Share

BAB II Apa arti hubungan ini

Cheng Zheng kaget dengan keadaan aku, dia tau alasan ku mengapa tak bersekolah beberapa hari ini. Ayah ku telah meninggal dia pun terdiam seketika itu.

Sepulang sekolah aku berlarian di lapangan Cheng Zheng, mengikuti berlari dari belakang, aku menangis sejadinya saat itu.

Aku merasa kehilangan harapan ku, aku berjuang untuk sekolah favorit hanya untuk ayah ku saja namun ia telah tiada sekarang.

Setelah itu aku fokus belajar untuk ujian. Cheng Zheng sebenarnya telah menepati janjinya dan tidak mencari ku lagi. Sebelum aku menyadari ujian masuk perguruan tinggi telah tiba.

Dan pergi dengan tiba-tiba, inilah tahun yang kami khawatir kan, dan tetap menatap masa depan. Inilah tahun yang kita cintai dan kita benci tahun ke-3 SMA, seperti harus menemukan jalan di hari-hari musim panas sampai akhir.

Malam ini kami mengadakan pesta kelulusan di sebuah cafe, semuanya berdansa dengan bahagia.

Cheng Zheng, menatap ku dari kejauhan

"Kau sedang melihat apa? minumlah!" tegur Meng Xue, sambil memberikan sebotol minum Meng Xue, tau bahwa Cheng Zheng menatap ku dari kejauhan.

"Sun Yi-jung, apa yang telah kau lakukan, namun kau tak punya keberanian?" ujar Mo Fu Ho yang duduk lalu pergi meninggalkan ku.

Mo Fu Ho, mendatangi Zou Ziy dan mengajaknya untuk berdansa bersama saat itu.

"Zou Ziy, apa kau takut berdansa?" tanya Mo Fu Ho dengan penuh keyakinan.

"Apa! takut berdansa, itu cuma dansa aku tak takut siapa pun" jawab Zou Ziy.

Mendengar perkataan Zou Ziy, Mo Fu Ho tersenyum bahagia. Mereka pun berdansa malam itu.

Aku yang duduk sambil melihat Mo Fu Ho berdansa di datangi oleh Meng Xue.

"Apa kau sudah sadar malam ini, Cheng Zheng kurang bersemangat selama bertahun-tahun aku kenal dia. Belum pernah kulihat dia seperti ini. Pengaruhnya sungguh sangat kuat. Tidak ada sinoritas tak ada alasan. Aku telah mengenalnya selama 18 tahun, dan menyukainya selama 18 tahun

Tapi selama 18 tahun ini. Tak sebanding dengan keberadaan mu selama beberapa bulan saja Sun Yi-jung, aku tak menyukai mu Cheng Zheng adalah pangeran pujaan tapi kau, kau bukan Cinderella, setelah lulus dia akan ke Amerika meneruskan bisnis keluarganya dan kau? ucapnya dengan nada sedikit kasar.

"Aku sungguh tak memikirkan soal itu" sahut ku

"Apa kau pantas memikirkannya, kalian bukan pasangan yang cocok! Dia baik pada mu hanya kasihan" tegasnya

Obrolan kami terputus oleh pemberitahuan kepala sekolah kami.

"Masa muda memang tak berbatas! Kawan-kawan lulusan kalian akan memulai, hidup baru! ku harap semua tetap muda dan bermimpi tetap muda!" semua orang di pesta itu pun bersorak bahagia mendengar pemberitahuan kepala sekolah.

"Sun Yi-jung, mau kah kau berdansa dengan ku?" Cheng Zheng menghampiri ku dan menjulurkan tangannya.

"Aku? aku tak bisa berdansa" jawab ku dengan sedikit kaget, namun senang.

"Akan ku ajari!" sahutnya dengan harapan.

Meng Xue, melihat ku pada saat itu, aku pun pergi meninggalkan Cheng Zheng, namun seketika itu ia menarik tangan ku, dan membawaku ke tengah-tengah orang berdansa, mengajak ku berdansa.

Ia menaruh tangan ku ke pundaknya, dan tangannya yang satunya ia genggam dan mengajarkan ku bagaimana cara orang berdansa.

Meng Xue, yang melihat kami berdua saat itu  mengeluarkan air mata di pipinya, Song Ming yang melihat Meng Xue menangis langsung mendatanginya dan memberikan minuman.

"Bisakah kita berdansa?" tanya Song Ming dengan suara pelan.

Meng Xue, pun mengangguk dan menghapus air matanya.

