"Pergilah Mas, aku tak mau ada masalah."
Saras berdiri dari duduknya dan bersandar di dinding rumah yang terbuat dari bambu. Saras memang miskin, rumahnya sangat sederhana dan dindingnya terbuat dari bambu.
"Ayang, kenapa menamparku? Apa salahku?" protes Bella sambil mengusap pipinya yang panas.
"Bella, kamu jangan bikin masalah ya! Kamu itu kenapa marah-marah?" ucap Reyhan.
"Ayang, kenapa kamu perhatian sama dia? Salah, bila aku marah? Aku cemburu!" Bella berkaca-kaca matanya, ia sangat hancur setelah Reyhan menamparnya.
"Kamu apa-apaan sih, aku hanya bicara dengan dia, tapi sikap kamu berlebihan, tau!"
"Ayang, aku bisa merasakan kalau kamu perhatian dengan gadis kampung itu, aku hanya penasaran, sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan dia?"
Reyhan berkacak pinggang, ia terlihat kesal karena Bella mendikte sikapnya pada Saras. walau dia
"Aku tak mau seperti ini terus, aku harus bangkit, bila aku kerja seperti ini, aku hanya bisa dapat uang receh," gumam Saras. "Tapi aku harus kerja apa?" "Aku hanya punya uang simpanan sedikit, kalau buat usaha sendiri, apa cukup?" Saat Saras sedang bicara dengan dirinya sendiri di rumah, datanglah Daminah istri almarhum juragan Broto bersama Jatmiko. "Assalamualaikum." "W* alaikum salam," jawab Saras sambil berjalan ke depan rumah. "Saras, aku tadi ke pasar dan orang-orang pasar bilang kamu tidak jualan. Kenapa, apa kamu sakit?" tanya Daminah. "Tidak Nyonya, aku tidak sakit, aku hanya ingin istirahat saja." "Aku boleh duduk?" sindir Daminah seraya tersenyum karena dari tadi dirinya tidak di suruh duduk. "Oh, maaf silahkan duduk Nyah!" balas Saras. Me
"Mas Reyhan kok, ada di sini?""Aku tadi ngobrol dengan Bayu.""Ada perlu apa ke sini?"Pertanyaan Saras tidak langsung dijawab oleh Reyhan, Saras melihat Reyhan yang seakan jijik melihatnya."Aku permisi dulu," ucap Reyhan sembari memandang ke arah lain.Reyhan tidak terlihat seperti saat pertama kali berjumpa dengannya, tatapan mata Reyhan hampa tanpa ada rasa seperti saat pertama bertemu."Mohon maaf, saya merasa ada sesuatu, tapi aku tak tahu apa itu?""Tidak ada apa-apa, aku hanya numpang ke kamar mandi," jawab Reyhan.Saras tidak begitu saja percaya, ia curiga kalau tadi saat ngobrol dengan adiknya, Reyhan mendengar cerita yang tidak seharusnya dia dengar."Mohon maaf, aku merasa heran dengan sikap Mas Reyhan. Mohon maaf apa boleh aku tanya sesuatu?"Reyhan menaruh tanga
"Mbak, kenapa bilang kalau punya suami? Padahal janda.""Kalau sudah janda, mau jadi istriku?""Mbak cantik dan masih muda, jangan kerja lagi, enakan jadi istriku.""Aduh, cantik-cantik kok jualan pisang, enakkan juga jadi istriku."Suara para lelaki hidung belang yang mulai menggoda Saras tatkala mereka tahu kalau Saras adalah janda, namun dengan tenang Saras meladeni mereka. Saras tak mau mencari keributan di pasar itu."Mohon maaf, Bapak-bapak dan juga Mas-Mas yang ganteng, saya permisi dulu ya!" pamit Saras."Iya, sebaiknya kamu pergi, aku juga tak mau para laki-laki ini ngumpul di sini sambil godain kamu," ucap salah satu wanita yang ada di situ."Iya Yu, tuh lihat mereka pada ngumpul sini setelah tahu Saras janda. Untung ini sudah sore dan pasar mulai sepi, jadi aku bisa ngawasin, kalau pasar ramai, mana bisa aku lihat suamiku yang godain janda gatel," timpal emak-emak lainnya."Mohon maaf, saya tak pernah
"Saras, kenapa aku merasa kalau Reyhan suka sama kamu.""Lek, aku tak bisa melarang orang suka atau tidak suka denganku.""Iya juga sih!""Paling juga dia sudah pergi."Saras berjalan lebih cepat, ia ingin segera mengantarkan pisang dan dirinya bisa istirahat, karena setelah menyetir sendiri selama 7 jam sangatlah menguras tenaganya.Sampai di depan ruko tempat mobilnya parkir, Saras tak menemukan ada Reyhan di sekitar itu, namun mobil hitam merk Toyota Camry terparkir di sisi sebelah kanan mobil Saras. Mobil mewah itu sangat jelas terlihat dari beberapa mobil yang terparkir di depan ruko di jalan pasar kembang."Mobil apik ngene kok di bawa ke tempat seperti ini, harusnya ke mall gitu ya!""Ya terserah yang punya Lek!""Tadi Reyhan ke luar dari mobil ini, tapi sekarang kok gak ada?""Apa ini mobi
