Share

2. Hari kedua.

"Lihat saja, berani mereka membully gue, gue tunjukin taring gue," batin Kinan tersenyum sinis.

Hah, akhirnya bel pulang berbunyi juga. Kinan segera membereskan bukunya.

Beno kembali membuat ulah.

"Keluarnya satu-satu ya anak-anak. Dan hati-hati dengan bangkunya. Entar patah jangan lupa diganti," ujarnya sambil melirik Kinan.

Kinan melirik tajam Beno. 

"Hati-hati juga untuk mulut yang tajam seperti Beo, ya anak-anak. Bisa2 nyawa tarohannya," ucap Kinan mendelik Beno tajam.

Siswa siswi di kelas tersebut tertawa cekikikan. 

"Sudah...sudah... waktunya pulang jangan ada yang bercanda,"lerai Bu Yaya.

Semua siswa berhamburan keluar. 

Ah, sepertinya perjuangan Kinan untuk keluar dari gerbang sekolah ini belum berakhir. Dia melihat sekelompok kakak kelas yang mentertawainya tadi.

Dengan langkah cepat Kinan melewati gerombolan kakak kelasnya.

Namun tiba-tiba Reykhel menyeletuk.

"Binatang ragunan ada yang lepas kah cui?" Ucapnya melirik Kinan.

"Adaaaaa..." jawab yang lain bersamaan.

 "Itu.... tambahnya sambil menunjuk ke arah Kinan. 

Kinan membalikkan badan, mendelik satu persatu wajah mereka, merekamnya dengan baik di ingatannya.

Di gerbang, Kinan bertemu Haris. Dia sedang menundukkan kepala.

"Ris, elo pulang ma siapa?" tanya Kinan.

"Nunggu jemputan Kin. Elo?" ucapnya balik bertanya.

"Tuh, bokap gue uda jemput," ujar Kinan lagi.

"Gue duluan ya. Elo gak apa nih sendirian?" tambah Kinan.

"Gak apa, paling bentar lagi mama sampe," ucap Haris.

"Dah ya, sampai ketemu besok. Bye," Kinan berlalu sambil melambaikan tangan.

"Hai, anak papa. Gimana hari pertama sekolah?" tanya papa Kinan.

"Bad mood pah," ucap Kinan mengerucutkan bibirnya.

"Pasti di bully lagi kan elo kak," jawab Seena, adik Kinan yang bontot.

"Yups,kayak gak tau nasib gue aja dari SMP suka dibully," ujar Kinan.

Papa Kinan tersenyum.

"Papa udah pernah bilang kan sama kalian, bikin pembully itu malu dengan prestasi kalian," ujar Papa menyemangati Kinan.

"Kalian anak papa yang hebat koq. Cantik, pinter lagi. Papa aja bangga dengan kalian. Mereka aja yang gak tau siapa kalian," ujar papa Kinan lagi.

"Biarin aja, biarin mereka puas sepuas puasnya membully gadis gemoy ini, ha...ha...ha...," jawab Kinan sambil merampas cemilan adiknya.

"Kak Kinan iiish, kebiasaankan. Gimana mau kurus coba?" Ucap Seena asal.

"Upssss," tambahnya sambil menutup mulut.

"Ha...ha...ha... gak apa-apa adikku tersayang. Ada koq saat nya nanti Kinan Savitri Anggoro membuat para pembully klepek-klepek dengan penampilan yang baru," jawab Kinan asal.

"Ha.... jadi elo kepengen diet Kak Kin? Beneran? Horeeeee..." teriak Seena.

"Berisik!" Ujar Kinan menutup kupingnya.

Anggoro geleng-geleng kepala mendengar ocehan putri-putrinya.

Dirumah.

"Assalamualaikum," ucap mereka bersamaan.

"Walaikumsalam," suara mama mereka dari dalam.

"Aduh, bidadari Mama udah pada pulang. Makan siang yuks. Mama masakin sop kesukaan kalian."

"Pah, makan siang juga ya?" Tanya Jenny, istri dari Hengky Anggoro, mama nya Kinan.

"Jelas donk sayang. Sejak kapan aku melewati makan siang dengan istriku tercinta," ucap Anggoro seraya mencium pipi istrinya.

"Cie...cie...suit...suit," heboh dua beradik ini menggoda orangtuanya.

"Papa, apa-apan sih? Anak-anak udah besar tau," kawab Jenny tersipu.

"Ah... udah ayo makan. Setelah ini Papa mau meeting sama klien," ucap si papa.

Dan makan siang mereka nikmati tanpa bicara. Sudah jadi tradisi kalau makan bersama dilarang berbicara jika tidak perlu.

Dikamar Kinan. 

Kinan merebahkan tubuhnya.  Dia mengingat kejadian di sekolahnya.

"Menyebalkan!" batinnya.

"Tunggu aja sampai mereka tau siapa gue sebenarnya." Ujarnya menggumam.

Kinan merbahkan tubuhnya dan tertidur karena lelah melanda.

Keesokan harinya.

"Pagi Ma," ucap Kinan. Seena dan papa kemana?" tanyanya.

"Tuh, baru pada turun," jawab mamanya.

"Pagi Ma, Kak," ucap Seena.

"Sarapan apa kita hari ini hon," ucap Anggoro sambil mencium pipi istrinya.

