menggunakan bis kecil, Amel duduk bersebelahan dengan Eni, sementara di kursi sebelah terlihat ada Supri yang duduk bersama Yana. Walaupun saat ini malam hari tapi rasanya tidak ada yang mengantuk, yang ada malah semakin semangat. Suasana di dalam bis terlihat ramai, semua merasa senang, bahkan ada juga yang menyanyi di kursi belakang. "Mel, kok diam saja, sekarang waktunya liburan, lupain dulu masalahmu," ucap Eni yang menyemangati Amel. "Iya, Er, kamu benar," jawab Amel tersen

    Last Updated : 2025-04-24
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 15 Ternyata

    Siang itu, Amel, Eni, Supri, dan Gilang sudah berada di tepi pantai. Sebagian dari teman-teman mereka juga berada di sana. Cuaca di sana sangat panas tapi terdapat pepohonan untuk berteduh dan menikmati ombak yang indah. Suara ombak membuat mereka tersenyum. "Kalian mau es kelapa?" Gilang menawarkan es kepada mereka. Supri mengangguk membuat Amel dan Eni juga mengangguk setuju, Gilang melangkah memesan empat es kelapa. "Bu, es kelapa empat, minta tolong di antar ke sana, Bu," pinta Gilang sambil menunjuk ke arah tempat duduknya. Tak butuh waktu lama, ibu penjual es itu mengantar es pesanan mereka. "Mas, Mbak, ini esnya," ucap ibu-ibu penjual es. "Terima kasih, Bu," Gilang menerima es itu dan memberikan kepada teman-temanya. Mereka menikmati ombak dengan mengobrol santai dan menikmati es kelapa yang sudah mereka pesan. "Kita foto dekat ombak sana yuk, sekalian berenang," ajak Eni. "Aku di sini saja, panas banget," ucap Amel. "Yaah, nggak ada yang mau berenang atau seked

    Last Updated : 2025-04-26
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 16 Kebetulan macam apa

    Setelah Amel dan teman-temannya selesai makan, mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan. Selain cuaca yang sudah sangat panas, baju mereka juga sudah basah kuyup. Amel langsung mengambil handuk dan mandi, kemudian dia memilih untuk istirahat. "Tadi sama Gilang ngobrol apa, Mel, keliahatannya serius banget," tanya Eni yang tiduran di samping Amel. Amel menoleh ke arah Eni, dia menatap Eni dan menarik nafas dalam. Amel menceritakan semua yang dia obrolin dengan Gilang. Amel juga bilang ke Eni kalau dia merasa tidak enak karena sudah mengingatkan Gilang pada masa lalunya. Amel juga menceritakan ternyata Gilang dan Ipul pernah bicara empat mata membahas tentang Santi. "Sudahlah, Mel, kamu jadi nggak penasaran kan, Gilang juga mau cerita tanpa paksaan kamu, dia sendiri yang mau jadi nggak usah merasa bersalah," ucap Eni menenangkan Amel.Amel mengangguk tersenyum lalu dia bilang mau tidur dulu karena capek. Baru saja Eni mau menyusul Amel tidur, baru mau menutup mata, terdengar s

    Last Updated : 2025-04-27
  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 17 Janggal

    Eni yang melihat Amel baru datang bertanya mengapa Amel lama sekali, Amel berbohong dia bilang sakit perut, Eni percaya begitu saja tanpa banyak tanya. Acara malam itu berjalan lancar, semua merasa senang dan tentu saja kenyang. Pukul sebelas malam semua sudah kembali ke tempat penginapan, Pak Zio meminta semua untuk istirahat dan mengingatkan kembali jika besok pukul sepuluh harus sudah siap. Pak Zio juga memperingatkan kepada semua untuk langsung istirahat dan tidak lagi ada yang masih berada di luar. *** Pagi harinya, Amel memutuskan untuk jalan-jalan, dia ingin melihat matahari terbit di tepi pantai. Amel membangunkan Eni tapi Eni bilang itu tidak terlihat lalu Eni melanjutkan tidurnya. Entah firasat apa yang membuat Amel melangkah keluar walaupun tidak bisa melihat matahari terbit. Udara pagi itu sangat dingin tapi Amel terus melangkah dan menikmatinya, dia menghirup embun pagi, merasakan kelegaan dalam dirinya. Dari arah belakang, Yana mengikuti Amel, dia memanggil Amel ya