"Ayang, kenapa kau lakukan ini padaku?" tanya Bella dengan mata penuh kesedihan."Aku lakukan apa?" tanya Reyhan."Kita masih pacaran, tapi kau terang terangan bilang suka sama si gadis kampung itu.""Bella, dia punya nama, namanya Saras. Oke!""Aku benci dengan dia!""Kalau begitu pergilah dari sini, aku juga tak suka melihat kalian berdua di sini." Saras menyela pembicaraan mereka.Bella sebenarnya sudah tidak tahan dengan sikap Reyhan, dari kemaren yang dibicarakan oleh Reyhan adalah Saras terus, tapi Bella tak bisa meluapkan emosi karena ia takut Reyhan marah dan minta putus hubungan.'Kalau bukan karena aku ingin menjadi istrimu, aku tak akan pernah mau mengalah saat ini, tapi demi masa depanku untuk memiliki kamu seutuhnya, maka aku diam saja,' batin Bella.Saras memperhatikan mereka berdua yang sedang ber
Malam harinya Saras tidak langsung balik ke Banyuwangi setelah semua dagangannya habis terjual, ia terlalu lelah menyetir untuk kembali ke desanya."Lek, kita istirahat di pom bensin saja ya, aku capek sekali," ucap Saras."Iya, kamu pasti capek dari kemaren sudah kerja keras, lagi pula adik-adikmu ada yang jaga di rumah.""Iya Lek," ucap Saras sambil bersandar di besi pembatas bak pick-up miliknya.Mobil pick-up Saras sudah di modifikasi bak belakangnya dengan pembatas besi setinggi satu meter agar saat barang-barang dagangannya penuh, tidak ada yang terjatuh saat mobilnya meluncur di jalan raya."Aku tidur di depan ya Lek!""Iya gampang, aku bisa tidur bak mobil ada tikar dan bantal di belakang, jadi kamu tidur depan biar aman, sedangkan aku di belakang.""Makasih Lek.""Kenapa kamu harus berterima kasih, kamu sudah
"Lek, aku antar ke terminal, Lek Giman pulang naik bis ya!" ucap Saras. "Iya, gak apa-apa. Ayo kita berangkat!" Lek Giman meminta Saras untuk segera berangkat, tapi sebelum masuk ke mobil, Saras mencuci muka depan air mineral kemasan, setelah sedikit segar Saras pun masuk ke mobil dan segera mengemudikan mobil menuju terminal Purabaya. *** Pagi itu, Saras terbangun di dalam mobil yang terparkir di terminal Purabaya, ia agak pusing karena tadi malam tidak istirahat dengan nyaman. "Lek Giman pasti sudah sampai di Glenmore. Huaah, aku masih ngantuk sekali." Saras ke luar dari mobilnya dan meregangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal karena tidur meringkuk di mobil pick-up miliknya. "Semoga adik-adikku baik-baik saja." Pandangan matanya menyusuri parkiran yang ada di terminal Purabaya, ia baru pertama kali tidur di terminal Surabaya itu seorang diri. Saraa sedikit takut, tapi ia tak mau menunjukkan rasa
"Kau tahu siapa aku?" lirih Saras bertanya."Iya, aku tahu.""Kalau kau ingin main-main denganku, maka pergilah.""Aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Apa itu yang ada dalam pikiranmu?""Iya," jawab Saras singkat.Mendengar ucapan Saras, Reyhan menjauh dan kembali duduk dengan sempurna di depan kemudi."Baiklah, kita berangkat!"Saras melirik ke arah Reyhan, debar jantungnya mereda ia kini bisa bernafas lega, walau dalam hatinya tadi ia inginkan lebih, tapi Saras tak berani berharap itu terjadi. Reyhan dan dirinya bagai langit dan bumi, bagaimana mungkin mereka akan bersatu, lagi pula tak mungkin Reyhan tertarik dengan Saras.'Aku dulu menikah dengan Broto tanpa cinta, apa yang terjadi juga bukan karena keinginanku, bila saat ini aku jatuh cinta pada Mas Reyhan, apa aku pantas?' tanyanya dalam hati.