"Kalau cinta, Hargai dan biarkan bertumbuh. Sebab cinta bukan tentang memiliki akan tetapi tentang menghargai."
***"Kenapa melongo begitu? Kan sudah biasa aku menunggumu terlebih dahulu. Lagian tumben, terlambat sampai jam sembilan." Kata Reno dengan sedikit marah."Hmm... Biasa, Om. Tadi malam begadang." Ucap Angga santai.Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya, melirik pembatas kaca yang ditutup tirai, sudah bisa dia tebak jika Aisyah sudah ada di ruangan itu. Angga tersenyum, dia sudah membayangkan jika setiap hari bisa memandang gadis itu.'Ah... Rasanya cintaku bakal mentok di lantai tujuh.' Batin Angga.Sebastian dan Om Reno saling lirik melihat Angga yang senyum-senyum sendiri tak seperti biasanya."Kau sehat, Nak?"Angga terkesiap, tak seperti biasanya Reno memanggilnya dengan 'Nak', jika kata itu keluar maka ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, atau Reno mengetahui sesuatu yang sedang dia sembunyikan."Hmm... Alhamdulillah aku sehat, Om.""Kalau sudah cinta bilang aja sih. Nggak usah disembunyikan, jadi bisul nanti. Kasian Om lihat kamu cengar cengir seperti orang tak waras.""Astaghfirullah, Om. Aku ini waras. Tenang deh, hatiku masih kuat menahan segala rasa." Jawab Angga santai.Reno hanya menghela nafas, ponakannya memang selalu begitu. "Ok, Om percaya padamu, jangan sampai kegilaanmu itu merusak reputasimu sebagai CEO."Angga mengancungkan jempol, dia tersenyum. Hari ini hatinya merasakan kebahagiaan, hanya karena Aisyah sudah mulai bekerja.Di samping Reno, Sebastian masih sibuk menyusun ulang jadwal rapat, karena tiba-tiba saja Ara ingin menghadiri rapat tersebut. Asisten Angga itu mulai curiga, jika Om Reno memberi tahu Ara tentang Ara. Jadi, dia ingin datang saat rapat nanti. Sesuai arahannya, akhirnya Sebastian merombak ulang jadwal yang seharusnya di adakan hari ini."Apa yang sedang kau lakukan, Tian? Tumben sibuk amat.""Hmm... Big bos mau ikut rapat, Om. Dia minta jadwal di rombak. Entah ada angin apa dia kekeh mau datang ke perusahaan." Jawab Sebastian yang fokus depan layar.Angga yang mendengarnya langsung terbelalak, dia memicing tajam pada Om Reno yang hanya tersenyum simpul. Angga yakin ada yang tidak beres.Saat Om Reno sudah keluar, Angga langsung mendekati Sebastian, dia melirik layar putih itu, benar saja jadwal rapat yang seharusnya siang ini di adakan diundur esok hari."Kenapa kau tak beri tahu aku dulu, aku CEO di perusahaan ini."Sebastian menoleh acuh tak acuh, "Tapi, Ara memiliki kuasa penuh atas perusahaan ini, Bos. Aku takut di suruh push up dua ratus kali dengan suaminya itu. Pokoknya, kau terima saja jika rapat di undur esok hari.""Tumben nggak kasih kabar dulu," Lirih Angga.Sebastian hanya angkat bahu saja, dia pun tak mengerti. Tadi pagi, tiba-tiba saja Rayyan suami Ara menghubunginya, menanyakan kabar dan kesibukan Angga, saat Sebastian menjelaskan jika hari ini mereka akan rapat tentang roling karyawan, Ara ingin memantau dan ikut rapat. Tentu saja, Sebastian hanya pasrah, dan mengikuti kemauan Ara. Jika tidak, Rayyan akan menghukumnya, bisa-bisa gajinya akan di pangkas.Angga memainkan ponsel dan mengirim pesan pada kakaknya,[Ada sesuatu kah? sampai tiba-tiba ingin ikut rapat?]Tak butuh waktu lama, Ara membalas pesannya. [Aku hanya penasaran dengan karyawan baru, lagi pula bukannya bulan ini memang sudah waktunya aku menjengukmu. Kau itu tetap adik kecilku, Angga. Tak usah curiga deh.] Jawab Ara[Apa si Boy Fathan akan ikut? aku merindukan anak itu ][Tentu saja ikut, aku tak akan tega meninggalkan nya sendiri di rumah dengan pengasuh.][Benar sekali, jangan pernah kakak tinggalkan dengan pengasuh, setelah melihat berita yang viral aku jadi was was, Fathan juga di siksa.][Insyaallah tidak, kan kita sudah meletakkan CCTV, insyaallah aman, hanya saja... jika untuk meninggalkan nya aku juga tak berani, bukan tak percaya