Share

Bab 5 Cemburu

Penulis: Noyalizn
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-11 08:30:40

Pagi hari setelah malam lembur yang mengubah segalanya, Alea datang ke kantor dengan senyum yang tidak bisa ia sembunyikan. Di lehernya, liontin kaca pembesar pemberian Alden melingkar indah. Ia merasa bahwa ia tidak lagi hanya seorang mahasiswi magang, melainkan seseorang yang spesial di mata Alden. Kehangatan dan perhatian yang Alden tunjukkan tadi malam membuatnya merasa seperti ia adalah satu-satunya orang di dunia.

Ia masuk ke ruangannya, hatinya berdebar-debar. Dita Permata sudah ada di mejanya, tatapannya datar seperti biasa. Dita menyerahkan sebuah file tebal pada Alea. "Ini proyek yang harus Anda selesaikan, Alea," katanya. "Pak Alden ingin ini selesai sebelum makan siang."

Alea terkejut. "Tapi, Bu Dita, ini terlalu banyak untuk diselesaikan dalam waktu sesingkat itu."

"Itu urusan Anda," jawab Dita. "Pak Alden tidak suka orang yang suka mengeluh. Dia suka orang yang bisa menyelesaikan masalah."

Alea menatap Dita, lalu menatap file yang ada di tangannya. Ia merasa bahwa Dita sedang mengujinya. Namun, ia tidak mau menyerah. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mulai bekerja. Ia tidak akan membiarkan Dita mengalahkannya.

Tiba-tiba, Bima Sentosa dan Rina datang ke mejanya. Wajah mereka terlihat kesal.

"Selamat pagi, Alea," kata Bima dengan senyum sinis. "Saya dengar, Anda lembur dengan Pak Alden. Hebat sekali. Apa Anda sudah menjadi sekretaris pribadi kedua Pak Alden?"

Alea merasa risih. Ia mencoba untuk mengabaikan Bima dan Rina, namun mereka terus-menerus menggodanya.

"Oh, lihat itu, liontinnya indah sekali," kata Rina dengan nada mengejek. "Apa itu hadiah dari Pak Alden?"

"Ini bukan urusan kalian," jawab Alea.

"Oh, tentu saja ini urusan kami," jawab Bima. "Anda sudah membuat kami semua terlihat bodoh. Anda pikir Anda bisa mendapatkan perhatian Pak Alden hanya dengan menjadi manis?"

Alea terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia merasa bahwa Bima dan Rina sedang memusuhinya. Ia merasa bahwa ia tidak bisa memenangkan pertarungan ini.

Tiba-tiba, suara Alden terdengar dari belakang. "Ada apa ini?" tanyanya, suaranya terdengar dingin.

Bima dan Rina langsung terdiam. Mereka berbalik dan melihat Alden sedang berdiri di belakang mereka, matanya menatap mereka dengan tajam.

"Kami hanya..." Bima mencoba menjelaskan.

"Saya tidak butuh penjelasan," potong Alden. "Jika kalian tidak memiliki pekerjaan, silakan keluar. Saya tidak ingin melihat kalian di sini lagi."

Bima dan Rina langsung pergi, meninggalkan Alea dan Alden sendirian. Alea merasa lega, namun ia juga merasa malu.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Alden, suaranya terdengar lembut.

Alea mengangguk. "Saya baik-baik saja, Pak. Terima kasih sudah membantu."

Alden tersenyum tipis. "Sama-sama. Sekarang, lupakan mereka. Fokus pada pekerjaan Anda."

Alden kembali ke ruangannya, meninggalkan Alea sendirian. Alea merasa bahwa ia tidak bisa fokus. Pikirannya dipenuhi oleh Bima dan Rina. Ia merasa bahwa ia sedang berada di tengah-tengah perang yang tidak ia mengerti.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. Ia mengangkatnya dengan ragu.

"Halo," suara wanita yang sangat elegan menyapa. "Saya Sarah Wijaya. Saya ingin bertemu dengan Anda."

Jantung Alea berdebar kencang. Ia tahu siapa Sarah. Tunangan Alden. Ia merasa bahwa ia sedang berada di dalam masalah. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, namun ia tahu bahwa ia harus menghadapi semua ini. Ia tidak bisa lari dari masalah. Ia harus berani.

