Share

Perkenalan

#POV_Ibu_Mertua

Namaku Sarnih, berasal dari kampung pinggiran kota. Perkampungan kumuh tepatnya. Tapi itu beberapa tahun silam.

Sekarang aku sudah berganti nama menjadi Sahrini. Biar lebih keren. Karena aku bukan lagi Sarnih si penjual gorengan keliling, melainkan wanita sosialita. Memiliki teman arisan, dan pengoleksi perhiasan.

Kastaku terangakat berkat kepiawaian anak semata wayangku dalam menaklukan Laila anak tunggal pemilik perkebunan teh terbesar di Negara ini. Yang aku dengar, teh yang dihasilkan dari perkebunan keluarga Laila akan diimpor ke luar negeri. Aduhaaaii ... bahasaku keren sekali. Udah kayak orang kaya sungguhan. Kasta, sosialita, impor, bahasa asing yang dulu tak pernah aku ucapkan.

Sebenarnya Haris tipikal laki-laki playboy. Dulunya kerap kali bergonta ganti pacar. Kenapa aku bisa tahu? Ya karena aku ibunya. Haris selalu bercerita tentang wanita-wanita yang ia dekati. Tentu bukan karena cinta. Semua itu karena harta. 

Tapi jalinan asmara Haris dengan wanita tak pernah berlangsung lama, paling lama hanya dua bulan. Karena mereka sadar, hanya dimanfaatkan saja oleh aku dan anakku terutama dalam masalah keuangan. 

Tidak dengan Laila. Perempuan keturunan Arab itu justru bersedia dinikahi oleh Haris. Walaupun kami tidak memberinya apa-apa, hanya mas kawin berupa cincin dua gram. 

Aku juga aneh, kenapa ia tidak merasa kami manfaatin? Malah justru terlihat begitu mencintai Haris. Padahal aku tahu, Haris tidak sungguh-sungguh mencintainya. Buktinya, waktu aku lihat ponselnya, sering menemukan pesan singkat dari para wanita lain. Bagiku tidak masalah. Yang penting si Laila tidak tahu.

“Jangan sampe Laila tahu belangnya kamu, Har. Lagian kamu itu cari selingkuhan bukannya yang lebih tajir, malah lebih miskin.” 

Aku paling kesal kalau Haris sudah diporotin uangnya oleh wanita-wanita murahan. Aku pernah mengomelinya soal ini.

“Kamu jangan bodoh, Haris! Mau-maunya diporotin wanita?!”

“Biarinlah, Bu. Buat hiburan doang. Lagian murah kok. Semalam Cuma 500 ribu.” Kilahnya. Aku makin geram.

“500 ribu juga uang, Haris! Emang si Laila gak bisa ngasih servis yang memuaskan?”

“Memuaskan sih, Bu. Tapi bosen.” 

Laki-laki ternyata sama saja. Makin bertambah umur, sikap Haris makin mirip kelakuannya sama almarhum Ayahnya. Bosenan! Diam-diam menghanyutkan!

Selain itu, Laila sangat royal pada kami. Apapun yang aku atau Haris minta pastilah dikabulin. Laila memang menantu idaman. Setidaknya dalam masalah uang.

Setelah kedua orang tua Laila meninggal, kehadiranku dan Haris seperti sangat dibutuhkan olehnya. 

Tak segan-segan aku minta uang dalam jumlah besar terutama ketika ia menang proyek. Laila juga seorang pengusaha. Dia memiliki usaha sendiri bersama temannya yang tomboy dan sangat tidak kami sukai. 

“Laila, kamu jangan dekat-dekat sama si Siska. Dia itu tomboy. Kamu gak takut apa kalau ketularan tomboy.” Aku menakutinya walau tahu, Laila gak mungkin berubah tomboy karena ia berjilbab. 

Bahkan Haris pernah berbicara lebih parah dariku.

