Home / Rumah Tangga / Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu / Bab Tiga [Janji yang kau abaikan]

Share

Bab Tiga [Janji yang kau abaikan]

Author: Kay
last update Last Updated: 2022-06-10 17:25:41

"Mas? Nggak pulang?"

("Tidak Alin. Mas ambil long shift. Nanti sore baru pulang.")

"Sekarang hari minggu kan, Mas?"

("Mas lembur.") balas Aldi gelagapan.("Sudah ya.")

"Mas..."

Telpon di tutup. Alin menghela nafasnya.

"Bu?" panggil Langit menatap harap pada ibunya.

Alin berjongkok menjajarkan tinggi tubuhnya dengan Langit putranya. Alin tersenyum.

"Lang, Ayah nggak bisa pergi. Ayah lembur." ucap Alin lembut memberi pengertian.

"Tapi kan Ayah sudah janji mau pergi kepantai." Langit merajuk.

"Ayah kan harus cari uang Lang. Biar Langit bisa sekolah terus. Biar kita bisa makan setiap harinya. Bisa beli baju baru. Kalau piknik pun, kamu bisa jajan." Alin mencoba memberi pengertian pada putranya yang duduk di bangku sekolah SD itu.

"Tapi, Bu..."

"Lang, mau tetap pergi atau dirumah saja?" tawar Alin. Langit cemberut,

"Aku ingin pergi sama Ayah."

"Ayah kerja sayang."

"Ayah udah janji. Aku cuma pingin seperti teman-teman yang lain. Pergi dengan Ayah dan bunda mereka. Tapi kenapa Ayah selalu tak bisa. Ayah bohong." Tangis Langit kecewa. Alin tersenyum tegar, Alin memeluk putranya, menepuk bahu Langit menguatkan. Alin melonggarkan pelukannya, melihat wajah tampan putranya.

"Sama ibu saja ya." bujuk Alin.

Langit menatap memelas ibunya. Alin tersenyum tegar mengusap lembut rambut Langit. Bocah itu mengangguk pelan. Dia kasihan pada Ibunya, Langit tau jika selama ini Ayah dan Ibunya sering bertengkar. Aldi selalu menyalahkan Alin ibunya.

"Ayo! Kita bersiap." ajak Alin menuntun anaknya.

Hari ini mereka berencana untuk berlibur. Pergi ke pantai bersama, sepertinya rencana tinggallah rencana. Aldi lebih memilih bersama Melin.

_____

"Siapa Mas?" Tanya Melinda meletakkan kopi di meja samping Aldi duduk di teras kosan. Melinda ikut duduk disampingnya.

"Alin."

"Istri jelek berjerawatmu itu, mas?" Ucap Melinda merendahkan.

"Kenapa dia? Nyuruh kamu pulang?" sinis Melinda lagi.

"Sana pulang kalau mau pulang." rajuk Melinda beranjak dari duduknya. Berjalan masuk ke dalam kamar kos.

Aldi mengejar, "Sayang. Tidak seperti itu." tangan nya menahan lengan Melinda."Ini masalah Langit."

"Kenapa lagi dengan anak itu, Mas?" Melinda melepaskan diri dari cengkraman tangan Aldi.

"Mas sudah janji mau nemenin dia kepantai." bujuk Aldi lembut.

"Sama Alin juga?" Cemooh Melinda melipat tangannya didada.

"Iya, sayang."

"Ya sudah. Sana kalau mau pergi." Melinda merajuk.

"Sayang?" ucap Aldi merayu. Aldi menggenggam kedua tangan Melinda, Ia hendak berucap, namun keduluan Mel,

"Tapi nanti jangan harap bisa menginjakkan kaki mas lagi disini." Ancam Mel menyentak tangannya hingga genggaman Aldi terlepas.

Melinda mendorong tubuh Aldi keluar kamar. Aldi terkejut, dia menahan pintu dan merangsek masuk . Aldi menarik tangan Meli dan mencium bibirnya. Melinda berontak mencoba meloloskan diri. Namun Aldi semakin kuat memeluk tubuh wanita itu.

