Share

TIDAK BERARTI LAGI

Kini, Ella sudah memilih untuk pergi, walaupun kasus perceraiannya dengan Dion belum selesai.

Saat ini dia berada di sebuah taksi, yang membawanya pergi entah kemana, dia sudah kehilangan semuanya.

Ella menyandarkan kepalanya yang terasa sangat berat, sama seperti perjalanan hidupnya yang berat.

Perlahan Ella menghapus air mata yang telah membasahi pipinya sejak tadi.

Ella tidak mengerti, mengapa orang-orang yang di sayanginya, semua pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Ella memejamkan mata, menepis segala duka di hatinya.

"Maaf nyonya, Kemana saya harus mengantar nyonya?," tanya sopir taksi, sambil melihat ke arah kaca di depannya.

Sudah hampir satu jam mereka berputar-putar tanpa arah. Sopir taksi ini bingung bercampur kasihan melihat punumpangnya kali ini, dalam keadaan menangis terus dari tadi.

Dalam beberapa detik, Ella tampak kebingungan, dia tidak tahu mau kemana, karena dia pun tidak ingin pulang ke rumah panti, bu Arie pasti sedih melihat keadaan dirinya sekarang.

Kemudian Ella mencari ponselnya, tapi dia baru ingat bahwa tasnya ketinggalan, padahal ponsel dan uangnya, berada di sana.

"Ya Allah," keluhnya putus asa. Kini dia semakin bingung bagaimana dia harus membayar taksi tersebut.

"Stop, pak" katanya, kemudian taksi tersebut berhenti tepat di sebuah jembatan.

"Berhenti di sini, nyonya?," tanya sopir taksi heran. Ella diam saja dan segera menurunkan barangnya dari taksi tersebut.

"Pak, ambil cincin ini saja sebagai ganti ongkosnya, karena saya tidak membawa uang,"

Ella melepaskan cincin kawin yang selama ini berada di jemarinya. Tidak apa, toh cincin ini sudah tidak berarti lagi, batinnya.

Sopir taksi tersebut terbelalak menatap kilauan dari cincin tersebut.

"Tapi nyonya ini sangat mahal. Pasti cincin ini sangat berarti buat nyonya,"

"Tidak berarti lagi, saya tidak memerlukannya lagi. Ambil saja buat bapak," kata Ella datar, karena dia pun tidak mau mengingat lagi pada si pemberi cincin tersebut.

"Tidak usah nyonya. Tidak apa-apa, mungkin nyonya sedang ada masalah. Tidak usah di bayar tidak apa-apa juga," tolak sopir taksi yang merasa kasihan pada wanita cantik ini,

"Tidak apa-apa pak, ambil saja. Mungkin ini bisa membantu bapak di rumah," kemudian Ella meletakkan cincin itu ke tangan sopir taksi tersebut.

Setelah mengucapkan terima kasih dengan rasa , sopir taksi tersebut segera berlalu, meninggalkan Ella sendirian.

Sesaat Ella termenung, dia berdiri di pinggir jembatan dan melihat air yang mengalir di bawah sana.

Suasana sangat hening, tidak ada orang lewat di sana. Angin pun bertiup dengan tenang, membuat hati Ella semakin hampa.

Terbayang wajah Dion, ach mungkin sekarang Dion dan Vivian sedang merayakan hari kebahagiaan mereka, Ella tersenyum sedih. Kemudian dia kembali menangis, sendirian.

Ella menatap langit, terbayang wajah bayi mungilnya. Dan sekilas, dia melihat senyuman ibunya yang telah tiada.

Ella memejamkan matanya, semua sudah berakhir. Tidak ada lagi, yang menanti dan mengharapkannya.

Bahkan, bila dia tiada, orang-orang akan segera melupakannya.

Di kehidupan ini, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Semoga di kehidupan yang lain, aku akan bertemu dengan ibu dan anakku, Chintya.

"Ibu aku sudah tidak kuat lagi, aku ingin bersamamu,"

Perlahan kaki Ella terangkat untuk naik ke pembatas jembatan tersebut. Hembusan angin semakin keras menerpa wajahnya.

Di detik berikutnya.....

"Apakah menurutmu, kematian itu adalah jalan yang terbaik dalam permasalahan mu?," suara berat seseorang mengagetkan Ella.

Ella membuka matanya, seorang pria berusia sekitar 25 tahun, telah berdiri di sebelahnya.

"Si... siapa kamu," tanya Ella terkejut, dia melihat di sekelilingnya sangat sepi.

Ach, bagaimana kalau orang ini berniat jahat pada dirinya, Ella bergidik ngeri. Dengan cepat dia menurunkan kakinya.

Dan pria ini tampak terkejut melihat wajah Ella. Dia mengernyitkan keningnya. Ach, mungkin hanya kebetulan saja, batin pria ini.

"Mau apa kamu?!," Ella terlihat takut.

"Kenapa?, apa kau takut melihatku?." kata pria tersebut sambil menatap lekat pada Ella. Tetapi ini tidak mungkin, batin pria ini lagi.

Terlihat Ella semakin ketakutan dengan pandangan tajam pria bermata biru ini. Tapi tunggu, Ella tertegun melihat raut wajah pria yang baru saja di jumpainya. Ada kesamaan di sana. dan mata itu sama dengan matanya, ach...

