Di sebuah ruangan, Ella terbangun, setelah hampir 10 jam tidak sadarkan diri, akibat kecelakaan yang di alaminya semalam.
Sinar matahari pagi menghangatkan ruangan dan membuat matanya menyipit karena kilauan sang mentari."Nyonya sudah bangun?"Ella membuka mata dan melihat seorang perawat sedang membereskan beberapa peralatan medis dan Ella merasakan sekujur tubuhnya sangat sakit."Di.... di mana saya dan apa yang terjadi?" Ella mencoba menggerakkan tangannya, ouh sakit, Ella berusaha untuk bangkit. Dengan sigap perawat itu menahan tubuhnya agar tetap berada di tempat tidur."Tenang. Nyonya. Tenanglah dulu. Luka anda belum pulih." kata perawat."Apa yang terjadi?" tanya Ella kembali menahan rasa sakit di tangannya."Semalam nyonya mengalami kecelakaan. Dan seseorang membawa nyonya kemari." jawab perawat itu.Ella yang masih tampak lemah, berusaha mengingat kejadian semalam.Di mana saat dia dan Dion, suaminya sedang bertengkar hebat karena Dion menuduh Ella telah berselingkuh.Bahkan Dion mencurigai, Chintya bayi mereka yang baru berumur 2 bulan ini, bukan putrinya."Kenapa kau mengkhianati aku?!" tanya Dion pada saat itu dengan dingin menahan amarah."Tolonglah percaya padaku, aku mohon. Aku tidak pernah berselingkuh," jawab Ella setengah menangis.Tetapi Dion dengan segala bukti-bukti yang di dapatnya, tidak mempercayai penjelasan Ella. Ini membuat Ella sangat putus asa."Kau adalah pembohong yang sangat kejam! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" kata Dion geram.Dan tiba-tiba dari arah yang berlawanan, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi, menghantam mobil mereka yang sedang terparkir di pinggir jalan, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka duduk.Ella yang berada tidak terlalu jauh dengan mobil tersebut, tidak ayal kena imbas juga. Sesuatu yang keras menghantam tubuh Ella, membuat Ella tak sadarkan diri."Cintya!" Ella seperti teringat sesuatu.Ya Allah. Cintya, bayinya yang baru berumur 2 bulan yang sedang tertidur, berada di dalam mobil saat kejadian itu.Ella menjadi panik dan memanggil anaknya. Di lihat sekelilingnya, tapi bayi itu tidak ada."Tenanglah, nyonya. Anda belum sepenuhnya pulih." perawat tersebut berusaha menenangkan Ella."Di mana anakku?! Cepat katakan, dimana anakku?!" Ella tampak panik dan menjadi histeris.Perawat tersebut, dengan cepat menekan tombol bel yang berada di dekatnya. Tak lama kemudian, dua orang perawat pria datang dan langsung memegang tangan Ella yang memberontak."Lepaskan!! Aku ingin anakku. Dimana anakku?!" Ella semakin histeris, karena perasaan keibuannya merasakan sesuatu telah terjadi pada bayinya.Perawat wanita yang sejak tadi sudah berada di ruang itu, dengan segera menyuntik lengan Ella.Ellla yang awalnya memberontak, kini menjadi lemah., air matanya tiada berhenti mengalir di pipinya."Anakku." Ella kembali menumpahkan tangisannya. Perawat tersebut, perlahan mendekati Ella.Ada rasa iba di hati perawat ini melihat keadaan wanita cantik ini, yang sejak pertama datang ke sini hanya sendirian, tanpa ada sanak keluarga yang menemaninya.Bahkan sampai saat ini, sang suami pun belum tampak kehadirannya."Suster dimana anak saya?" Ella kembali bertanya dalam tangisnya."Nyonya maafkan saya, semalam cuma nyonya sendiri yang di bawa kesini. Dan menurut informasi yang saya dengar, jenazah anak nyonya sudah di kebumikan di tempat kejadian." sahut perawat itu."Ya Allah." tangisan Ella semakin keras. Dia merasakan dunianya runtuh saat ini.Ella merasa frustasi. Dia pun segera mengambil ponsel untuk menghubungi Dion. Namun, Dion tidak mengangkatnya.Ella mengulangi lagi panggilan itu, hingga berkali-kali, dan akhirnya terdengar suara dari seberang."Ada apa?! Selain urusan perceraian kita, aku tidak akan menemuimu,"Walau pun hati Ella merasa sangat sedih dengan perkataan Dion, seperti biasa dia tetap sabar dan bertahan."Dion benarkah....bayi kita....?" suara Ella terdengar