Mo Fu Ho, pun akhirnya pun bisa berdansa dengan pria idamannya yaitu Zou Ziy, ia sangat bahagia malam itu.

Aku dan Cheng Zheng pun sama kami saling bertatapan, sambil berdansa malam itu.

Tiba-tiba lampu di pesta mati, kami pun berteriak semua.

"Siapa yang memadamkan lampunya?"

"Nyalakan, lampunya!"

"Nyalakan lampunya!"

Teriakan semua orang di dalam pesta tersebut.

Tiba-tiba Cheng Zheng, memelukku dengan eratnya, aku terkejut aku berusaha melepaskan pelukannya namun ia makin memeluk ku dengan kuat.

Mo Fu Ho, pun tak menyia-nyiakan kesempatan mati lampu tersebut, ia mencium bibir Zou Ziy, Zou Ziy pun terkejut dengan apa yang di lakukan Mo Fu Ho padanya.

Tak selang berapa lama. Lampu pun hidup kembali aku pun melepaskan pelukan Cheng Zheng waktu itu dan pergi meninggalkannya di sana.

Cheng Zheng terdiam sejenak, ia pun mengejar ku.

"Sun Yi-jung, kau mau ke mana?"

"Sun Yi-jung!"

teriaknya sambil mengejar ku.

Aku tak memperdulikannya aku terus berlari menuju atap sekolah ku.

"Kau mau ke mana? aku ingin memperjelas hubungan ini!"

Seketika itu langkah kaki ku berhenti pada anak tangga.

"Ayo! ikut aku ke Beijing, kita sama-sama kuliah di sana, masalah biaya kau tak perlu memikirkannya!" Cheng Zheng, meyakinkan ku untuk pergi bersamanya.

"Kita mendaftar ke Tisinghua bersama, inilah tujuan ku. Sun Yi-jung, tetaplah bersama ku!" jelas Cheng Zheng.

"Tapi aku tak akan di terima di Universitas bagus" jelas ku padanya.

"Nilai mu saat ini pasti bagus bisa masuk ke Universitas reguler di Beijing."

Aku pun berbalik dan menoleh wajahnya yang penuh harapan, aku hanya bisa terdiam mendengar ajakannya.

Aku pun hanya bisa menghela nafas, sambil melihat bulan yang bersinar terang malam itu.

"Sun Yi-jung, jadilah pacarku! Sun Yi-jung, ikutlah dengan ku ke Beijing! Sun Yi-jung tetaplah bersama ku" teriak Cheng Zheng sambil melihat bulan purnama malam.

Aku terpaku mendengar perkataannya aku pun menoleh dan melihat wajahnya yang penuh harapan.

Ingin sekali bibirku ini berkata (aku juga mencintaimu) namun aku tak bisa, aku bukanlah orang yang setara dengan keluarga Cheng Zheng.

"Sekarang seluruh dunia mengetahui perasaan ku, kau tak boleh mengatakan tidak!"

Tanpa ku sadari aku mencium bibir Cheng Zheng saat itu, aku merasa malam itu, malam yang paling bahagia dalam hidup ku.

Cheng Zheng, hanya terdiam melihat aku mencium bibirnya, tak selang berapa lama aku pun melepaskan bibirnya, ia pun menjadi salah tingkah seketika itu.

"Aku tau bagaimana perasaan mu" ucap ku dan meninggalkannya

"Jadi kita..."  tanya Cheng Zheng.

Aku pun berbalik dan tersenyum padanya.

"Selamat malam! Cheng Zheng" ucapku dan meninggalkannya.

"Sampai jumpa, sampai jumpa" sahut Cheng Zheng sambil melambaikan tangannya.

Akan ku ingat malam itu selamanya, seperti saat pertama Cheng Zheng muncul, matanya bersinar cemerlang. Tapi andai dia tahu, cium itu adalah hadiah terakhirku untuk meninggalkan dia. Agar dia tak berdiri di sana seperti orang bodoh, selamat tinggal Cheng Zheng.

Malam ini akan menjadi malam terakhir aku bisa melihat Cheng Zheng, tersenyum dengan bahagia itu cukup membuat ku lega agar bisa meninggalkan, karena aku tak akan ikut dengannya ke Beijing.

Saat musim telah berganti tahun penerimaan siswa-siswi baru datang,  dan berlalu dengan tenang. Ketidaktahuan yang tak jelas dan kebodohan Suram di masa aku SMA mengikuti tahun pertama yang telah berlal dan kehilangan kontak dengan Cheng Zheng.