"Kau takut kalau aku berbuat jahat padamu?, tapi kau tidak takut mati di bawah sana, aneh sekali," kata pria ini lagi, pandangan matanya tidak lepas dari wajah Ella.

Ella terdiam, teringat baru saja dia hampir melakukan hal bodoh.

"Apakah kau tidak tahu, di luar sana ribuan bahkan ratusan orang menginginkan agar bisa hidup lebih lama?!." kata pria itu dengan suara agak kencang, membuat Ella kaget.

"A.. aku....aku?!". Ella terbata bingung.

"Kau tidak bersyukur, kau sudah di berikan kesehatan yang baik, malah ingin mengakhiri hidupmu."

Ella tersadar, "Ya Allah, apa yang sudah aku lakukan, ampuni aku ya Allah,"

"Seberapa berat beban hidupmu. Ku lihat kau sangat sehat dan kuat. Tetapi sayang mempunyai otak yang bodoh," cemoh pria itu lagi.

Ella kaget, rasa tersinggungnya membuat rasa takutnya hilang.

"Kenapa?. apa kau tidak terima bila kukatakan kau bodoh?!,"

Sial, siapa pria ini yang telah berani mengatai-ngatainya. Wajah Ella tampak memerah.

"Apa urusanmu, bila aku mati!." kata Ella dengan nada ketus.

"Tentu saja itu urusanku!," jawab pria itu dengan cepat. Kemudian dia melanjutkan lagi sambil menunjukkan ke bawah jembatan.

"Kau lihat dibawah sana?, ada sebuah sungai. Dan sungai itu adalah sumber penghasilanku. Jadi bila kau mati di bawah sana, aku yang repot mengurus mayatmu." kata Pria itu tidak berperasaan.

"Sebaiknya kau pilih tempat yang tidak merepotkan orang lain, misalnya di dalam hutan sana." pria itu menunjukkan arah hutan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Mata Ella terbelalak.

"Di hutan itu, ada banyak singa, harimau dan binatang buas lainnya. Kau tinggal datang saja. mereka akan dengan senang hati menerima kehadiranmu." pria itu berkata dengan santai, Ella tercenung sejenak.

"Apa kau mau aku mengantarmu kehutan itu?." tanya pria itu dengan nada serius.

"Tidak perlu!!." ketus Ella

Pria tersebut tersenyum dalam hati, Ella melongos dan mengangkat tasnya menjauh dari pria tersebut. Tetapi tidak lama kemudian....

"Hei!!, jalan ke arah itu bagus juga menuju kematian, di situ tempat bersarangnya ular kobra!?," teriak pria aneh itu santai.

Langkah Ella langsung terhenti, dan berapa detik kemudian dia berlari kembali mendekati pria itu.

"Ini daerah apa sih, kenapa banyak sekali binatang buas di sini," kata Ella terengah-engah dan tampak ketakutan.

Pria aneh ini terkekeh, melihat Ella yang ingin mati tapi takut pada kematian.

"Sebenarnya kau mau kemana?." tanya pria itu mulai serius.

"Aku...aku tidak tau," Ella mengatur nafasnya.

"Hmm, pasti kau kabur dari rumah karena orang tuamu tidak setuju dengan pacarmu?," cerocos pria tersebut, Ella mendelik kesal.

"Atau kau mau bunuh diri karena pacarmu kabur dengan gadis lain." pria itu menerka-nerka.

"Apa kau ahli nujum atau peramal?." kata Ella kesal.

'Hmm"

"Dimana tempat penginapan disini." tanya Ella.

"Kau mau mencari penginapan yang mati secara perlahan atau langsung mati di tempat," tanya pria itu lagi.

"Hei, aku sedang serius," Ella sudah terlihat tidak sabaran. Pria itu terkekeh lagi, sambil menggaruk kepalanya.

"Oke, oke,"

"Tolong kau tunjukan aja tempat penginapan di daerah sini?," Ella mengulang kembali pertanyaannya dengan nada serius.

"Hm, ayo ikut aku," pria itu berjalan dengan memberi kode agar Ella mengikutinya. Dengan perlahan Ella berjalan di belakang pria tersebut.

Hampir setengah jam berjalan, mereka belum sampai juga. Ella sudah mulai kelelahan, kakinya terasa sakit. Perutnya terasa lapar. Ella baru teringat, sejak pagi dia belum makan apa pun.

"Apakah masih jauh?,"

"Masih sekitar 3 atau 4 jam lagi perjalanan,"

"Hah!!, Kau tidak sedang bercanda kan?"

"Mau kugendong,"

"Kau gila,"

Pria itu tertawa dan menunjukkan ke suatu arah, "Itu rumah yang bercat putih, tempat penginapannya," Ella melihat sebuah rumah dibalik pepohonan.

"Syukurlah," ucap Ella lega.

Tidak berapa lama mereka sampai juga. Ella melihat sebuah villa yang sangat mewah.

Ella terlihat ragu, karena dia teringat, saat sekarang dia tidak memegang uang sedikitpun, pasti biayanya penginapan sangat mahal.

"Kau tidak mau masuk?," tanya pria itu, melihat keraguan di mata Ella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status