sumbang menahan tangis."Anakmu sudah di kebumikan," suara Dion terasa dingin dan kejam."Anak kita, Dion!?" tangis Ella kembali pecah. hatinya benar-benar hancur mendengar bayinya sudah tiada.Padahal baru kemarin dia masih memeluk bayinya. Aroma dan tangisannya masih ada dalam Ingatan Ella.Dan sekarang, di tambah lagi sikap tidak berperasaan dari Dion, membuat hati Ella semakin hancur.Ella tidak mengerti mengapa Dion tiba-tiba berubah dan lebih mempercayai orang lain dari pada istrinya sendiri.Padahal dulu Dion sangat sayang dan cinta pada Ella. Ella pun merasakan kehangatan cinta Dion pada dirinya.Jangankan saat Ella sakit parah, tergores pisau saja Dion paling panik.Ach, Ella mengusap air mata yang mengalir di pipinya."Dion, coba lihat gaun pengantin ini, sangat cocok untuk pernikahan kita nanti," suara seseorang sangat jelas, memberitahukan dengan siapa Dion saat ini.Jantung Ella seakan berhenti berdetak, mulutnya ternganga."Vivian?," desis Ella perlahan.Beberapa detik Ella seperti tersadar dari mimpinya, tangannya bergetar hebat membuat ponsel di tangannya hampir terlepasVivian adalah cinta pertama sekaligus tunangan Dion di masa lalu. Tetapi saat itu Vivian lebih memilih pergi mengejar karirnya di Australia dari pada melanjutkan pertunangan mereka.Dion yang sedang patah hati bertemu dengan Ella. Kemudian mereka menikah setelah beberapa bulan saling mengenal satu dengan lainnya.Ella yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Dion, merasa sangat bahagia karena merasa di cintai oleh pangeran menawan.Tapi sekarang, Ella menemukan fakta yang sangat mengejutkannya."Jadi Vivian sudah kembali, dan kini mereka sedang berencana akan memulai kehidupan baru," lirih Ella yang tiba-tiba merasakan tubuhnya seperti sudah tidak bertulang lagi.Kemudian, Ella teringat dengan tuduhan Dion terhadap dirinya.Jadi semua ini hanya alasan Dion saja၊, supaya bisa berpisah darinya.Ella memejamkan mata, ya Allah sesakit ini.Mengapa dia tidak menyadari bahwa Dion ternyata tidak pernah mencintainya.Ella merasakan dunianya sudah runtuh, dan kini dia tidak punya kekuatan untuk bangkit kembali.Apa lagi dari seberang telpon, Ella masih mendengar percakapan mesra antara Dion dan Vivian.Dan sepertinya, Dion sengaja memperdengarkan percakapan itu pada Ella.Seakan-akan, kehadiran Ella selama ini tidak berarti di dalam hidup Dion.Suara manja Vivian, suara mesra Dion, dan tawa mereka berdua, telah menggores luka yang sangat dalam di hati Ella.Sekarang Ella mengerti, mengapa Dion begitu menginginkan mereka berpisah.Karena Dion dan Vivian sangat jelas menginginkan satu sama lainnya. Apa gunanya mempertahankan pernikahan ini."Dion, ayo kita bercerai." kata Ella dengan bibir bergetar.Dion tersentak, setelah terdiam sejenak, terdengar tawa sinis Dion, "Ella, trik apa lagi yang kau mainkan." ujar Dion dingin.Ella merasa tidak ada gunanya lagi untuk berbicara, dengan tenang dia berkata, "Besok aku menunggumu di rumah,"Setelah menutup ponselnya, Ella meringkukkan badannya di sudut tempat tidur, di pejamkan mata, meredakan rasa nyeri di hatinya.Tubuhnya membeku, bibirnya terlihat pucat dan bergetar. Tidak ada air mata, tidak ada keluhan dari bibirnya."Semua sudah berakhir," Ella menangis tanpa suara, tanpa air mata. Dia sendirian di sudut kamar.Dion yang masih terpaku di seberang sana, menatap ponselnya dengan gusar. Baru kali ini Ella mematikan ponselnya terlebih dahulu."Dion, kau kenapa?." Vivian heran melihat sikap Dion berubah. Padahal tadi, beberapa menit yang lalu, Dion begitu hangat mesra padanya.Tapi sekarang....."Tidak apa-apa. Ayo kita pulang," kata Dion dingin, sambil berjalan keluar dari butik tersebut tanpa menoleh pada Vivian yang menatapnya aneh.Keesokan harinya..Ella melangkah perlahan memasuki rumahnya , sendirian. Setelah dokter menyatakan, lukanya tidak terlalu parah, Ella pun di izinkan pulang dengar syarat, harus datang ke rumah sakit