────୨ৎ────────୨ৎ────────୨ৎ────────୨ৎ───────

Alea menatap ponselnya, nama "Sarah Wijaya" tertera di layar. Jantungnya berdebar kencang. Ia tahu bahwa ia harus menemui Sarah. Ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kecemburuan dan gosip yang beredar di kantor.

Mereka bertemu di sebuah kafe mewah di pusat kota. Sarah terlihat sangat elegan dengan gaun merahnya, penampilannya sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki. Alea, dengan pakaian kasualnya, merasa seperti orang asing di dunia Sarah.

"Terima kasih sudah datang, Alea," kata Sarah, suaranya terdengar ramah. "Aku ingin berbicara denganmu tentang Alden."

Alea mengangguk. "Tentu, Bu Sarah."

"Panggil aku Sarah saja," katanya, tersenyum tipis. "Aku tahu apa yang terjadi di kantor. Aku tahu gosip-gosip itu. Aku ingin kamu tahu, aku tidak suka gosip. Aku ingin kamu tahu, aku tidak ingin kamu mengganggu hubungan kami."

Alea terdiam. Ia merasa bahwa Sarah sedang mengancamnya. Ia merasa bahwa ia harus mempertahankan dirinya. "Saya tidak melakukan apa pun, Bu Sarah. Saya hanya bekerja."

"Aku tahu," kata Sarah, suaranya terdengar dingin. "Tapi, Alden adalah milikku. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambilnya dariku."

Alea merasa bahwa ia tidak bisa memenangkan pertarungan ini. Ia merasa bahwa ia harus mundur. Ia tahu bahwa ia tidak akan bisa mengalahkan Sarah.

"Saya mengerti, Bu Sarah. Saya akan menjauh dari Alden. Saya akan menjaga profesionalisme," kata Alea.

Sarah tersenyum puas. "Bagus. Aku senang kita bisa mengerti satu sama lain."

Setelah pertemuan itu, Alea kembali ke kantor dengan perasaan hampa. Ia merasa bahwa ia telah kalah. Ia merasa bahwa ia harus menjauh dari Alden. Ia tahu bahwa itu akan sulit, tetapi ia harus melakukannya. Ia tidak ingin mengganggu hubungan orang lain.

Keesokan harinya, Alea datang ke kantor dengan wajah datar. Ia tidak lagi tersenyum, ia tidak lagi menyapa Alden. Ia hanya fokus pada pekerjaannya. Ia menghindari Alden sebisa mungkin.

Alden menyadarinya. Ia melihat perubahan pada Alea. Ia melihat bahwa Alea tidak lagi ceria. Ia melihat bahwa Alea tidak lagi datang ke ruangannya. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang salah.

Suatu malam, saat Alea sedang bersiap-siap untuk pulang, Alden memanggilnya. "Alea, saya ingin bicara denganmu."

Alea masuk ke ruangan Alden. Ia berdiri di depan mejanya, menjaga jarak. Ia merasa bahwa ia harus mempertahankan profesionalisme.

"Ada apa denganmu, Alea?" tanya Alden, matanya menatap Alea dengan tajam. "Kamu menghindari saya. Kamu tidak lagi tersenyum. Apa yang terjadi?"

Alea terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia telah bertemu dengan Sarah. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia telah berjanji untuk menjauh dari Alden.

"Saya hanya sibuk, Pak," kata Alea.

Alden menggelengkan kepalanya. "Jangan bohong. Saya tahu ada sesuatu yang lain. Katakan padaku, apa yang terjadi?"

Alea menarik napas dalam-dalam. "Saya tidak bisa, Pak."

"Kenapa?" tanya Alden.

"Karena saya tidak ingin mengganggu hubungan Anda dengan tunangan Anda," jawab Alea.

Alden terdiam. Ia menatap Alea dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menatap Alea, seolah-olah mencoba membaca pikirannya.

Tiba-tiba, ia berdiri dan mendekati Alea. Ia mengambil tangan Alea dan menatap matanya. "Sarah bukan tunanganku, Alea. Kami hanya rekan bisnis. Kami tidak memiliki hubungan apa-apa."

Alea terkejut. "Tapi... Lia bilang... media bilang..."