"Mas jahat." Ucap Melinda memberontak.

"Sayang."

"Mas nggak sayang sama Mel."

"Mas Sayang, Mas cinta sama kamu Mel."

"Mas lebih cinta sama mereka." Oceh Mel terus mencoba melepaskan pelukan Aldi.

"Langit anakku, Mel." Ucap Aldi semakin mengeratkan pelukannya.

"Hiks.. Hiks.. Hiks. Mas lebih cinta sama mereka. Aku bisa apa, Mas?" tangis Mel merangung memukul-mukul dada Aldi "Hikhikhiks... Aku hanyalah selingkuhan Mas."

"Mel,, Mel... Melinda... Sayang. Mas cinta sama kamu. Mas nggak akan pergi Mel. Mas akan tetap disini sama kamu."

"Mas bohong. Hiks hiks hiks." tangis Melinda, pukulan Meli melemah.

Ald melonggarkan pelukannya, ditangkupnya wajah Mel, menatap lembut padanya.

"Mas akan tetap disisi kamu sayang, jangan menangis lagi. Mas nggak akan pergi. Heeemm?"

Meli menatap mata Aldi dengan mata sembabnya. Mel meluluh, mengangguk pelan. Aldi tersenyum. Dengan lembut Aldi mencium bibir Meli.

SENSOR saja ya..

"Terima kasih sayang." Aldi meraih tubuh Melinda yang terbaring disampingnya, memeluk tubuh yang berpeluh itu. Mencium lembut punca kepala kekasihnya. melinda tersenyum menang.

Pelan-pelan mas Aldi, akan kubuat kamu membuang istri dan anakmu. Lalu kamu datang seutuhnya padaku. Menjadi milikku sepenuhnya. Batin Melinda.

______

"Bu."

"Iya Lang." jawab Alin yang sedang mempersiapkan bekal untuk kepantai nanti.

"Mmm.... Boleh aku meminjam hp ibu?"

"Boleh. Untuk apa?" Alin mengambil hape-nya dan memberikannya kepada Langit. Bocah itu beranjak pergi sepeprtinya mengambil sesuatu. Tak lama Langit kembali kedapur dan duduk dimeja makan. Alin masih melanjutkan menata bekal.

"Ada apa, Lang?" Alin yang penasaran dengan Langit yang sibuk memijit-mijit hape dengan serius.

"MMM.. Om Noah kemarin memberi nomor hpnya."

"Apa?" Alin tersentak kaget."Apa kamu bermaksud ngajak orang itu juga?"

"Om Noah bu, namanya Om Noah. Bukan orang itu."

"Iya sama saja...."

"Boleh kan, Bu?" Potong Langit.

"Tidak."

"Tapi, aku sudah terlanjur mengiriminya pesan."

Alin menepuk keningnya.

"Berikan hape nya pada ibu." Alin mengulurkan tangannya. Dengan muka masam Langit mengembalikan hape ibunya.

Alin mengecek. "Apa? Sudah dibaca? Sial nggak bisa dihapus kalau begini."

Dilayar tertera:

Noah sedang mengetik...

Beberapa saat kemudian balasan diterima.

[Baiklah]

"Ck!" Alin berdecak kesal.

[Maaf tidak jadi] pesan dikirim.

Noah sedang mengetik...

balasan diterima.

[Kenapa? Apa ibu melarang?]

Alin membuang nafasnya.

[Iya.] Balasan dikirim.

[Biar aku yang bicara dengannya nanti.] Balasan dari Noah.

Alin membuang nafasnya muak.

[ Apa kamu pikir kalau kamu yang bicara bakal setuju?] Alin membalas.

[Pede banget.] Balasan dikirim.

Noah sedang mengetik.

Balasan diterima.

[Apa aku sedang chating dengan Alin?]

Alin mengepalkan tangannya. Dan mengetik balasan dengan kasar.

