Aldi dan Melinda bersiap untuk jalan-jalan.
"Mas, Kita ke Wonderland saja yuk. Udah lama aku nggak kesana." Meli memoles bibirnya dengan lipstik didepan meja rias."Iya. Asal nggak kepantai saja. Disana ada Langit, nggak enak kalau nanti dia lihat." Aldi menyisir rambut Melinda yang lembab."Iya." Meli sedikit merajuk memonyongkan mulutnya. Aldi tersenyum menyelesaikan menyisirnya."Ya sudah. Ayo berangkat."Meli berdiri dan berbalik."Coba Mas lihat. Sudah cantik belum?"goda Aldi melihat wajah kekasihnya. Meli tersenyum manis."Cantik."Aldi mengecup pelan bibir Meli."Mas, nanti rusak lipstiknya." Meli bersuara manja."Hehe... Iya sayang."ujar Aldi tersenyum lebar."Ayo." Aldi menggandeng mesra kekasihnya itu.Setelah membeli tiket Aldi dan Meli membeli makanan ringan di foodcourt dulu. Popcorn dan segelas besar minuman dingin sudah ditangan."Kita mau naik apa dulu, Mas?" Meli merangkul manja lengan Aldi."Kamu mau naik apa?" Tanya Aldi balik bertanya."Pinginnya semua kunaikin termasuk Mas Al." Goda Meli nyengir."Itu aja dulu, Mas, gimana?" Tanya Meli menunjuk wahana bianglala.Aldi tersenyum mengangguk menyetujui. Mereka berjalan tanpa menyadari adanya pasang mata yang mengikuti arah mereka berjalan dan menghilang oleh kerumunan.Mata Alin berkelana, jantung nya berdetak lebih kencang, menggedor rongga dadanya, begitu menyakitkan. Mata Alin terasa panas. Dia merasa melihat Aldi suaminya.Mata Alin terus mencari diantara kerumunan orang di taman bermain itu. Namun Alin tak menemukan orang yang dia cari. Noah menatap bingung Alin. Apa yang Alin lihat? Kenapa wajahnya berubah setegang itu? Apakah dia melihat yang tak seharusnya? Apa yang dia cari ditengah kerumunan itu?Alin kembali duduk. Dia menunduk, pikiran buruk bergelayut indah disana, pandangan matanya seolah menyangkal sekaligus penuh tanya.Apakah benar itu Mas Aldi? Tapi Mas Aldi sedang kerja, tak mungkin dia disini? Mungkinkah dia bohong? Jika iya, itu sangat keterlaluan. Bagaimana dia bisa membohongi anaknya sendiri? Membiarkan Langit menangis menagih janji yang dia ingkari.Jika itu benar Mas Aldi, siapa wanita disebelahnya? Apakah Mas Aldi selingkuh? Alin terus bermonolog. Dia masih tak percaya. Kenapa orang itu terlihat seperti Aldi?"Alin, kamu baik-baik saja?" Suara Noah mengagetkannya. Alin menoleh, "Iya, aku tidak apa-apa.""Kamu terlihat pucat. Yakin kamu baik-baik saja?" Tanya Noah memastikan suaranya terdengar khawatir."Aku ketoilet dulu. Boleh aku titip Langit?""Iya." Jawab Noah mantap.Alin berdiri dan mulai melangkah, "Alin." Panggil Noah, Alin menoleh,"Terima kasih sudah percaya padaku."Alin menjadi kikuk. Entah mengapa dia malah menitpkan Langit pada orang yang dia ketusi selama ini.Alin berjalan menuju toilet umum. Tapi matanya masih berkeliling mencari Aldi suaminya. Alin yakin melihat suaminya tadi. Tapi seharusnya Aldi sedang bekerja ditempat kerja. Bukan disini. Haruskah Alin menelpon? Sekedar bertanya? Tapi bagaimana bila suaminya malah marah? pikiran itu terus berkecambuk menyakiti hatinya.Alin memasuki toilet menghela nafasnya.Mungkin itu memang bukan Mas Aldi. Aku harus percaya