Dan secara memudar hilang di duniaku.

"Ini tanda pengenal staf mu, perpustakaan kami di sini mengalami sejarah lebih dari 100 tahun beban kerja kami tinggi, tapi gajinya rendah. Mohon jangan khawatir!" ucap salah satu ketua pegawai di perpustakaan.

"Aku akan berusaha menyelesaikan, pekerjaan dengan baik" sahut ku

"Ini adalah daftar index nya ingatlah untuk menaruh bukunya pada tempat yang benar. Oh ya ini senior mu. Shen Juan, dia telah berkerja di sini selama 2 tahun. Jika ada sesuatu yang tak kau mengerti kau bisa bertanya padanya" jelas ibu kepala perpustakaan.

Aku pun mengangguk, dan tersenyum betanda bahwa aku mengerti apa yang harus aku lakukan, aku berkerja paruh waktu di sebuah perpustakaan, sepulang aku kuliah aku akan berkerja.

"Kau datang terlambat, tak ada lagi makan siang" tegur salah satu kantin di sekolah ku.

Aku lupa untuk pergi makan siang terlebih dahulu tadi, dan aku hanya memakan roti dan air mineral saja, aku pun langsung menuju perpustakaan untuk berkerja.

"Apa kau merindukan saat-saat makan siang?" tanya Shen Juan sambil memberikan ku roti selai dan segelas susu hangat.

Aku pun kaget melihat begitu perhatian pada ku, tiba-tiba ia mengambil buku dan pulpen di tangan ku.

"Biar aku yang kerjakan" ucapnya dan pergi menyusun buku yang seharusnya pekerjaan ku.

"Terima kasih" ucap ku dan hendak pulang.

"Ada perkaerjaan 2 hari lagi, apa kau tertarik?" sahutnya,

"Baiklah aku tertarik, aku pamit pulang duluan" jawabku

Shen Juan pun hanya ter dan mengangguk saja.

Kesokan harinya, hari di mana ulang tahun perpustakaan, aku sedang berada di taman perpustakaan akan menghias taman itu yang akan di jadikan tempat pesta, tiba-tiba Shen Juan mendatangi ku.

" Kau berada di sini rupanya, ayo bantu aku!" sapanya dan sambil menyuruh ku membukakan sereting kostum sapi yang ia gunakan.

"Apa cita-cita mu?" tanyanya lagi.

Aku terdiam sejenak dan memikirkan apa cita-cita ku.

"Aku belum memikirkannya bisa hidup nyaman dan sehat  lebih penting dari apapun. Cita-cita, impian jauh di luar jangkauan kita." jawab ku

Shen Juan hanya tersenyum mendengar perkataan ku.

"Jika aku bisa melanjutkan kehidupanku yang tenang dan damai, aku akan merasa sangat bahagia." jelasku padanya.

"Hidup aman dan damai? Bagus!" jawab Shen Juan.

"Selamat datang, silahkan coba air botol minuman kami! Terima kasih, lengkaplah biodata anda dan ambil minuman yang tersedia, botol minum kami gratis untuk di coba" ucap kami berdua yang sedang merayakan ulang tahun perpustakaan saat itu.

Ketika aku sedang menyusun buku di perpustakaan, aku di panggil oleh Shen Juan.

Dan ternyata hari ini adalah hari pertama aku menerima upah hasil pekerjaan ku.

"Ayo pergi makan siang! aku yang terakhir" ucapku pada Shen Juan

"Baiklah jika kau memaksa" sahutnya sambil tertawa.

Waktu pun berlalu begitu cepat aku dan Shen Juan, semakin akrap setiap harinya.

Hari ini aku bertemu dengan Mo Fu Ho, ketika aku dan Shen Juan sedang menuju perpustakaan.

"Shen Juan, aku rasa tak hanya peduli pada sekolah adik perempuannya, ku rasa ada sesuatu, dia menyukai mu.

"Jangan bicara ngawur, dia sangat menonjol banyak gadis yang menyukainya." sahut ku 

"Bagaimana dengan mu? apa kau menyukainya" tanya Mo Fu Ho dengan penasaran.

"Tiap kali aku melihat dia, ada kata-kata yang muncul di pikiranku. Cahaya purnama dan semilir angin" jelas ku padanya.

"Jadi? bagaimana dengan Cheng Zheng" ucapnya lagi yang membuat ku terdiam sejenak.

"Menggemparkan" sahut ku sambil tertawa.