[ Benar! Kau pikir siapa? Langit?] Pesan dikirim.

[ Aku sedang dalam perjalanan. Tunggulah di rumah.]

"Apa? Dasar keras kepala! Pria yang menyebalkan!" Batin Alin geram.

Segera dia mengirim balasan yang isinya mencaci dan penolakan. Namun, setelah beberapa saat tak ada balasan lagi, bahkan pesannya tidak dibaca.

"Sialan, apa dia benar-benar sudah dijalan? Harus cepat-cepat kabur kalau begini." Pikir Alin cepat. dengan bergegas, Alin membawa tas bekalnya dan menggandeng Langit. Mengunci pintu depan, dan menaiki motornya.

"Langit, cepat naik."

"Ibu, ban motor nya kempes."

"Apa?" Alin turun dari atas motor, melihat ban yang ditunjuk oleh Langit.

"Ya ampun. Malah kempes." Gerutunya.

"Kempes ya?" Suara Noah dari belakang kedua nya. Alin mengepalkan tangannya kesal. Menoleh kebelakang.

"Om!" Langit menyambut Noah dengan suka cita. Berbeda dengan Alin yang justru merasa kesal.

"Ibu, kita bareng om Noah aja."

Alin melihat sekitar halaman, tak ada kendaraan apapun. Alin tersenyum smirk.

"Lihatlah, dia tidak bawa kendaraan apapun. Sudahlah lupakan saja." Alin mengibaskan tangannya di udara.

"Aku memang jalannkaki kemari."

"Yaahh......" Langit lemas, Alin tersenyum senang. Setidaknya nggak perlu pergi dengan dia. Begitu pikir Alin.

"Robin sedang mengantri isi tangki, jadi aku berjalan kemari dari pom didepan sana." Ucap Noah santai."Sebentar lagi dia juga menyusul kemari."

"Hiiiihhh..." Tangan Alin mengepal kesal.

_____

Akhirnya, mereka berempat, Alin, Langit, Noah dan Robin asisten Noah. Berada dalam satu mobil yang bergerak ke sebuah taman bermain. Bukan kepantai. Robin mengimingi Langit permainan baru di Wonderland. Ada banyak permainan yang patut dicoba. Dan bocah lelaki itu pun tergoda berpindah haluan ke Wonderland.

Di Wonderland, Langit dan Noah menaiki kora-kora bersama. Robin memang tidak ikut, dia beralasan memiliki kepentingan yang lain. Walau sebenarnya, Noah yang meminta nya untuk kembali dan tidak mengganggu.

Sedangakan Alin lebih memilih duduk di bangku tunggu sambil makan kentang goreng. Beberapa saat kemudian, Noah datang menghampiri. Sementara Langit masih menaiki permainannya. Alin menyentak nafasnya kesal.

"Ngapain sih dia kemari?" Gumamnya.

"Aku haus."

"Tuh disana ada penjual minuman."

"Kau membawa botol minuman, kenapa tidak membaginya denganku?"

"Jangan. Nanti kau bisa ketularan miskin seperti kami."

"Kenapa kamu begitu ketus padaku?"

Alin menyentak nafasnya berulang.

"Apa kau masih kesal karena aku menyebutmu penipu miskin?" Ujar Noah,"Aku minta maaf untuk itu."

"Tidak perlu, untuk apa orang kaya seperti mu minta maaf pada kami." Alin membuang muka kesamping memakan kentang goreng nya dengan malas.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf."

"Tidak perlu."

Noah menghela nafasnya.

Alin tiba-tiba berdiri. Pandangan mata Alin mengarah jauh kesisi kiri. Terlihat ada ketegangan diwajahnya. Cemas, gelisah, khawatir dan takut seolah menjadi satu. Bungkus kentang goreng yang dia bawa pun jatuh berserakan.

Noah yang penasaran menoleh kearah yang sama.

_____

Readers, kira-kira, apa ya yang mereka berdua lihat?