hanya jaga-jaga saja.]Angga terdiam, dia menatap layar putih itu. Kakaknya memang memilih memakai jasa pengasuh untuk anak tunggal nya, tapi dia tak pernah meninggalkan nya sendiri, pengasuh hanya membantu menyiapkan segala keperluan untuk keponakannya itu. Tiba-tiba saja, Angga menjadi lemas.Sepertinya misinya akan gagal, jika esok kakaknya akan datang. Dia masih malas di tanya tentang pernikahan. Tiba-tiba saja, terbesit ide gila di benaknya.Angga menjentikkan jari, sampai membuat Sebastian terkejut.'Ide brilian... Ah, aku ini memang cerdik.' Guman Angga lagi."Apa kau sudah gila, bos?""Ya, sedikit." Jawab Angga menyeringai.Membuat Sebastian begidik ngeri, ini tak seperti Angga biasanya."Apa kau kesambet jin ifrit? ah, cinta memang membuatmu gila. Jangan sampai image cool mu itu luluh lantah hanya karena seorang gadis." Ucap Sebastian."Aku tak seperti itu, Tian. Hanya di hadapanmu saja aku seperti ini, di depan karyawan... tentu saja aku menjaga wibawa ku. Kau sudah hafal tabiatku.""Tapi, kali ini kau berbeda. Begini nih, kalau cinta terlalu lama di pendam, saat mangsa ada di depan mata membuatmu mabuk kepayang."Angga hanya terkekeh, dirinya pun merasa aneh, tapi Angga tak menghiraukan ocehan Sebastian, dia kembali sibuk dengan gawainya, mengecek kembali pekerjaan yang sempat tertunda.Dia tak ingin ada kesalahan dalam laporan esok hari, karena Ara adalah wanita paling jeli di muka bumi.Angga melirik ke ruangan Sekretaris, terdengar pintu terbuka, dengan cepat Angga membuka ponsel, CCTV sengaja dia sambungkan ke ponsel, agar mudah mengawasi.Bibirnya membentuk senyuman, dia melihat Aisyah datang dengan membawa tas berwarna hitam, memakai baju blous warna senada. Penampilan sederhana tapi mampu membuat Angga terpesona.'Ini namanya obat semangat gratis, tak perlu healing, jika lelah cukup pandang CCTV dan melihat wajahnya yang imut itu.'---Aisyah melirik kanan kiri, lalu menoleh pada arah jarum jam, dia menghela nafas, karena jalanan macet di hari pertama kerja dia datang terlambat, untung saja Hanum juga datang terlambat.Keduanya datang bersamaan, lalu berpisah, jika Hanum di lantai enam, maka Aisyah di lantai 7.Aisyah membuka laptop diatas meja kerjanya, tadi sebelum masuk, Mita sang asisten manager sudah memberitahu pekerjaannya hari ini, Aisyah pun tersenyum, dirinya sudah bertekad, jika harus menampakkan sisi terbaiknya di hari pertama kerja.Gadis itu kembali membuka catatan, mulai dari jadwal rapat, menu kesukaan Angga, minuman sampai kebiasaan-kebiasaan yang tidak di sukai Angga. Aisyah mengernyitkan dahi saat membaca makanan favoritnya.'Bakso Urat di warung Mang Ujang di ujung lampu merah simpang tiga Braga.' Guman Aisyah."Widih, kirain pak Angga tak suka makan yang begituan."Aisyah kembali membaca catatannya, lalu melirik jam tangan kembali."Masih ada waktu dua jam untuk pesan makan siang pak Angga, sebaiknya aku mempelajari pekerjaanku dulu, apalagi besok rapat dengan petinggi perusahaan, aku tak mau mengecewakan pak Angga." Lirih Aisyah tersenyum.Di dalam ruangan, Angga pun tersenyum, seakan ada magnet tersendiri yang menarik dirinya untuk terus menatap Aisyah dari layar.Dia terus memperhatikan Aisyah yang sibuk dengan buku catatannya."Apa sih yang dia baca, serius amat, belum juga di kasih tugas udah pusing." Lirih Angga.Lelaki itu pun menoleh pada asisten pribadinya."Apa kau sudah memberi tugas pada Aisyah?"Tanya Angga.Sebastian menggeleng, "Aku ini tak sepertimu, bos. Tak akan aku siksa karyawan baru, aku sudah memberi tahu Mita, jika hari ini Aisyah hanya mempelajari pekerjaanmu, keperluanmu, makan siangmu dan..."Angga memicing tajam, "Dan apa?""Dan memberi tahunya jika kau itu bos galak dan keji." Kekeh Sebastian."Dasar gila."'