Mo Fu Ho tau bahwa aku masih mencintai Cheng Zheng, tiba-tiba ada yang berteriak memanggil nama ku.

"Sun Yi-jung... Sun Yi-jung... Sun Yi-jung"

Aku pun berlari dan mencari, aku mengenal suara itu.

"Apa yang kamu cari, kau terkejut melihat ku?" tiba-tiba Cheng Zheng sudah berada di belakang ku.

"Bagaimana kau bisa ke sini?" tanyaku padanya.

"Memangnya aku tak di perbolehkan ke sini?" tanyanya padaku.

"Kenapa mendatangi ku?"

"Siapa yang mendatangi mu?"

"Jadi kau boleh pergi!"

"Mengapa aku harus mendengar perkataan mu? apa kau orang penting bagiku."

"Baiklah! aku yang pergi."

Aku pun pergi meninggalkannya namun tanganku di tarik olehnya, dan ia berkata.

"Bagaimana pun kita tetap mantan teman sekelas,"

"Sun Yi-jung?"Shen Juan memanggil ku.

"Shen Juan, mengapa kau ke sini?" tanyaku padanya sambil melepaskan tangan Cheng Zheng.

"Bukankah kita akan pergi bersama, kau bersama teman?" sahutnya

Aku pun terkejut mendengar perkataan Shen Juan karena kami tak ada janji saat itu.

"Halo, aku Shen Juan, pacarnya Sun Yi-jung" sapanya pada Cheng Zheng.

"Kebetulan, aku Cheng Zheng, pacarnya Sun Yi-jung juga" sahut Cheng Zheng sambil memberikan senyum sinis.

Aku pun tambah terkejut melihat mereka yang sama-sama menggap aku pacar mereka.

"Ini teman kelas SMA ku, dia kuliah di universitas di Beijing" jelas ku pada Shen Juan.

"Di Tshinghua, Universitas yang bagus" tambah Cheng Zheng.

"Itu kampus yang biasa saja" sahut Sen Juan.

"Kami berdua berniat untuk pergi ke luar kota" Shen Juan mencoba menjauhkan ku dari Cheng Zheng.

"Saudariku ku bisa mengantar kita bersama,

mungkin kita bisa pergi bersama, dia pintar mengemudi mobil mahal" sahut Cheng Zheng.

"Aku telah mengganggu kalian?" tanya Cheng Zheng.

"Tak apa" sahut Shen Juan.

"Ayo" ajak Cheng Zheng pada kami berdua.

Aku pun menuruti apa kemaun mereka aku sendiri tidak tau akan pergi ke mana bersama mereka aku hanya terdiam, Cheng Zheng duduk di samping ku di bangku belakang, sedangkan Shen Juan, duduk bersama saudarinya Cheng Zheng di depan.

"Aku Zang You, adiknya Cheng Zheng" memperkenalkan dirinya pada Shen Juan.

"Shen Juan" sahutnya sambil berjabat tangan.

Kami pun berangkat bersama, seketika itu kami malah pergi ke kuil Budha aku sedikit terkejut, mengapa malah kesini.

Kami berempat pun sembahyang di sana.

Sesudah sembahyang kami pun keluar dari kuil.

"Cowok ganteng, ikutlah denganku ku, temani aku membeli minuman" ajak Zang You pada Shen Juan.

Shen Juan, pun pergi bersama saudarinya Cheng Zheng, membeli minuman.

Aku dan Cheng Zheng menunggu di mobil.

"Apa kau menyukai orang seperti itu?" tanya Cheng Zheng pada ku.

"Untuk apa kau membahas ini?" cetus ku padanya.

"Aku berniat untuk melupakan mu, tapi aku tidak bisa setidaknya mohon katakan, bagian mana yang kurang baik dari diriku?" pertanyaan ini membuat ku terpaku, karena selama ini dia baik pada ku.

Tiba-tiba Cheng Zheng memelukku dari belakang.

"Lepaskan aku!" gretak ku 

"Jawab aku dulu" Cheng Zheng semakin erat memelukku.

"Lepaskan! ini di kuil, Buddha melihat kita."

ucap ku sambil berusaha melepaskan pelukannya.

Dia membalikan badanku sehingga, menghadap ke wajahnya.

"Apa Buddha tau? menderitanya hatiku? teriaknya pada ku

Lalu tiba-tiba ia mencium bibirku dengan paksa, aku pasrah aku tau ini juga kesalahan ku duku yang meninggalkannya dan memberikan harapan padanya.

Tanpa ku tau Shen Juan melihat kami saat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status