Keesokan harinya...
Saras pergi berjualan ke pasar seperti biasanya, dan hari itu lumayan banyak pembeli di warung sembako miliknya. Saras juga berjualan nasi bungkus yang ia biat sendiri. Dalam dua jam nasi bungkus buatannya sudah ludes terjual.
"Nasi bungkus buatan kamu itu enak, sayur dan lauknya bumbunya pas dan lezat."
"Iya, aku juga suka lo Bu."
"Rahasianya apa, sih?"
Saras hanya tersenyum ramah saat menanggapi semua ucapan mereka. Di pasar Kali Baru Bayuwangi, Saras punya lapak di pasar dan ia gunakan untuk berjualan sembako dan ada sayuran segar dan juga nasi bungkus.
Dari hasil berdagang itulah dirinya membayar semua biaya sekolah adik-adiknya. Saras sejak kecil sudah pandai memasak karena saat ibunya berjualan di pasar, Saras di rumah menjaga adik-adiknya di bantu oleh neneknya. Semua bumbu rahasia dari neneknya kini diturunkan kepada Saras, jadi Sa
Pagi itu, Saras malas berjualan ke pasar, ia masih merasa dongkol soal yang terjadi di pasar kemaren, ia sekarang lagi malas-malasan di rumahnya sambil menggerutu seorang diri. "Memangnya kenapa kalau aku janda? Kenapa orang-orang begitu benciku? Huh, sebel!" "Aku tak akan mengganggu suami mereka, tak ada yang membuat aku terpikat, kecuali satu orang yaitu pria yang kemaren." Saras tersenyum malu sambil tidur-tiduran di dipan bambu yang ada di dekat dapur, ia sebetulnya mau masak, tapi dia malas untuk bangun dari dipan. Adik-adiknya pergi sekolah semua, karena itu ia malas untuk masak. "Saras, ada lauk dan sayur?" tiba-tiba Bude Sumiati masuk ke dapur lewat pintu belakang. "Bude saya libur gak jualan, jadi gak masak, tapi ada tahu goreng sama sambal kecap." "Aduh, kenapa tidak masak? Itu kemaren Reyhan ke sini terus tak kasih makan, tapi lauk dan sayurnya ambil di rumah kamu, dan sekarang tanya masakan yang kayak kemarin. Saras, gimana
"Makanan ini enak sekali, aku bahkan baru kali ini makan belut yang dimasak seperti ini," ucap Reyhan. "Aku sih, gak suka belut!" sahut Bella sambil mencibir, "tapi kalau sambalnya aku akui enak," lanjutnya. "Nah kamu sekarang mengakui masakan Saras enak kan?" ucap Reyhan. Saras mendengarkan obrolan mereka di balik tembok dapur, Saras begitu penasaran dengan hubungan mereka berdua. "Mas Reyhan terlihat mesra dengan wanita itu, lalu aku harus bagaimana? Aku tak seharusnya mendekati Mas Reyhan," gumamnya. Bude Sumiati hanya mengamati Saras dengan seksama, ia merasa sedih melihat Saras yang terlihat murung. Perubahan sikap Saras begitu kentara sebelum dan sesudah dia tahu kalau Reyhan bersama wanita lain. "Saras, kamu kenapa?" sapa Bude Sumiati sembari mendekat. "Gak apa-apa Bude, sepertinya aku lupa kalau aku ada pekerjaan yang belum selesai di rumah. Bude, aku pamit dulu ya!" "Kamu tadi bersemangat untuk datang ke sini, lalu kenapa sekarang kamu ingin cepat pulang?" "Gak ada ap
"Pergilah Mas, aku tak mau ada masalah."Saras berdiri dari duduknya dan bersandar di dinding rumah yang terbuat dari bambu. Saras memang miskin, rumahnya sangat sederhana dan dindingnya terbuat dari bambu."Ayang, kenapa menamparku? Apa salahku?" protes Bella sambil mengusap pipinya yang panas."Bella, kamu jangan bikin masalah ya! Kamu itu kenapa marah-marah?" ucap Reyhan."Ayang, kenapa kamu perhatian sama dia? Salah, bila aku marah? Aku cemburu!" Bella berkaca-kaca matanya, ia sangat hancur setelah Reyhan menamparnya."Kamu apa-apaan sih, aku hanya bicara dengan dia, tapi sikap kamu berlebihan, tau!""Ayang, aku bisa merasakan kalau kamu perhatian dengan gadis kampung itu, aku hanya penasaran, sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan dia?"Reyhan berkacak pinggang, ia terlihat kesal karena Bella mendikte sikapnya pada Saras. walau dia