“Bukan Abang larang kamu dekat sama Siska. Abang Cuma takut, kalau Siska sebenarnya diam-diam suka sama kamu. Suka sesema jenis. Lesbian.” Ketika itu Laila sangat marah. Dia bilang,

“Aku lebih tahu siapa Siska, Bang. Abang gak usahlah mikir yang macem-macem!”

Padahal bukan itu alasan kami menyuruh Laila menjauhi Siska. Tapi karena wanita tomboy itu selalu menyindir aku dan Haris.

Sering kali ia berkata pada kami, kalau aku dan Haris Cuma parasit.

Sangat menyakitkan sekali ucapannya. Tapi aku atau Haris tak menanggapinya. Sebab tau, pasti Laila lebih membela Siska ketimbang kami.

*** 

Hari Rabu adalah jadwalku berkumpul dengan teman-teman sosialita. Mereka rata-rata usianya jauh lebih muda dariku. Tapi tidak masalah, yang penting mereka royal. 

“Hai ... Jeng, Jeng ... sebentar lagi kita kedatangan tamu dari Korea lhooo ... doi itu penjual dan pengoleksi emas berlian.” Ujar Jeng Ria ketua ganks kami. 

“Wooooowww ... seriusan Jeng?”

Jeng Ria mengangguk. Tak lama, wanita Korea itu datang. Kami pun menyambutnya dengan hangat. 

Namanya Meyla Chan. Katanya dia keturunan Korea. Lahir di Indonesia. 

Orangnya ramah dan perhatian. Terutama padaku. Mungkin karena aku lebih tua dari yang lainnya. Dia sempat menawarkan berlian padaku. 

“Aduh Mey ... Saya lagi gak bawa uang sebanyak itu. Mungkin lain waktu aja kali ya?” Tolakku secara halus.

Di tengah obrolan, aku ijin ke toilet. Ingin menelepon Haris. Menyuruh dia untuk menjemputku di sini. Agar aku bisa mengenalkan putra semata wayangku yang tampan itu dengan Meyla.

“Ada apa, Bu?”

“Kamu lagi di mana?”

“Di jalan. Mau pulang inih!”

“Oh bagus. Kayaknya memang kalian jodoh.”

“Jodoh? Maksud Ibu apa?”

“Kamu jemput ibu di tempat arisan biasa ya.”

“Males ah, Bu. Gak ada yang cantik. Tante-tante semua.”

“Enggak. Hari ini ada wanita seumuran dengan Laila. Perempuan tajir. Keturunan Korea. Ibu mau kenalin kamu sama dia. Cepetan ya!” Aku langsung mematikan sambungan telepon. Haris pasti mau datang ke sini. Dia kan anak yang penurut.

Satu persatu, teman arisanku pulang. Tinggalah aku dan Meyla. Aku sengaja mengajaknya ngobrol lebih lama. Sambil menunggu Haris datang menjemput.

“Kenapa Meyla belum menikah?”

“Menikah?” Dia balik bertanya terkekeh.

“Mau menikah sama siapa kalau calon suaminya juga belum ada.” Celetuknya.

“Ah masa sih? Meyla kan cantik, baik, masa gak ada laki-laki yang suka?”

“Belum ada yang cocok, Bu.”

Tak lama kulihat Haris masuk restoran tempat aku dan kawan-kawan berkumpul. Aku melambaikan tangan. Haris langsung menghampiri.

“Meyla, ini anak Ibu. Namanya Haris Prayoga.” Ucapku memperkenalkan anak semata wayang. Meyla berdiri, mengulurkan tangannya terlebih dahulu, Haris pun menyambutnya.

“Meyla Chan.”

“Haris Prayoga.”

Mereka cukup lama saling pandang. Aku berdehem. Tautan tangan Haris dan Meyla otomatis dilepas. Aku senang melihat ekspresi malu-malu Meyla. 

“Haris ini pengusaha perkebunan teh lho, Mey.” Aku langsung mempromosikan Haris. Terlihat kekaguman dari raut wajah Meyla. Aku sangat yakin, kalau Meyla sudah jatuh hati pada Haris. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status