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'---"Apa sih yang dia baca, serius amat, belum juga di kasih tugas udah pusing." Lirih Angga. Lelaki itu pun menoleh pada asisten pribadinya."Apa kau sudah memberi tugas pada Aisyah?"Tanya Angga.Sebastian menggeleng, "Aku ini tak sepertimu, bos. Tak akan aku siksa karyawan baru, aku sudah memberi tahu Mita, jika hari ini Aisyah hanya mempelajari pekerjaanmu, keperluanmu, makan siangmu dan..." Angga memicing tajam, "Dan apa?""Dan memberi tahunya jika kau itu bos galak dan keji." Kekeh Sebastian."Dasar gila." Umpat Angga.Kali ini dia mengalihkankan pandangannya, dia tak ingin terlalu lama memandang Aisyah, demi keamanan hatinya yang mulai tak wajar.DI meja kerjanya Aisyah terus mempelajari jadwal-jadwal rapat dan pertemuan Angga dengan perusahaan lain, kemudian dia tulis di buku kecil pribadinya, dia tulis dengan lengkap, jadwal mak
Muka tabung gas apanya sih, orang mukanya ganteng begitu, kaya Lee Min Ho kok. Mbak aja tuh yang rabun matanya, lelaki ganteng di bilang muka tabung gas, aneh.***Angga sedikit kecewa dengan pertanyaan Aisyah, kemudian dia pun berdiri dan kembali masuk ke ruangannya, membuat Aisyah melongo."Kamu boleh pulang." Titah Angga dingin.'Ish, dia seperti dispenser, sebentar cool sebentar panas, memang labil deh, sepertinya bosku punya kepribadian ganda, kandang ramah, kadang jutek.'Aisyah pun merapikan meja kerjanya, dan pulang dengan mengendarai ojek online.Sesampainya di rumah, Aisyah langsung membersihkan diri, lalu berbaring di atas kasur, merebahkan tubuhnya yang mulai letih.' Baru hari pertama, sabaaar... bener kata mbak Mita, kalau pak Angga itu super jutek, pokoknya dia itu dispenser, titik!!!' Batin Aisyah.Entah kenapa, gadis itu mengingat wajah Angga yang cepat berubah, dalam sekejap bisa berubah jutek dan dingin. ---Aisyah terbangun saat alarmnya berbunyi, dia bergerak ke
'Aku tak bisa diam begini, bisa-bisa dia digaet orang. tapi... hari ini pesonanya memang sangat cantik, polesan sederhana tapi memiliki vibe positif, pantas saja dari tadi banyak yang mengamati wajahnya, ini tak bisa dibiarkan.' ***"Saya bukan mengusir, Pak. Tapi....""Saya paham, Ok. Ayoo kita berangkat. Maaf ya, Bu... saya bawa Aisyah hari ini.""Tak apa, Nak. Lain kali mampir kesini lagi," Jawab Wanda ramah."Insyaallah." Angga pun salam dan mencium punggung wanita paruh baya itu.Tanpa menghiraukan Aisyah yang memberengut, Angga keluar dan masuk mobil.'Ish, memang manusia laknat.' Batin Aisyah lagi.Aisyah duduk di belakang kemudi, sedangkan Angga disisi sang sopir. Sepanjang perjalanan Aisyah menyimak pemaparan Angga tentang bahan rapat yang akan dia sampaikan, untuk saja Aisyah selalu membawa buku kecilnya, dia mencatat bagian-bagian pentingnya saja."Hmm, Jadi konsumen lebih suka dengan bahan kayu jati yang mana?" Tanya Aisyah.Dia jadi tertarik membahas tentang kayu jati, s
"Jomblo bukan berarti tak laku, tapi kita sebagai lelaki harus menjaga wibawa kita, jangan seperti play boy, lelaki cerdas itu harus punya taste, agar wanita yang melihat kita klepek-klepek"***"Tante..." panggil Fathan lagi, kali ini dia merenggangkan tangannya minta peluk. "Baiklah," Aisyah memeluk Fathan dengan senang hati. Namun siapa sangka jika Fathan membisikkan sesuatu hingga membuatnya terdiam. "Ssst... ini rahasia kita berdua, tante, Ok!' Ucap Fathan tertawa. Angga yang melihatnya pun mencebik. 'Asli nih bocil, aku saja belum penjajakan dia udah minta peluk aja.' Batin Angga kesal.Fathan berbalik dan menjulurkan lidahnya pada pamannya."Weeek...""Ish, siapa nih yang ngajarin bocil begini?" Tanya Angga pura-pura kesal. Rayyan dan yang lainnya hanya tertawa. "Dia itu seperti mu saat kecil, Angga. Jadi, tak usah kesal begitu." ucap Reno. Aisyah pun tertawa kecil mendengarnya, Sedangkan Angga hanya mendengus kesal. "Sudah-sudah berantem Mulu, Fathan... tak baik menjul