"Aku tak mau seperti ini terus, aku harus bangkit, bila aku kerja seperti ini, aku hanya bisa dapat uang receh," gumam Saras. "Tapi aku harus kerja apa?" "Aku hanya punya uang simpanan sedikit, kalau buat usaha sendiri, apa cukup?" Saat Saras sedang bicara dengan dirinya sendiri di rumah, datanglah Daminah istri almarhum juragan Broto bersama Jatmiko. "Assalamualaikum." "W* alaikum salam," jawab Saras sambil berjalan ke depan rumah. "Saras, aku tadi ke pasar dan orang-orang pasar bilang kamu tidak jualan. Kenapa, apa kamu sakit?" tanya Daminah. "Tidak Nyonya, aku tidak sakit, aku hanya ingin istirahat saja." "Aku boleh duduk?" sindir Daminah seraya tersenyum karena dari tadi dirinya tidak di suruh duduk. "Oh, maaf silahkan duduk Nyah!" balas Saras. Me
"Mas Reyhan kok, ada di sini?""Aku tadi ngobrol dengan Bayu.""Ada perlu apa ke sini?"Pertanyaan Saras tidak langsung dijawab oleh Reyhan, Saras melihat Reyhan yang seakan jijik melihatnya."Aku permisi dulu," ucap Reyhan sembari memandang ke arah lain.Reyhan tidak terlihat seperti saat pertama kali berjumpa dengannya, tatapan mata Reyhan hampa tanpa ada rasa seperti saat pertama bertemu."Mohon maaf, saya merasa ada sesuatu, tapi aku tak tahu apa itu?""Tidak ada apa-apa, aku hanya numpang ke kamar mandi," jawab Reyhan.Saras tidak begitu saja percaya, ia curiga kalau tadi saat ngobrol dengan adiknya, Reyhan mendengar cerita yang tidak seharusnya dia dengar."Mohon maaf, aku merasa heran dengan sikap Mas Reyhan. Mohon maaf apa boleh aku tanya sesuatu?"Reyhan menaruh tanga
"Mbak, kenapa bilang kalau punya suami? Padahal janda.""Kalau sudah janda, mau jadi istriku?""Mbak cantik dan masih muda, jangan kerja lagi, enakan jadi istriku.""Aduh, cantik-cantik kok jualan pisang, enakkan juga jadi istriku."Suara para lelaki hidung belang yang mulai menggoda Saras tatkala mereka tahu kalau Saras adalah janda, namun dengan tenang Saras meladeni mereka. Saras tak mau mencari keributan di pasar itu."Mohon maaf, Bapak-bapak dan juga Mas-Mas yang ganteng, saya permisi dulu ya!" pamit Saras."Iya, sebaiknya kamu pergi, aku juga tak mau para laki-laki ini ngumpul di sini sambil godain kamu," ucap salah satu wanita yang ada di situ."Iya Yu, tuh lihat mereka pada ngumpul sini setelah tahu Saras janda. Untung ini sudah sore dan pasar mulai sepi, jadi aku bisa ngawasin, kalau pasar ramai, mana bisa aku lihat suamiku yang godain janda gatel," timpal emak-emak lainnya."Mohon maaf, saya tak pernah
"Saras, kenapa aku merasa kalau Reyhan suka sama kamu.""Lek, aku tak bisa melarang orang suka atau tidak suka denganku.""Iya juga sih!""Paling juga dia sudah pergi."Saras berjalan lebih cepat, ia ingin segera mengantarkan pisang dan dirinya bisa istirahat, karena setelah menyetir sendiri selama 7 jam sangatlah menguras tenaganya.Sampai di depan ruko tempat mobilnya parkir, Saras tak menemukan ada Reyhan di sekitar itu, namun mobil hitam merk Toyota Camry terparkir di sisi sebelah kanan mobil Saras. Mobil mewah itu sangat jelas terlihat dari beberapa mobil yang terparkir di depan ruko di jalan pasar kembang."Mobil apik ngene kok di bawa ke tempat seperti ini, harusnya ke mall gitu ya!""Ya terserah yang punya Lek!""Tadi Reyhan ke luar dari mobil ini, tapi sekarang kok gak ada?""Apa ini mobi
"Ayang, kenapa kau lakukan ini padaku?" tanya Bella dengan mata penuh kesedihan."Aku lakukan apa?" tanya Reyhan."Kita masih pacaran, tapi kau terang terangan bilang suka sama si gadis kampung itu.""Bella, dia punya nama, namanya Saras. Oke!""Aku benci dengan dia!""Kalau begitu pergilah dari sini, aku juga tak suka melihat kalian berdua di sini." Saras menyela pembicaraan mereka.Bella sebenarnya sudah tidak tahan dengan sikap Reyhan, dari kemaren yang dibicarakan oleh Reyhan adalah Saras terus, tapi Bella tak bisa meluapkan emosi karena ia takut Reyhan marah dan minta putus hubungan.'Kalau bukan karena aku ingin menjadi istrimu, aku tak akan pernah mau mengalah saat ini, tapi demi masa depanku untuk memiliki kamu seutuhnya, maka aku diam saja,' batin Bella.Saras memperhatikan mereka berdua yang sedang ber