Share

Mawar Merah

Author: Tri Nur
last update Last Updated: 2021-05-25 15:28:45

Aku menatapnya, pemilik rahang kokoh yang nyaris tanpa cela.

Tangannya menggenggam rangkaian mawar merah.

Mas Bayu menghindar dari tatapanku, "dari karyawan kantor." Begitu katanya. Aku mengangguk mencoba mengerti.

Baru saja tanganku ingin memilih vas kosong di rak pajangan, suara Mas Bayu terdengar.

"Bik …!" Tak lama wanita paruh baya muncul dari arah dapur.

"Ya, Pak." Wanita yang di panggil bibik tadi sedikit membungkukkan badan di depan Mas Bayu.

"Tolong bunga ini dibagi dua, sebagian simpan di vas biru ruang tamu dan sebagian lagi tolong letakkan meja makan."

Tanganku yang terulur terhenti di udara. Aku hanya butuh waktu untuk terbiasa. Terbiasa dengan rasa yang mengambang, seperti genangan air yang terkumpul di ujung mata.

"Inara jadi datang, Mas?" Akupun harus terbiasa, mengulas senyum mesti tipis dan nyaris tak terbaca.

Mas Bayu menatapku, kali ini lebih lama. Mungkinkah dia juga mulai terbiasa?

***

Senja datang bersama dengan sosok cantik yang muncul di depan pintu. 

Cantik sekali.

Pantas saja Mas Bayu seperti enggan memindahkan mata untuk menatapku. Mungkin raganya ada di sampingku, bisa jadi hati dan jiwanya tengah mengembara bersama Inara.

"Assalamu'alaikum," sapa lembut terdengar mendayu.

Kami berdua beradu tatap. Ada sesuatu yang tak terbaca dari matanya. Aku jengah. Hingga memutuskan memiringkan badan untuk menyilahkannya masuk.

"Silahkan duduk," kataku. Inara membalasnya dengan senyum.

"Sebentar ya, Mas Bayu masih bersiap di dalam." Aku melanjutkan ucapanku setelah Inara duduk di sofa hijau.

Terlihat binar rindu di mata Inara. Wajahnya berseri, kecantikan alami yang saat ini nyaris jarang ditemui.

Bidadari, begitu nama yang ditulis Mas Bayu di ponselnya. Secara tak sengaja aku membaca, saat panggilan datang dan kami terbaring dalam diam.

Salahkah aku yang mulai merasa aku bukanlah tandingan sempurna untuk Inara?

Mas Bayu muncul dari dalam, dengan rambut basah dan wangi sabun mandi yang aromanya mulai aku suka.

"Assalamualaikum, Mas," sapa Inara. Bergegas dia bangkit menyambut Mas Bayu.

Begitu pun Mas Bayu, seolah tergesa ingin menghambur pada Inara.

Aku memejamkan mata. Membatasi diri dari pandangan yang memang seharusnya tak ku lihat. Karena yakin aku tak akan kuat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mas pur
jadi minder sendiri baca novel kk, bagus banget hu hu hu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jarak (tamu di hati suamiku)   Luluh

    Rasa tak percaya diri muncul. Apa bentuk tubuhku berubah mengerikan? Apa lemak yang mengiringi kehamilanku membuat hasratnya lebur?Lagi-lagi aku patah.Kuputuskan untuk mengunci pintu, dan menangis diam-diam. Berusaha meredam amarah agar tak salah arah.Duduk diam dan membiarkan air mata mengalir begitu saja.Hampir tengah malam seseorang mencoba membuka pintu. Aku tetap diam. Tak berusaha bangun untuk membukanya.Saat ini aku ingin sendiri. Berdamai dengan rasa yang menyakitiku.***"Kenapa p

  • Jarak (tamu di hati suamiku)   Kecewa

    Hari-hari selanjutnya kulalui dengan normal. Tidak ada yang mengusikku, selain Mas Bayu.Lelaki itu nyaris setiap saat memintaku kembali ke rumah. Sayangnya aku masih merasa nyaman disini. Rumah Diana yang sudah dibeli suamiku dengan harga fantastis.Diana bahkan mampu membeli rumah lain yang lebih besar dan juga liburan ke luar kota. Aku tidak akan melupakan saat Mas Bayu juga menjanjikan sebuah toko kue lengkap dengan karyawan untuknya.Entahlah, aku tak tahu apa yang ada di dalam pikiran suamiku itu. Terlalu mudah menghamburkan uang.Sepertinya setelah kepergianku, dia berubah bekerja keras hingga lupa waktu. Mungkin itu caranya untuk melupakan aku. Menurut Inara, harta Mas Bayu tak akan