"Itu semua hanya gosip, Alea," potong Alden. "Kami hanya pura-pura. Kami harus melakukannya untuk menjaga citra perusahaan. Tapi, itu tidak nyata."

Alea merasa lega. Ia merasa bahwa ia telah mendapatkan jawaban yang ia butuhkan. Ia merasa bahwa ia tidak perlu menjauh dari Alden. Ia merasa bahwa ia bisa membuka hatinya pada pria ini.

"Kenapa Anda tidak bilang pada saya, Pak?" tanya Alea.

"Karena saya ingin melihat apakah kamu akan percaya pada saya atau pada gosip," jawab Alden. "Dan kamu memilih untuk percaya pada saya. Itu yang paling penting."

Alden lalu mendekatkan wajahnya pada Alea. "Alea, saya tidak ingin kamu menjauh. Saya tidak ingin kamu menjaga profesionalisme. Saya ingin kamu menjadi dirimu sendiri. Saya ingin kamu... di sini."

Ia lalu mencium Alea. Ciuman itu lembut, namun penuh gairah. Alea terdiam, ia tidak membalas. Ia hanya merasakan bibir Alden menyentuh bibirnya. Ia merasa bahwa ia tidak bisa bernapas. Ia merasa bahwa ia sedang berada di surga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Dahulu, Magang Kemudian   Bab 7 Keputusan

    Setelah badai berlalu, keheningan di kantor terasa begitu berat. Bima dan Rina tidak lagi terlihat, seolah menghilang ditelan bumi. Sarah pun tidak lagi mengganggu. Namun, Alea dan Alden tidak bisa kembali ke hubungan profesional mereka yang dulu. Ciuman di lift, pengakuan Alden, dan janji untuk melindunginya telah meruntuhkan semua batasan. Suatu sore, Alden memanggil Alea ke ruangannya. Alea masuk, jantungnya berdebar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah mereka akan melanjutkan hubungan mereka? Apakah mereka akan kembali ke hubungan profesional mereka? Alden menatap Alea dengan tatapan yang sulit diartikan. "Alea, saya sudah memikirkan ini. Saya rasa kita butuh jeda." Hati Alea serasa hancur. Ia tidak tahu apa maksud Alden. Apakah ia akan memecatnya? Apakah ia akan mengakhiri hubungan mereka? "Maksud Anda?" tanya Alea, suaranya serak. "Saya rasa kita berdua butuh waktu untuk merenung. Ki

  • Jatuh Cinta Dahulu, Magang Kemudian   Bab 6 Kenyataan

    Ciuman itu... mengubah segalanya. Itu adalah pengakuan yang tidak terucap, sebuah janji yang mengikat, dan sebuah kenyataan yang memabukkan. Alea tidak bisa lagi lari dari perasaannya, begitu pun Alden. Batasan profesionalisme yang selama ini mereka jaga, runtuh dalam sekejap. Pagi itu, Alden mengantarnya pulang. Di dalam mobil, keheningan yang nyaman menyelimuti mereka. Tangan Alden menggenggam tangan Alea, kehangatan itu mengalir hingga ke jantungnya. "Aku akan melindungimu, Alea," bisik Alden, suaranya dalam dan meyakinkan. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu." Alea hanya bisa tersenyum. Ia merasa bahwa ia tidak sendirian. Ia merasa bahwa ia memiliki Alden. Namun, dunia tidak hanya berputar di antara mereka berdua. Keesokan harinya, saat Alea tiba di kantor, ia disambut dengan tatapan sinis dan bisik-bisik yang semakin keras. Gosip tentang kedekatannya dengan Alden semakin me

  • Jatuh Cinta Dahulu, Magang Kemudian   Bab 5 Cemburu

    Pagi hari setelah malam lembur yang mengubah segalanya, Alea datang ke kantor dengan senyum yang tidak bisa ia sembunyikan. Di lehernya, liontin kaca pembesar pemberian Alden melingkar indah. Ia merasa bahwa ia tidak lagi hanya seorang mahasiswi magang, melainkan seseorang yang spesial di mata Alden. Kehangatan dan perhatian yang Alden tunjukkan tadi malam membuatnya merasa seperti ia adalah satu-satunya orang di dunia. Ia masuk ke ruangannya, hatinya berdebar-debar. Dita Permata sudah ada di mejanya, tatapannya datar seperti biasa. Dita menyerahkan sebuah file tebal pada Alea. "Ini proyek yang harus Anda selesaikan, Alea," katanya. "Pak Alden ingin ini selesai sebelum makan siang." Alea terkejut. "Tapi, Bu Dita, ini terlalu banyak untuk diselesaikan dalam waktu sesingkat itu." "Itu urusan Anda," jawab Dita. "Pak Alden tidak suka orang yang suka mengeluh. Dia suka orang yang bisa menyelesaikan masalah." Alea menatap Dita, l