"Apanya yang tak cocok? menolong orang lain itu tidak di lihat dari busanannya, tapi cobalah kau lihat dari hatinya dan dari ketulusannya. Apa salahnya sih nerima pertolongan orang lain? Jangan menyusahkan diri sendiri, saya tulus membantumu""Coba kau fikir, jika kau mengangkat barang sebanyak ini, lalu kau penat dan jatuh sakit, bisa runyam urusannya, pekerjaan akan terbengkalai, kau sekretarisku, jadi... harus tetap sehat." ***Angga memijat pelipisnya, Dia juga tak tahu kenapa sulit sekali membuka hati untuk wanita, setelah berjumpa Aisyah delapan tahun yang lalu. Saat ini Aisyah sudah ada di depan mata, tapi dia ragu untuk mengungkapkan cinta. Aisyah menghela nafas, lalu memejamkan matanya, dari lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin sekali mendekati Aisyah. Angga kembali membuka ponsel, sebuah pesan masuk mengabarkan jika Aisyah tak langsung pulang ke rumah. Alisnya mengkerut, "Kemana nih anak orang?"Angga pun beranjak dari duduknya, menyambar jas dan tas kerjanya, lalu m
'Mencintaimu dalam diam adalah caraku, dan memintamu di sepertiga malam adalah usahaku, bagiku kau adalah wanita spesial maka untuk mendapatkanmu juga harus dengan spesial. Aisyah... Ku harap, kau benar-benar jodohku.' ***"Mari masuk, Nak." Ajak Farha."Maaf, Ibu. Bukan saya menolak, tapi saya harus segera pulang."Wanita paruh baya itu pun hanya mengangguk, Angga kembali berpamitan, dia melirik Aisyah yang menunduk dan memilin ujung jilbabnya, Angga tersenyum dan meninggalkan rumah Aisyah.'Ah, begini rasanya jatuh cinta, rasanya aku ingin lebih dekat lagi dengannya' Lirih Angga tertawa kecil.Dia pun menghidupkan musik, mendengarkan lagu favoritnya sambil membayangkan wajah Aisyah yang semakin melekat di pikirannya. Dalam hati, Angga berharap ada keajaiban yang dapat menyatukan cintanya.---Aisyah bangun lebih awal, apalagi hari ini dia harus mengikuti Angga untuk pertemuan dengan relasi bisnisnya dari Bandung, Aisyah membaca jadwalnya hari ini sambil sarapan, lumayan padat dan p
"Tak apa, bukankah ini yang dinamakan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dan saling membutuhkan, untukmu... aku akan melakukannya,'***"Apa ponselmu itu begitu penting, sampai kau senyum-senyum sendiri," Tanya Angga. Aisyah terkesiap, "Ma-maaf, Pak, saya hanya sedang membalas pesan ibu," Dusta Aisyah. "Pesan apa sampai membuatku tersenyum seperti itu?" "Hmm... Alhamdulillah Risol hari ini habis, Pak," Lirih Aisyah. "Ooo..." Sebastian hanya geleng-geleng kepala, 'Dasar nih, Bos. Malu-malu kucing, bilang aja cemburu sama HP,' Dalam diam Angga menyembunyikan debar di hatinya.---Aisyah memperhatikan poin-poin penting dari hasil pertemuan hari ini, gadis itu mengusap wajahnya gelisah."Ya Allah, begini rasanya jadi sekretaris, harus jeli rupanya, semangat Aisyah kita ulang lagi dari awal." Lirik Aisyah menyemangati diri sendiri. "Desain furniture sudah... perjanjian kerjasama sudah... harga sudah... pesanan sudah... Alhamdulillah sudah beres." Aisyah meletakkan penanya d
Sebagai lelaki sejati, dia tak ingin melihat wanita yang dia cinta tersakiti, apalagi sampai menangis, menjaga hati wanita sangatlah tak mudah, butuh kehati-hatian, karena hati wanita lembut, meski diluar nampak ceria tapi jika di cuekin tetap saja hatinya sedikit sakit.***"Bismillah... Semoga ini menjadi awal yang baik," Guman Angga. Malam ini, Sebastian pun mendampingi Angga, sebagai Asisten pribadinya Sebastian tak ingin terjadi hal-hal yang tak di inginkan. Sebastian berhenti tepat di lobi Rayyan Mall, disana Mita dan Aisyah sudah menunggu. Dengan gugup Aisyah memandang Angga yang keluar dari mobil, kedua mata nya bersitatap dengan Angga, dan..."Ya Tuhan... Betapa indah ciptaanmu, wanita yang begitu memikat hati, dia... seperti bidadari." Batin Angga terpesona.Hanya beberapa detik, Angga memperhatikan Aisyah, kemudian menunduk, begitu juga dengan Aisyah, gadis itu berjalan berlahan dengan pandangan mata tetap di bawah, Aisyah melangkah dengan ragu, malam ini dia bukan hanya