  • Jarak (tamu di hati suamiku)   Cemburu

    "Kamu mau makan apa?" tanya Mas Bayu. Tatapannya tak beralih dari jalan raya yang padat ileh kendaraan."Tidak," jawabku pelan."Anakku, apa dia tidak lapar?" Kali ini Mas Bayu menatapku sebentar.Rasa hangat kembali memenuhi dadaku. Aku tersenyum. Semudah itu membuatku bahagia."Kenapa?""Hmm? Kenapa apanya?" Aku menoleh. Mengamati tangan kekarnya yang memegang setir."Kamu, senyum-senyum begitu.""Nggak boleh?" rajukku.Mas Ba

  • Jarak (tamu di hati suamiku)   Ratu di Hati Suamiku

    Tidak apa?" Aku masih mencoba mencari kepastian.Mas Bayu masih berdiri tegak. Tak menoleh, juga tak menyahut. Dengan cepat kulempar bantal ke arahnya.Hanya terdengar helaan nafas darinya. Aku hampir putus asa. Sikapnya semakin mambuatku yakin pada apa yang kupikirkan. Pak Mahmud telah meninggal."Aku ikut," putusku cepat.Ternyata ucapanku kali ini menimbulkan reaksi. Dia berbalik dan memandangku. Aku berdiri dan segera meraih jaket untuk menutupi piyama yang kukenakan. Selanjutnya aku menabrak lengannya untuk keluar menuju kamar mandi."Ndhis!"Seruannya tak kuhiraukan. Dengan cepat aku mencuci muka dan menggosok gigi. Tak lupa kuikat rambut menyerupai gaya ekor kuda."Ayo," ajakku."Kamu di rumah saja." Dia masih berusaha membujuk."Tidak. Aku ikut atau kamu tidak akan pernah bisa menemukanku lagi. Aku akan pergi," ancamku."Bagaimana bisa kamu pergi, sedangkan dun

  • Jarak (tamu di hati suamiku)   Kontraksi

    "Katakan, di mana Pak Mahmud?" Aku mencecar Mas Bayu. Lelaki itu menghela nafas kasar."Entahlah. Terakhir yang kutahu, dia mengantar ayah melakukan perjalanan bisnis. Beberapa malam yang lalu, dia menghubungiku. Memberi tahu tentang kamu. Semua begitu cepat. Seperti sesuatu mengejarnya.""Kamu tidak melacak ponselnya?" tanyaku khawatir. Hal mudah bagi Mas Bayu untuk mengetahui keberadaan seseorang melalui ponsel. Apalagi ada beberapa karyawannya yang dibidang itu."Sudah. Dan hanya ponsel yang kutemukan." Mas Bayu membuang muka. Terlihat sekali dia tengah menyembunyikan sesuatu."Lalu, siapa laki-laki yang tadi berkelahi denganmu?""Mereka suruhan ibu.""Suruhan? Untuk apa?" Heranku."Kamu mengandung pewaris mereka," ucapnya pelan."Apa hubungannya?""Jika anak kita lahir, mereka akan membawanya, dan tidak mustahil mengakhiri hidup kita."Gila! Aku tidak habis pikir, ini ha

  • Jarak (tamu di hati suamiku)   Hilang

    Aku berpura tidak peduli dengan raut wajahnya yang terlihat kesal. Dengan gerakan santai kubereskan peralatan untuk membersihkan luka Mas Bayu tadi.Selain obat pereda nyeri, orang-orang itu juga membeli kain kasa dan beberapa lembar plester.Cangkir kopi kubawa ke dalam. Sebagai gantinya aku membuatkan teh manis untuknya dan empat orang yang berdiri siaga di teras. Sebenarnya aku sudah mempersilahkan mereka untuk duduk, tapi aura Mas Bayu yang kehilangan secangkir kopi begitu kelam. Mungkin itu membuat mereka memilih berdiri.Hari sudah malam, dan aku menyiapkan makanan untuk lima lelaki dewasa. Mudah saja bagiku yang memang senang bergelut di dapur. Apalagi si kecil yang biasanya aktif, entah kenapa kurasa tenang. Apa mungkin dia senang, bisa merasakan kehadiran ayahnya?Senyum muncul saat menyentuh perutku sendiri. Ah, bagaimana rasanya jika Mas Bayu mengelusnya?Aku menggigit bibir. Tiba-tiba dorongan untuk merasakan tangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status