padanya, kami memiliki anak, tak mungkin Mas Aldi berselingkuh. batin Alin meyakinkan diri.Alin menatap kaca yang memantulkan wajah dirinya. Alin menggembungkan pipi, melihat jerawatnya yang semakin banyak dan kulitnya yang kusam.Mau bagaimana lagi, dia tak punya uang untuk membeli skincare. Jatah bulanan yang Aldi berikan tidaklah cukup. Untuk memenuhi kebutuhan kadang Alin harus mencari sendiri.Alin berjalan keluar dari toilet berpapasan dengan Melinda, namun Alin tidak tau karena belum mengenal kekasih suaminya. Berbeda dengan Meli yang menoleh.Apa yang si jelek itu lakukan disini? Bukankah seharusnya dipantai? batinnya.Meli tersenyum licik.Mungkin bila dia melihat kami nanti akan bagus, Mas Aldi bisa langsung menceraikan dia dan menikah denganku. Pikir Melinda lagi memasuki bilik merenung.Aldi terkejut, melihat Alin baru saja keluar toilet. Apa yang Alin lakukan disini? Bukankan seharusnya dia dipantai? Apa Langit juga disini? pikir Aldi panik.Gawat jika Langit melihatnya disini. Aldi menyembunyikan diri agar tak terlihat oleh Alin. Mata Aldi mengikuti kemana arah Alin menghilang. Aldi harus menghindari arah itu. Dia akan membujuk Melinda agar mau berpindah tempat."Mas?" Panggil Meli sudah berdiri disampingnya."Mel sayang." Aldi gelagapan tiba-tiba Meli ada disampingnya."Ada apa Mas?" Meli pura-pura bertanya,Mas Aldi pasti sudah lihat Alin tadi. Awas saja kalau ngajak pindah tempat Mas. batin Meli kesal."Tidak ada Mel. Bagaimana kalau kita makan dulu." ajak Aldi mencoba membawa Meli pergi."Makan dimana Mas?""Bagaimana kalau coba makan diseafood di jalan pahlawan? Disana terkenal enak."Huh. Kamu pasti nggak mau kita nanti ketemu anak istrimu itu kan mas? batin Meli makin kesal."Enggak mau Mas, Aku mau naik wahana disini. Kalau Mas mau makan disana. Sana pergi sendiri." ketus Meli meloyor pergi."Mel sayang.." wajah Aldi sudah mulai frustasi menyusul kekasihnya. Aldi yakin Melinda tadi berpapasan dengan Alin ditoilet."Kamu ketemu Alin ditoilet?" Aldi menahan lengan Meli.Meli menatap kesal Aldi."Iya. Aku tadi melihat Istri cantikmu itu. Wajahnya makin glowing dan mulus." sindir Meli merendahkan. ''Mas mau kita pergi dari sini biar dia tidak lihat, kan?""Tidak Mas! Aku tidak mau. Aku sudah cukup mengalah. Terserah mas mau bagaimana. Aku akan tetap disini."Aldi menghela nafasnya. Aldi bingung, tak mungkin dia menyuruh Alin pergi, dia sudah berbohong sedang kerja sudah membatalkan rencana pergi dengan Langit. Bila dia menyuruh Alin pergi malah akan membongkar kebohongannya. Alin pasti curiga.Apalagi Langit, tak mungkin dia masih sanggup merusak kesenangan putranya bermain. Dia sudah mengecewakannya. Tapi Aldi juga cinta dengan Melinda, dia tak ingin Melinda marah. Bagaimana ini? Kenapa malah jadi serumit ini?Aldi menyusul Meli, hendak membujuknya lagi, namun Aldi melihat di ujung sana diantara kerumunan orang-orang Alin dan Langit berjalan ke arah Melinda yang juga berjalan kearah sebaliknya. Sebentar lagi mereka akan berpapasan. Aldi menghentikan langkahnya. Dia bingung sekaligus tegang. Tubuhnya panas dingin, keringat mengucur ditubuhnya. Bagaimana ini?Langit, Alin! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?______Waahh,, makin seru nih Readers, kita slametin Aldi nggak ya dari situasi ini? Atau kita biarkan aja Aldi ngrasain di getokin sama Alin dan Langit?Jawab di komen yaa....Jangan lupa subscribe biar nggak ketinggaln ceritanya.Salam literasi.☺️"Noah?" "Noah." Noah baru saja memasuki kamar, tertegun melihat Alin memanggil namanya. lekas ia datang mendekat. "Sayang!?" Noah menggenggam tangan istrinya. "Aku di sini," tanyanya duduk di bibir ranjang."Apa yang kamu rasakan?" "Noah, aku... aku merasa kotor." Noah menatap istrinya sendu. "Jangan katakan itu. jika kotor, kita bisa membersihkannya." "Tapi..." "ssttt!" Noah menempelkan jari di bibir Alin. "Aku akan memandikanmu nanti, tapi, aku lapar, ayo kita makan dulu, hum?" Noah menggendong Alin keluar kamar, membawanya sampai ke dapur lalu mendudukkan di kursi bar. "Kita lihat ada apa di sini," cetusnya membuka kulkas. "Hmm, cuma ada telur, keju, dan roti tawar. Apa kita buat roti bakar saja?" usulnya menoleh pada Alin. "Aku ingin mandi Noah," ucap Alin lirih. "Iya, nanti aku mandikan," balas Noah mencoba terlihat acuh walau sebenarnya hati pria ini sudah sangat remuk. "Kita makan dulu. Setelah makan, aku janji akan membersihkan mu sampai benar-benar ber
Mata Noah tajam terarah. Bahkan bola mata yang kini di selimuti amarah itu hampir keluar dari rongganya. "Serahkan padaku.""Aku harus menyelesaikannya sendiri, Bin."Robin menggeleng, "tidak, serahkan padaku.""Kau mau aku diam saja saat istriku mendapat pelecehan seperti ini?"Robin diam, memilih kata yang tepat agar sedikit mengurangi amarah di dada Noah saat ini."Tidak, tentu saja tidak. Kamu harus lebih bisa menenangkan Alin. Saat ini ia membutuhkan dirimu. Masalah yang lain, serahkan padaku. Aku percaya padaku, kan?" Robin menatap Noah bersungguh-sungguh.Sedangkan Noah menatap dengan amarah yang berkobar di matanya."Bagaimana jika dia bangun dan mendapati dirimu tak ada di sisi. Saat ini, dia membutuhkanmu, bukan aku. Atau kamu memang lebih rela aku yang menenangkannya dalam pelukan ini?"Noah mencengkram kerah depan baju Robin. Dan itu berhasil membuat Robin tersenyum."Jadi, biarkan kami yang selesaikan. Kamu cukup terima laporan dari kami saja. Akan kami selesaikan dengan
"Kenapa kamu tinggalkan Alin sama Tasya aja?" Noah berteriak penuh emosi karena orangnya malah sangat teledor meninggalkan dua wanita saat Alin jelas dalam incaran."Maaf, saya sudah meninggalkan beberapa orang juga di sana."Ricky menjawab penuh sesal, di wajahnya sudah membekas lebam oleh pukulan Noah tadi."Lalu bagaimana bisa Alin sampai diculik!? Bagaimana kalian bekerja? Hah?""Maaf, Tuan." "Haahh!" Noah menendang jog belakang di depannya. Marah, marah, dan amarah itu terus menjilati dirinya. "Jika sampai terjadi hal buruk padanya, habis kalian semua!""Tenanglah!" ucap Robin yang menyetir di depan melihat Noah sedari tadi hanya marah-marah dan mengamuk."Kita sudah dapat lokasinya. Jangan habiskan tenagamu untuk mengamuk di sini."Noah berdecak kesal, tangan itu terus mengepal dan wajah yang semakin mengeras. Dalam pikirannya Alin kini sedang ketakutan. Pikiran buruk terus berkelebat mencemaskan wanitanya."Aku bersumpah, ta