Kasih jawaban nya di kolom komentar ya.

Jangan lupa,

Like nya,

Subscribe juga biar nggak ketinggalan.

Salam literasi

☺️

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Gati
semangat thor
goodnovel comment avatar
Buan Zairah
liat suaminya sama selingkuhan nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 57

    "Noah?" "Noah." Noah baru saja memasuki kamar, tertegun melihat Alin memanggil namanya. lekas ia datang mendekat. "Sayang!?" Noah menggenggam tangan istrinya. "Aku di sini," tanyanya duduk di bibir ranjang."Apa yang kamu rasakan?" "Noah, aku... aku merasa kotor." Noah menatap istrinya sendu. "Jangan katakan itu. jika kotor, kita bisa membersihkannya." "Tapi..." "ssttt!" Noah menempelkan jari di bibir Alin. "Aku akan memandikanmu nanti, tapi, aku lapar, ayo kita makan dulu, hum?" Noah menggendong Alin keluar kamar, membawanya sampai ke dapur lalu mendudukkan di kursi bar. "Kita lihat ada apa di sini," cetusnya membuka kulkas. "Hmm, cuma ada telur, keju, dan roti tawar. Apa kita buat roti bakar saja?" usulnya menoleh pada Alin. "Aku ingin mandi Noah," ucap Alin lirih. "Iya, nanti aku mandikan," balas Noah mencoba terlihat acuh walau sebenarnya hati pria ini sudah sangat remuk. "Kita makan dulu. Setelah makan, aku janji akan membersihkan mu sampai benar-benar ber

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 56

    Mata Noah tajam terarah. Bahkan bola mata yang kini di selimuti amarah itu hampir keluar dari rongganya. "Serahkan padaku.""Aku harus menyelesaikannya sendiri, Bin."Robin menggeleng, "tidak, serahkan padaku.""Kau mau aku diam saja saat istriku mendapat pelecehan seperti ini?"Robin diam, memilih kata yang tepat agar sedikit mengurangi amarah di dada Noah saat ini."Tidak, tentu saja tidak. Kamu harus lebih bisa menenangkan Alin. Saat ini ia membutuhkan dirimu. Masalah yang lain, serahkan padaku. Aku percaya padaku, kan?" Robin menatap Noah bersungguh-sungguh.Sedangkan Noah menatap dengan amarah yang berkobar di matanya."Bagaimana jika dia bangun dan mendapati dirimu tak ada di sisi. Saat ini, dia membutuhkanmu, bukan aku. Atau kamu memang lebih rela aku yang menenangkannya dalam pelukan ini?"Noah mencengkram kerah depan baju Robin. Dan itu berhasil membuat Robin tersenyum."Jadi, biarkan kami yang selesaikan. Kamu cukup terima laporan dari kami saja. Akan kami selesaikan dengan

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   Bab 55 - Amarah Noah

    "Kenapa kamu tinggalkan Alin sama Tasya aja?" Noah berteriak penuh emosi karena orangnya malah sangat teledor meninggalkan dua wanita saat Alin jelas dalam incaran."Maaf, saya sudah meninggalkan beberapa orang juga di sana."Ricky menjawab penuh sesal, di wajahnya sudah membekas lebam oleh pukulan Noah tadi."Lalu bagaimana bisa Alin sampai diculik!? Bagaimana kalian bekerja? Hah?""Maaf, Tuan." "Haahh!" Noah menendang jog belakang di depannya. Marah, marah, dan amarah itu terus menjilati dirinya. "Jika sampai terjadi hal buruk padanya, habis kalian semua!""Tenanglah!" ucap Robin yang menyetir di depan melihat Noah sedari tadi hanya marah-marah dan mengamuk."Kita sudah dapat lokasinya. Jangan habiskan tenagamu untuk mengamuk di sini."Noah berdecak kesal, tangan itu terus mengepal dan wajah yang semakin mengeras. Dalam pikirannya Alin kini sedang ketakutan. Pikiran buruk terus berkelebat mencemaskan wanitanya."Aku bersumpah, ta