    Last Updated : 2025-04-28

Latest chapter

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 25 Tidak di sangka

    Pak Edi dan Bu Dina sudah siap untuk menjenguk Gilang. "Mel, ayo berangkat kalau sudah siap," teriak Mama Dina memanggil Amel. Sore itu, mereka sudah merencanakan untuk menjenguk Gilang. "Ayo, Mah, Amel siap," ucap Amel yang sudah rapih. Sesampainya di rumah sakit, Amel yang sudah tahu ruang rawat Gilang langsung menuju ke sana. "Assallammualaikum," ucap Amel sekeluarga. "Waailaikumsalam," jawab semua yang berada di ruangan, ternyata di sana sudah ada Pak Zio, Ipul, dan Supri. Terlihat Gilang juga dalam keadaan tidak tidur tapi dia hanya diam saja. Supri sudah menceritakan keadaan Gilang ke Pak Zio dan Ipul, bahkan kabar kondisi Gilang yang lupa ingatan sudah semua tahu. Mereka semua hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk Gilang. "Om, Nte, ini orang tua, Mel, mau lihat keadaan Gilang," ucap Amel memperkenalkan orang tuanya. Orang tua Gilang menyambung dengan bahagia, bahkan Bu Wati dan Bu Dina terlihat berpelukan. "Apa rasa bersalah Amel begitu dalam, sampai orang tuany

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 24 Sebuah Keputusan

    Di kantin rumah sakit, Amel dan Supri sedang menunggu pesanan mereka tiba. Mereka memesan minuman, makanannya mereka bungkus karena ingin makan bersama di ruang rawat Bu Wati. "Mel, kenapa dari tadi bengong terus?" tanya Supri membuyarkan lamunan Amel."Aku merasa bersalah, Pri. Andai Gilang nggak aku ajak ketemu, pasti sekarang dia masih sehat," ucap Amel mulai meneteskan air mata kembali. Supri hanya bisa menghela nafas panjang, dia paham apa yang Amel rasakan. "Kamu nggak boleh sedih dan terus merasa bersalah gini, Mel. Jika Gilang tahu, dia pasti sedih, aku yakin Gilang nggak akan nyalahin kamu," Supri memberikan semangat kepada Amel. "Maaf, Mas, Mbak, pesanannya sudah siap," tiba-tiba pelayanan memberikan pesanan mereka."Terima kasih, Mbak. Ayo, Mel kita ke ruang Tante lagi," ajak Supri lalu Amel mengikutinya. ***Pak Resa sudah selesai mengurus administrasi ruang rawat Gilang, dan Gilang juga sudah dipindahkan di ruang rawat. Saat itu Gilang sudah sadar, dia terlihat suda

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 23 Lupa ingatan

    Bu Wati memandang Amel masih dengan wajah sedih."Mel, Dokter Rian bilang, Gilang, Gilang cidera di kepala dan kemunginan untuk sementara waktu Gilang lupa ingatan, jelas Bu Wati lemas. Amel yang mendengar itu tak bisa menahan air matanya. Dia langsung memeluk Bu Wati, Amel merasakan badan Bu Wati lemas dan akhirnya Bu Wati pingsan di pelukan Amel. "Nte, Tante," teriak Amel.Mereka semua yang di sana kaget dengan teriakan Amel. "Aku panggil suster," ucap Eni cepat berlari mencari bantuan.Tak lama suster datang membawa ranjang pasien yang di dorong. Bu Wati mendapat perawatan. "Mbak," panggil suster yang keluar dari ruangan perawat Gilang. "Iya, Sus," jawab Eni, Eni saat itu berjalan paling belakang. "Pasien sudah sadar, boleh kalau mau di lihat," jelas Suster. "Iya, Sus, terima kasih. Saya kabari orang tuanya, tadi ibunya pingsan, Sus," jawab Amel menjelaskan. Suster itu mengangguk dan masuk lagi ke dalam.Di depan ruang perawatan Bu Wati. Amel duduk dan masih menangis, di sa