setiap hari untuk membersihkan luka di lengannya.Sesampai di rumah, Ella melangkah ke sebuah kamar. Tampak dekorasi yang hangat, dengan beraneka ragam mainan di sana. Masih sama seperti kemarin, cuma kali ini, kamar itu terasa sepi, mungkin untuk selamanya.Ella mendekati sebuah ayunan dan menggoyangkan sebuah lonceng yang berada di dekatnya, perlahan alunan musik terdengar sangat lembut.Dulu pemiliknya sangat senang bila mendengar alunan musik ini, suara tawa dan tangisan yang manja akan memenuhi ruangan tersebut.Tapi kini si pemiliknya sudah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.Ella meringkuk di sudut kamar, di peluknya sebuah boneka dan aroma khas bayi pun masih tertinggal di sana. Air matanya mengalir deras, membasahi selimut bayi yang berada di bawahnya."Maafkan ibu nak, ibu
Ella menatap kertas putih di tangannya sebuah lokasi pemakaman, yang di dapat dari seorang pria berumur sekitar 50 tahun. Pria tersebut bernama pak Amri.Penduduk setempat mengatakan, pak Amrilah yang telah banyak membantu di saat terjadinya kecelakaan di waktu yang lalu.Dan dari pak Amri pula, Ella dapat mengetahui letak lokasi pemakaman bayinya, Chintya."Terima kasih pak, atas bantuannya." kata Ella perlahan. Pria yang bernama pak Amri hanya mengangguk, pandangan matanya bergerak kekiri kekanan, seperti ada sesuatu yang meresahkannya.Ella menghela napas panjang, padahal banyak hal yang ingin di tanyakan pada beliau.tetapi melihat sikap pak Amri yang acuh dan rada pendiam, membuat Ella mengurung niatnya.Ella berjalan perlahan di jalan setapak menuju area pemakaman tersebut. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 10 menit.Angin bertiup ke arahnya sepanjang jalan, terasa begitu dingin bagaikan pisau menusuk ke dalam tulang.Hingga sampailah di tempat yang di tuju, sebuah pemakaman
"Kenapa tidak memberi kabar terlebih dahulu, nak. Kalau mau kesini." kata bu Arie kaget melihat kedatangan Ella tiba-tiba.Hari ini, Ella mengunjungi tempat di mana dia di besarkan, di sebuah panti asuhan, yang berada di pinggir kota."Aku kangen sama ibu," sahut Ella tersenyum tipis, sambil menyalami wanita yang telah membesarkannya selama ini.Di umur 5 tahun, ibunya meninggal dunia. Semenjak itu, Ella sudah berada di sini, di sebuah panti asuhan, walau tidak terlalu besar tetapi sangat nyaman.Ella tidak mengenal sosok ayahnya, karena semenjak bayi, ayahnya telah pergi meninggalkan Ibu dan dirinya, untuk kembali ke negaranya, Inggris.Ella hanya mengetahui nama ayahnya yaitu, Howard Dalton. Selebihnya Ella tidak pernah mendengar apa pun lagi, karena ibunya enggan menceritakan lebih banyak tentang ayah.Ella tidak pernah tahu, mengapa sang ayah pergi, dan Ella juga tidak pernah mengetahui mengapa ayahnya tidak pernah datang mengunjunginya."Kau sudah makan?," bu Arie sudah berada di
Kini, Ella sudah memilih untuk pergi, walaupun kasus perceraiannya dengan Dion belum selesai.Saat ini dia berada di sebuah taksi, yang membawanya pergi entah kemana, dia sudah kehilangan semuanya. Ella menyandarkan kepalanya yang terasa sangat berat, sama seperti perjalanan hidupnya yang berat. Perlahan Ella menghapus air mata yang telah membasahi pipinya sejak tadi.Ella tidak mengerti, mengapa orang-orang yang di sayanginya, semua pergi meninggalkan dirinya sendiri.Ella memejamkan mata, menepis segala duka di hatinya."Maaf nyonya, Kemana saya harus mengantar nyonya?," tanya sopir taksi, sambil melihat ke arah kaca di depannya. Sudah hampir satu jam mereka berputar-putar tanpa arah. Sopir taksi ini bingung bercampur kasihan melihat punumpangnya kali ini, dalam keadaan menangis terus dari tadi.Dalam beberapa detik, Ella tampak kebingungan, dia tidak tahu mau kemana, karena dia pun tidak ingin pulang ke rumah panti, bu Arie pasti sedih melihat keadaan dirinya sekarang.Kemudian