  • Jatuh Cinta Dahulu, Magang Kemudian   Bab 4 Munculnya Desas Desus

    Enam minggu berlalu sejak Alea resmi magang di Dirgantara Group. Kehidupannya kini terbagi menjadi dua dunia yang sangat berbeda, dunia kampus yang penuh tawa dan kebebasan, serta dunia korporat yang serba cepat dan penuh tekanan. Ia mulai terbiasa dengan jadwal yang padat, meeting yang panjang, dan jargon-jargon bisnis yang sebelumnya terasa asing. Namun, yang paling mengejutkan adalah interaksinya dengan Alden. Jarak antara mereka, secara fisik maupun profesional, seolah menguap. Alden bukan lagi sosok CEO yang dingin dan tak terjamah. Ia adalah mentor yang sabar, membimbing Alea dengan teliti, dan bahkan terkadang terlibat dalam diskusi santai tentang hal-hal di luar pekerjaan. Kopi pagi di mejanya selalu diikuti oleh obrolan ringan, dan di sela-sela proyek, Alden sering melontarkan pertanyaan pribadi tentang kuliah, hobi, dan impian Alea. Suatu sore, saat Alea sedang menyelesaikan revisi desain, Alden memanggilnya ke ruangan. "Saya sudah

  • Jatuh Cinta Dahulu, Magang Kemudian   Bab 3 Perjanjian Rahasia

    Pagi itu, Alea tiba di kantor dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena Alden menyukai desainnya yang dianggap "kekanak-kanakan" oleh Rina. Di sisi lain, ia semakin penasaran. Mengapa Alden begitu terkesan dengan sesuatu yang begitu sederhana? Ia merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik semua ini. Ketika ia masuk ke ruangannya, sebuah amplop putih tebal sudah tergeletak di mejanya. Di atasnya, tertera nama Alea Kirana dengan tulisan tangan yang rapi dan elegan. Amplop itu terasa berat. Alea mengambilnya dengan hati-hati dan membukanya. Di dalamnya, ada sebuah dokumen dengan logo Dirgantara Group di bagian atas. Ini adalah kontrak magangnya. Alea mulai membaca. Gaji yang ditawarkan jauh di atas rata-rata magang lainnya. Selain itu, ada asuransi kesehatan, tunjangan makan, dan beberapa tunjangan lainnya yang membuat Alea tercengang. Ia merasa bahwa ini adalah tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Namun, ketika ia membaca lebih lanjut, matanya b

  • Jatuh Cinta Dahulu, Magang Kemudian   Bab 2 Tawaran Magang

    Hari-hari setelah insiden di Aula Utama berlalu bagai angin. Alea kembali disibukkan dengan kuliah, proyek akhir, dan persiapan skripsi. Namun, ada satu hal yang berbeda. Di sela-sela kesibukannya, pikirannya sering kali melayang ke sosok Alden Dirgantara dan percikan aneh yang ia rasakan. Ia berusaha keras untuk mengabaikannya, meyakinkan diri bahwa semua itu hanyalah bagian dari kegugupan dan kekaguman sesaat. Lagipula, apa mungkin seorang CEO sukses akan mengingat seorang mahasiswi yang menumpahkan kopi padanya? Suatu sore, saat Alea sedang asyik mengerjakan desain di kafe kampus, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. Ia mengangkatnya dengan ragu. "Halo, dengan Alea Kirana?" suara tegas seorang wanita menyapa. "Iya, saya sendiri. Maaf, ini dengan siapa?" "Saya Dita Permata, sekretaris pribadi Bapak Alden Dirgantara dari Dirgantara Group," jawabnya. "Bapak Alden mengundang Anda untuk wawancara magang di kantor kami, besok pukul sembilan pagi." Jantung Alea serasa berhent

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status