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 22 Kenyataan pahit

    Supri yang mendapat kabar dari Amel segera menuju rumah sakit sejahtera. Dia ingin membuktikan sendiri apakah benar semuanya atau hanya mimpi. "Sus, tadi apa ada pasien kecelakaan dari jalan anggrek yang di bawa ke sini?" tanya Supri kepada suster jaga setibanya di rumah sakit."Iya, Mas, benar, pasien masih di UGD," jelas Suster.Supri mengangguk mengucap terima kasih, dia melangkah menuju ruang UGD. Dari kejauhan sudah terlihat Om Resa dan Tante Wati berada di sana. Supri bersalaman dengan mereka dan menanyakan bagaimana kejadiaanny, dia juga bercerita dia mendapat kabar dari Amel. Pak Resa menceritakan seperti yang polisi ceritakan. "Tadi aku juga lewat jalan anggrek, Om. Aku juga dengar seperti itu, aku sempat melihat motor Gilang, beberapa kali aku hubungi Gilang tapi tidak ada jawaban. Aku berharap ini mimpi," jelas Supri dengan nada sedih. Saat mereka mengobrol, Amel dan Eni tiba di sana. Mereka bersalaman dengan orang tua Gilang. Bu Wati menatap Amel seakan marah padanya.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 21 Bersalah

    Hujan yang turun sangat deras, juga membuat Eni dan Supri makan bakso bersama. Eni memang sengaja mengajak Supri bertemu, Eni menceritakan semua kejadian tadi. Supri yang mendengar itu tampak geram. "Aku akan terus awasi Santi, dia nggak boleh sakitin Amel," Supri membatin dalam hati. Setelah hujan mulai reda, di saat Gilang sudah antar Amel pulang, Supri juga mengantar Eni pulang. "Jalannya tumben macet ya, En. Biasanya nggak kan ya," tanya Supri merasa heran karena jalanan itu macet dan sangat ramai. "Entah, Pri. Apa karena baru reda jadi orang-orang baru keluar," jawab Eni juga yang merasa heran. "Pak, kok macet gini ada apa?" tanya Supri ke bapak tua di tepi jalan."Di depan ada kecelakaan, Mas. Truk nambrak motor, orangnya katanya mental jauh, tapi sudah di bawa ambulance tadi," jelas bapak itu. "Astaqfirullah," ucap Supri dan Eni hampir bersamaaan."Terima kasih, Pak," ucap Supri. Bapak itu tersenyum mengangguk dan mengingatkan Supri untuk hati-hati karena jalanan licin.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 20 Hujan kebahagiaan

    "Apa mungkin saat kejadian dulu sama Gilang, Santi juga yang menghubungi Ipul buat datang, dia juga yang kirim foto pas aku sama Gilang makan di kantin. Dia pasti sudah susun rencana, aku harus hati-hati," batin Amel sambil memikirkan apa rencana Santi selanjutnya. "Tapi aku puas kali ini bisa buat Santi ditegur Ipul," lanjut Amel sambil tersenyum."Mel, ketawa sendiri," ucap Eni mengagetkan Amel. Amel menoleh ke belakang, Eni sudah berdiri di sana. Amel menceritakan semua kejadian tadi, Eni pun ikut tertawa mendengar semuanya. "Tapi, Mel, kayanya setelah ini Santi malah akan buat rencana yang lebih heboh. Dia nggak mungkin berhenti walaupun sudah di tegur," ucap Eni penuh penekanan. "Kamu benar, En, aku harus kasih tahu Ipul supaya dia nggak mudah percaya," jawab Amel. Eni pun mengajak Amel melanjutkan kerjaannya dan nanti ceritanya setelah selesai kerja. ***Santi terlihat kesal dengan ucapan Ipul, dia tidak menyangka Ipul semarah itu. "Aku harus benar-benar cari cara supaya m