Tidak berapa lama mereka sampai juga. Ella melihat sebuah villa yang sangat mewah. Ella terlihat ragu, karena dia teringat, saat sekarang dia tidak memegang uang sedikitpun, pasti biayanya penginapan sangat mahal."Kau tidak mau masuk?." tanya pria itu, melihat keraguan d mata Ella."Umm...itu, aku...,""Kau kenapa?, jangan katakan bahwa kau berubah pikiran. Apa kau mau bertemu dengan raja hutan di luar sini,?." kata pria itu melihat keraguan di mata Ella."Bukan... itu..... aku saat sekarang tidak punya uang, apa di villa ini boleh kita bayar nanti saja," kata Ella terlihat malu-malu."Umm...begitu?. Tampak pria tersebut seperti sedang berpikir.Ella pun tampak khawatir karena bila si pemilik villa menolaknya maka hidupnya pasti akan berakhir di jalanan.Tak lama kemudian,"Baiklah aku akan bertanya sama si penjaga villa ini dulu, kau berdo'a saja, semoga penjaga villa sedang berbaik hati," kata pria tersebut.Ella dengan cepat mengangguk patuh.Kemudian pria itu masuk ke dalam villa
Di Area Grand Beunovul, sebuah perkantoran mewah dengan fasilitas yang exclusive. Duduk seorang pria berwajah dingin, acuh dan sedikit arogan di kursi kebesarannya, yang menandakan bahwa dia si pemilik perusahaan besar dan bonafide tersebut. Dia adalah Dion Hutama Putra.Sedangkan di seberang meja, duduk seorang pria bernama Erick. Dia adalah sahabat baik sekaligus sebagai patner Dion dalam berbisnis. Memandangi Dion yang serius di depan komputernya membuat Erick tersenyum dan berkata, "Bagaimana hubunganmu dengan Vivian, kapan kalian akan menikah?."Dion hanya diam saja, matanya tetap mengamati tulisan di depannya. Seakan dia hanya sendiri berada di ruangan itu. "Atau jangan-jangan, kau masih menyimpan rasa pada Ella. Dan masih mengharapkan Ella kembali." pancing Erick, melihat sikap Dion menjadi tertutup semenjak Ella pergi atau tepatnya semenjak mereka punya masalah.Dion menarik napas panjang, kemudian mengalihkan pandangan ke arah Erick."Menurutmu apa pantas seorang istri yan
Memandangi wajah Dion yang tampak gusar, Erick tersenyum dan berkata, "Dion, setelah sekian lama, ternyata kisah cintamu belum selesai juga.""Erick, jangan kau tambahkan persoalanku dengan ocehanmu," sahut Dion tanpa memandang sahabatnya. Erick meledek, "Bagaimana mungkin, seorang Dion bisa berubah seperti ini, patah hati?."Dion melengos."Pesona siapa yang telah membuatmu berubah. Dari Dion yang dulu selalu bersemangat menjadi Dion yang dingin. Pesona Vivian kah? atau pesona Ella?," tanya Erick menggoda sahabatnya."Aku tidak ada waktu mendengar ocehanmu. Sebaiknya kau fokus pada Perusahaan New Strenght Holand . Bagaimana supaya perusahaan itu mau berinvestasi ke perusahaan kita.""Jangan khawatir. Aku mengenal presiden New Strenght Holand, tuan Dalton dengan baik. Beliau tidak seseram yang di bicarakan orang. Hanya saja beliau terlalu di siplin. Jangan coba-coba membuat beliau menunggu. Perusahaanmu akan di gulung hanya sekali jentik,""Hmm.... ?" Dion berpikir seberapa kuatnya p
Di Perumahan mewah.........Dua keluarga sudah duduk berkumpul bersama di sebuah ruang yang di sebut ruangan keluarga.Dan ini pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, di saat tuan Hutama, ayah Dion masih ada. Tapi sekarang beliau sudah pergi untuk selamanya.Suasana sekarang pun jauh berbeda. Tidak ada tawa ceria lagi seperti dulu. Karena sekarang Dion lebih banyak diam dan kelihatan tidak bersemangat. Walaupun Vivian berusaha membuat suasana menjadi ceria, tetapi Dion tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum saja bila ada yang bercanda."Bagaimana perkembangan perusahaanmu, Dion?," tanya tuan Ferdinand, mantan ayah tunangannya, menghilangkan kekakuan di antara mereka.Sebagai seorang tuan rumah yang baik, Dion berusaha bersikap sopan. Karena bagaimana pun mereka pernah hampir menjadi satu keluarga, tetapi takdir berkata lain."Hanya ada sedikit masalah pak, tetapi semua sudah di atasi," jawab Dion perlahan."Ya, Vivian sudah menceritakaan tentang Grand Beunovul saat ini sedang ada m