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 54 - Alin diculik

    "Tolong siapkan untuk meja nomor lima. Yang ini sedikit spesial ya, pesanan khusus." Alin memberi instruksi pada koki di dapur restonya. "Baik, Bu.""Dan untuk ruang VIP satu. Sudah dibooking oleh Mr. Marvin untuk meting nanti malam.""Baik."Setelah memberi beberapa arahan dan mengecek laporan, Alin melangkah keluar dari restonya. Di belakangnya beberapa orang tampak mengikuti. Merasa diikuti, Alin menoleh. Terkejut karena orang-orang itu mendorong tubuhnya kedepan. "A-apa yang kalian lakukan!?" Serunya. "Ikut kami," ujar seorang berbadan besar yang paling dekat dengannya dan menahan lengan wanita cantik itu."Le-lepas!" Dengan gemetar Alin mencoba berontak dan meloloskan diri."Si-siapa kalian? Lepaskan aku!" lontarnya dengan terbata.Lelaki itu tersenyum tipis, semakin menarik tubuh Alin."Ikut saja jika tak ingin kami bertindak lebih kasar di sini."Mata Alin bergerak liar, mencari siapa saja yang bisa dimintai bantuan. Namun, sekitar serasa sepi dan tak banyak orang melintas

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 53

    Di lorong depan pintu apartemen Alin, tampak tiga orang preman tengah berkelahi dengan seorang pria dan wanita. ketiganya tampak kuwalahan meskipun memiliki badan lebih besar karna kelincahan sepasang pria dan wanita yang tiba-tiba mengganggu pekerjaan mereka. kedua orang itu adalah bodyguard Alin itu. Tasya dan Ricky."Siapa kalian? kenapa mengganggu pekerjaan kami?!"Ricky tertawa mencemooh,"Pekerjaan kalian, mengganggu pekerjaan kami!" cetusnya memasang kuda-kuda, saling melindungi punggung dengan membelakangi rekan kerjanya."Siapa yang menyuruh kalian?""Bukan urusan mu!" sentak salah satu preman itu menyerang. Dengan gesit, Ricky dan Tasya membalas.Ketiga preman itu memang hanya badannya saja yang besar. Namun, kalah oleh kegesitan dan teknik yang Ricki dan Tasya punya. Tiba-tiba saja, dari ujung lorong, Noah muncul. terkejut melihat kedua bodyguard Alin sedang bertarung melawan tiga preman. Ia ikut menerjang, memanjangkan kaki mengenai bagian vital salah satu preman tersebut. H

  • Jangan Salahkan Aku Merebut Istrimu   bab 52 - Tamu?

    Bab 52Melin terduduk lemas menyenderkan tubuhnya di ruangan kepala bagian. Wajahnya masih tak percaya dan matanya bergarak liar tak terima dengan apa yang baru saja ia dengar.“A-apa maksud bapak?” meminta penjelasan.“Seperti yang sudah saya utarakan tadi, Melin. Kamu mendapat peringatan sebelumnya tentang kedislipinan. Tetapi, kamu berulang kali bahkan seperti menganggapnya sepele. Aku tau suamimu adalah seorang manager juga. Apa karena itu juga kamu jadi berani seperti ini?”“Ti-tidak pak. Saya memang sedang dalam kondisi yang rumit.” Melin mencoba memberi penjelasan dan alasan.“Maaf, ini sudah keputusan semua orang. Ini surat pemecatanmu,” ucap Pak kepala bagian seraya menyerahkan surat pada Melin.“Ta-tapi pak.” Melin menggeleng kuat tak terima, berharap masih memiliki kesampatan berikutnya. Tetapi, melihat gelagat atasannya itu, Melin tau harapan tinggallah harapan.“Maaf, Melin. Ini sudah keputusan final. Pesangonmu, mintalah pada bagian HRD.”*Brak!Aldi terperanjat melihat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status