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 19 Rencana

    Santi menghubungi Yana, dia meminta Yana bekerjasama dengannya. Yana setuju, kali ini rencananya harus benar-benar matang dan berhasil. "Kali ini harus berhasil, San. Jangan sampai gagal lagi," pinta Yana di sambungan telepon. "Oke, kita pastikan semua berjalan sesuai rencana," ucap Santi penuh keyakinan. Usai menghubungi Yana, Santi langsung menghubungi Ipul, tapi nihil, beberapa kali dia menghubungi tapi tidak ada jawaban. Kali ini Santi memberanikan diri datang langsung menemui Ipul. ***"Aku ke rumahmu, Kak. Aku bawain masakanku mau?" tanya Amel di ujung telepon saat mendengar kabar Ipul sakit.Amel bersikap manis, dia ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan Ipul. "Terima kasih, Mel. Kamu mau ke sini aja aku sudah senang, nggak usah bawa apa-apa," jawab Ipul. Ipul merasa Amel jadi lebih manis, dia tidak akan mengulangi kesempatan kedua ini. Sambungan telepon dimatikan, Amel membuat bubur dan akan menuju rumah Ipul. Tidak butuh waktu lama, sekitar satu jam Amel sudah b

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 18 Kesempatan kedua

    Liburan telah usai, semua sudah kembali ke pekerjaan masing-masing. Hubungan Ipul dan Amel seakan di ambang kehancuran, semakin hari semakin menjauh tapi belum ada kata putus di antara mereka. Sementara, Yana dan Gilang terlihat seakan terang-terangan mendekati Amel. Berbeda dengan Supri, Supri memakai cara halus untuk mendekati Amel. Eitts, tunggu, bukan main dukun ya, tapi Supri menjadi teman curhat Amel. Supri memantau hubungan Amel dan Ipul melalui cerita-cerita Amel.***Amel terlihat berjalan ke parkiran, di sana Ipul sengaja menunggu. Ipul langsung meminta Amel naik ke motor, tidak ada penolakan dari Amel, Amel mengikuti perintah Ipul. Ipul membawa Amel ke sebuah cafe, Ipul ingin berbicara serius dengan Amel."Mau pesan apa, Mel," tanya Ipul. "Es capucino aja," jawab Amel singkat."Aku pesenin cemilan ya," ucap Ipul, tapi Amel hanya diam saja. Ipul memesan minum dan beberapa cemilan. "Langusng aja mau apa lagi?" segah Amel kepada Ipul. "Sabar, Mel, kita nunggu makanan data

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 17 Janggal

    Eni yang melihat Amel baru datang bertanya mengapa Amel lama sekali, Amel berbohong dia bilang sakit perut, Eni percaya begitu saja tanpa banyak tanya. Acara malam itu berjalan lancar, semua merasa senang dan tentu saja kenyang. Pukul sebelas malam semua sudah kembali ke tempat penginapan, Pak Zio meminta semua untuk istirahat dan mengingatkan kembali jika besok pukul sepuluh harus sudah siap. Pak Zio juga memperingatkan kepada semua untuk langsung istirahat dan tidak lagi ada yang masih berada di luar. *** Pagi harinya, Amel memutuskan untuk jalan-jalan, dia ingin melihat matahari terbit di tepi pantai. Amel membangunkan Eni tapi Eni bilang itu tidak terlihat lalu Eni melanjutkan tidurnya. Entah firasat apa yang membuat Amel melangkah keluar walaupun tidak bisa melihat matahari terbit. Udara pagi itu sangat dingin tapi Amel terus melangkah dan menikmatinya, dia menghirup embun pagi, merasakan kelegaan dalam dirinya. Dari arah belakang, Yana mengikuti Amel, dia memanggil Amel ya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status