"Tolong siapkan untuk meja nomor lima. Yang ini sedikit spesial ya, pesanan khusus." Alin memberi instruksi pada koki di dapur restonya. "Baik, Bu.""Dan untuk ruang VIP satu. Sudah dibooking oleh Mr. Marvin untuk meting nanti malam.""Baik."Setelah memberi beberapa arahan dan mengecek laporan, Alin melangkah keluar dari restonya. Di belakangnya beberapa orang tampak mengikuti. Merasa diikuti, Alin menoleh. Terkejut karena orang-orang itu mendorong tubuhnya kedepan. "A-apa yang kalian lakukan!?" Serunya. "Ikut kami," ujar seorang berbadan besar yang paling dekat dengannya dan menahan lengan wanita cantik itu."Le-lepas!" Dengan gemetar Alin mencoba berontak dan meloloskan diri."Si-siapa kalian? Lepaskan aku!" lontarnya dengan terbata.Lelaki itu tersenyum tipis, semakin menarik tubuh Alin."Ikut saja jika tak ingin kami bertindak lebih kasar di sini."Mata Alin bergerak liar, mencari siapa saja yang bisa dimintai bantuan. Namun, sekitar serasa sepi dan tak banyak orang melintas
Di lorong depan pintu apartemen Alin, tampak tiga orang preman tengah berkelahi dengan seorang pria dan wanita. ketiganya tampak kuwalahan meskipun memiliki badan lebih besar karna kelincahan sepasang pria dan wanita yang tiba-tiba mengganggu pekerjaan mereka. kedua orang itu adalah bodyguard Alin itu. Tasya dan Ricky."Siapa kalian? kenapa mengganggu pekerjaan kami?!"Ricky tertawa mencemooh,"Pekerjaan kalian, mengganggu pekerjaan kami!" cetusnya memasang kuda-kuda, saling melindungi punggung dengan membelakangi rekan kerjanya."Siapa yang menyuruh kalian?""Bukan urusan mu!" sentak salah satu preman itu menyerang. Dengan gesit, Ricky dan Tasya membalas.Ketiga preman itu memang hanya badannya saja yang besar. Namun, kalah oleh kegesitan dan teknik yang Ricki dan Tasya punya. Tiba-tiba saja, dari ujung lorong, Noah muncul. terkejut melihat kedua bodyguard Alin sedang bertarung melawan tiga preman. Ia ikut menerjang, memanjangkan kaki mengenai bagian vital salah satu preman tersebut. H
Bab 52Melin terduduk lemas menyenderkan tubuhnya di ruangan kepala bagian. Wajahnya masih tak percaya dan matanya bergarak liar tak terima dengan apa yang baru saja ia dengar.“A-apa maksud bapak?” meminta penjelasan.“Seperti yang sudah saya utarakan tadi, Melin. Kamu mendapat peringatan sebelumnya tentang kedislipinan. Tetapi, kamu berulang kali bahkan seperti menganggapnya sepele. Aku tau suamimu adalah seorang manager juga. Apa karena itu juga kamu jadi berani seperti ini?”“Ti-tidak pak. Saya memang sedang dalam kondisi yang rumit.” Melin mencoba memberi penjelasan dan alasan.“Maaf, ini sudah keputusan semua orang. Ini surat pemecatanmu,” ucap Pak kepala bagian seraya menyerahkan surat pada Melin.“Ta-tapi pak.” Melin menggeleng kuat tak terima, berharap masih memiliki kesampatan berikutnya. Tetapi, melihat gelagat atasannya itu, Melin tau harapan tinggallah harapan.“Maaf, Melin. Ini sudah keputusan final. Pesangonmu, mintalah pada bagian HRD.”*Brak!Aldi terperanjat melihat