"Nasi goreng kampung plus telor dadar, tarrrraaaa," ucap Jenny membuka tangannya mengarah ke meja makan.

"Waaaaaa, enak ini. Kinan bekal ya ma ntar?" tanya Kinan.

"Gak malu? Entar di bully lho," ucap papanya.

"Tau nih Kak Kin. Ntar manyun lagi kayak kemaren, ucap Seena.

"Bawel lo," jawab Kinan.

"Udah...udah...didepan rezeki dilarang bertengkar lho," Anggoro menengahi mereka.

"Papa, mau dibuatin makan siang kayak biasa, makan disini atau diantar?" tanya Jenny.

"Nggak usah Ma, kebetulan meeting kemaren disambung hari ini. Papa makan sama klien. Doakan investor itu bersedia menanamkan modalnya di perusahaan kita ya Hon, " ucap Anggoro.

"Aamiin," Kinan, Seena, dan Jenny berucap serempak.

Selesai sarapan semua berpamitan.

Anak-anaknya menciumi tangannya, dan suami nya seperti biasa memberinpelukan hangat dan menciumi pipi dan kening istrinya.

"Pah, buruan, jangan bucin terus pah," teriak Kinan.

"Hi...hi...hi...,mama sama papa kayak ABG ya Kak," ucap Seena.

"Tau tuh papa. Nyosor aja. Depan kita lagi," jawab Kinan.

"Berangkat  Han," ucap Anggoro kepada sopir sekaligus kaki tangannya di kantor, pak Handoko.

"Baik, Pak," ucap Handoko.

Dan, mereka menjelajah kota Jakarta. 

Tiba di sekolah Seena.

"Kak Kin, pah, pak Han, Seena masuk ya. Jangan ngebut ya Pak Han. Diamond ini semua," ujar Seena sambil melambaikan tangannya.

Kemudian ke arah sekolah Kinan.

Di gerbang, Kinan menghela nafas panjang.

"Kenapa sayang?" Tanya Anggoro.

"Itu pah, anak-anak yang ngebully Kinan kemaren.

Anggoro memperhatikan mereka.

"Kamu tau kan apa yang harus kamu perbuat, jika mereka menyakiti kamu sayang," ucap Anggoro.

"Jangan khawatir pah, Kinan bisa jaga diri koq," ucapnya lagi.

"Bye pah. Pak Han jangan ngebut. Diamond nih," ucap Kinan menirukan adiknya.

"Beres Non," jawab Handoko.

"Pak, berangkat ya, tambahnya.

"Pak, Bapak beruntung ya punya keluarga kayak Ibu jenny dan anak-anak, saya terkadang iri lho Pak, ucap Handoko.

"Hem...Ketika mereka kita anggap emas dan berharga, ketika itulah kita akan benar-benar menjaga dan memperhatikan mereka," ucap Anggoro.

"Iya Pak, saya menyesal dengan semua yang....

"Sssst, iti semua masa lalu. Lupakan. Jika keadaan akan membaik, pasti Allah kasih jalan untuk memperbaikinya. Meskipun dengan keadaan yang tak terduga," jawab Anggoro bijak.

Sementara di sekolah Kinan.

"Awas...awas... gempa susulan, kata Reykhel. Anak ingusan yang bagi Kinan cuma bisa menggertak.

Kinan tidak memperdulikan mereka dan berlalu begitu saja melewati mereka.

"Sialan, itu anak nyebelin banget ya, ucapnya.

"Der, cari tau sana," ucap Reykhel kepada Dery.

"Bisa diatur coi," jawab Deri.

"Haris," Kinan sedikit berteriak memanggil teman sebangkunya.

"Eeeh Kinan. Maaf, gue gak lihat elo," ucap Haris.

"Ya iyalah, elo jalannya nunduuuuk mlulu. Tegap gini napa?" Ucap Kinan mencontohkan dengan bahaaa tubuhnya.

"Cuit...cuit...dua sejoli datang gaesss.

"Si gembul dan si culun, ha...ha...ha..., ucap Beno yang disertai riuh tawa teman-temannya.

"Jangan dengerin Ris. Duduk yok," ajak Kinan sambil mengepalkan tangannya.

"Eh tunggu, " Kinan memegang tangan Haris dan memperhatikan bangku mereka.

"Kayaknya ada yang aneh deh," ucapnya lagi. Bentar gue periksa."

"Benerkan. Ada yang mau ngerjain kita. Elo jangan duduk dulu ya Ris, gue mau keruangan TU dulu," tambah Kinan.

Haris mengangguk. Kinan segera keruangan TU dan meminta petugas sekolah mengganti bangku mereka.

Tak lama, petugas datang membawa bangku yang baru.

"Aneh," ujar petugas tersebut.

"Aneh kenapa, Pak?" tanya Kinan penasaran.

"Ini Neng, koq bangkunya uda goyang ya. Padahal bangku untuk siswa baru itu baru semua lho Neng. Saya sendiri yang mindahin dari gudang," tambahnya.

Kinan tidak terkejut. Dia tahu siapa pelakunya. 

Sementara di sudut pintu, ada seseorang yang memandang ke arah Kinan dan Haris tajam.

"Duduk Ris. Udah aman sekarang," ucapnya.

Bel masuk berbunyi. Para siswa memasuki kelas mereka dan siap menerima pelajaran dari guru masing-masing bidang study.

Hari kedua yang masih menyebalkan bagi Kinan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status